Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Puisi Remaja, Kasmaran

Puisi-puisi karya Restu Salihah

Siswa SMAN 1 Tandun

 

Tarian Dandelion


Ada pelik di tiap ukiran bait malam

Ditemani sepi dan cahaya temaram


Menikmati gelap seorang diri

Sedang tak terkendali menarik pita emosi

Berkecamuk diantara indahnya kembang nestapa

Menjadi harmoni denyut tak terduga


Aku ceritakan pada mereka perihal seorang istimewa.

Yang terasa nyaman sejak pertama jumpa.

Pemancar pancarona yang menjerat netra setiap insan yang melihatnya.

Menyenangkan bak dandelion yang menari dibawa angin pagi.

Sejuk hati melihat embun memamerkan deretan gigi.


Langit menganugerahiku hati 

dan tanah membantu arwah ku melihatnya lagi dan lagi.

Bumi dan matahari tersusun rapi, 

Gunung beserta sungai turut terpatri,

lalu petir menyambar lengah,

Semesta ku perlahan goyah.


Hidup beralur tak beraturan.

Terkadang komedi romantis berlakon rupa menawan,

Fantasi aneh berlatar megahnya kerajaan bayangan Bahkan,

Melodrama penuh tangisan, 

Dan kini sedang aku mainkan.


Rasanya seperti membangun mimpi didalam mimpi,

Dandelionku terus berterbangan di musim penghujan.

Tak henti hingga angin itu lindang, melayang.


Sudah saatnya kau menghilang,

Sebab dari awal kau hanya fantasi yang dibangun ilusi.

Tak nyata dan aku harus terima realita.

Hidup tidaknya kau tetap kupuja.

Kubanggakan setiap waktunya.

Dandelionku yang berharga.



Aku Setengah Manusia


Aku setengah manusia yang mencari jati diri.

Terkadang suka sunyi tapi tak ingin sendiri.


Aku setengah manusia yang mencari cita, 

Entah jadi apa, apa saja jadi.


Yang terkadang ingin menjadi buku, 

Tapi manusia zaman sekarang tidak akan punya waktu untuk membaca ku.


Yang terkadang ingin menjadi angka, 

Tapi enggan jika akhirnya untuk memperhitungkan perbedaan kasta.


Atau terkadang ingin menjadi huruf,

Tapi tak rela jika tersusun untuk pengucapan tanpa makna.


Hidup rumit bagai matematika,

Dipenuhi angka dilautan kurva.

Dengan teori berjuta kilometer dalamnya.


Aku menyusun puisi yang seakan tiada arti.

Kata-kata ku manis dibalik muramnya hati.

Membohongi setiap pembaca yang terbawa alur cerita.

Biar saja, aku tidak begitu memperdulikannya.

Mungkin.


Aku setengah manusia yang belajar mencinta.

Tak jauh-jauh, diri sendiri itu orangnya.


Aku setengah manusia yang terkadang gila,

Menyusun bait-bait lirik ditengah gulita.

Bagai orang candu kata, jariku tak henti kala sepi menerpa.


Aku setengah manusia yang mencari dia,

Aku ini penulis atau pengarang karangan cerita.


Aku setengah manusia yang sedang mencari, Aku.



Buku Masa Lalu


Aku berdiri didepan pustaka megah nan tinggi 

Bangunan mewah dengan kaca yang mendominasi

Warna elegan menyejukkan mata dan hati

Ku susuri lalu kucoba tilik kedalam sebuah lemari

Berisi buku-buku tua yang judulnya tak diingat lagi


Dipojokkan aku temukan lembar usang

Bertulis kisah romansa dua manusia

Yang tampaknya cukup langka

Dan tak lagi ada yang ingin membaca

Penasaran memenuhi relung jiwa

Kubawa buku tebal itu keatas meja 

Kubuka perlahan setiap lembarnya

Kutelusuri makna setiap kalimatnya.


"Apakah itu menarik?" tanya seorang pria.

Dia duduk tanpa lebih dulu bertanya,

Ku abaikan saja, aku tak begitu suka.

Dia memperhatikan ku yang sedang membaca,

Senyum terukir dari bibir manisnya.

Ku akui, dia cukup memikat dikalangan wanita.


"Ayolah, berbagi denganku" pintanya.

Ku geser sekian centi kearahnya,

Dan ia mulai ikut dalam perjalanan kisah tersebut.

Dentang detik melewati menit.

Berputar syahdu berjam-jam lalu.


"Ini masih cukup tebal, bagaimana jika kita lanjutkan besok?". Tawarnya kemudian 

"Terserah kau saja". Jawabku seadanya.

"13.00 ditempat yang sama, sampai jumpa".

Pamitnya berlalu begitu saja.

Ah benar, aku lupa menanyakan namanya.


Esok hari aku kembali

Di jam dan tempat sesuai janji

Kerontang yang kutemui

Hampir setengah hari ia tak kunjung hadir

Mungkin memang belum takdir


Aku kembali membawa kecewa

Pasalnya ia cukup rupawan dan baik sepertinya.

Malam ku gelisah, tidurku gundah.

Berharap besok hari yang indah.

Untuk kembali membawa harap yang belum punah.


"Kemana lembaran itu?". Tanyaku.

Yang tersisa hanya buku, kertas yang bersamanya hilang tak ketemu.

Aku tahu, buku itu milikku.

Yang kutulis di kehidupan masalalu.

Jauh sebelum aku sendiri menemukan karyaku.

Di dalamnya tertulis jika ia bukan untukku.

Pertemuan kemarin hanya sapa yang berlalu.

Bukan jumpa untuk bersatu.


Aku dan kamu, ada dalam buku ciptaan ku.

Di kehidupan masalalu.



Bintang Temaram


Aku melangkah diantara rontokan dedaunan,

Melintasi jalan sembari menyenandungkan kerinduan.

Musim semi menanti hujan tak kunjung datang,

Dan aku mengenang bayangmu melalui daun yang melayang berjatuhan.


Ini seperti kisah romansa dibuku dongeng

Dengan latar belakang negeri kayangan.


Ia datang entah darimana

Kemilau hangat mempesona

Jatuh cinta diantara langit dan bumi

Menyatukan dua hati dari balik jeruji.


Kapan menghijau kembali?

Kapan engkau menemuiku lagi?

Ditempat ini, hanya tersisa kisah yang belum sempat diselesaikan.


Malam menghadirkan bintang-bintang temaram

Tercetak jua senyummu disinar rembulan 

Dengan angan tentang mu aku menulis puisi,

dialtar hati yang sunyi.


Jika engkau disini,

Aku ingin mengajakmu terbang menyusuri langit malam.

Mengepakkan sayap mentari, 

Menari-nari menyanyikan isi hati.

Melayang-layang dikelamnya kenyataan.


Hadirmu abadi,

Memenuhi lembaran kertas yang kini hampir penuh terisi.

Menyusun diksi alunan emosi,

Antara rindu dan benci.




Posting Komentar untuk "Puisi Remaja, Kasmaran"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.