Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Perjuangan ke Vietnam untuk Menyaksikan Festival Kate

Perjuangan ke Vietnam untuk Menyaksikan Festival Kate

Bagian 8

Perpisahan Terakhir

Pagi hari nan cerah di sebuah restoran yang cukup mewah, aku duduk berhadapan dengan Nik sambil meneguk secangkir kopi Vietnam yang nikmat, Dieu hadir di tengah-tengah kami.  Nik, segera menawari beliau kopi, tapi Dieu menolak, selebihnya dia ingin agar Nik segera menyerahkan aku kepadanya, Hehehe.

Arnita Adam bersama ibu-ibu muslim suku Champ di Ninh Thuan - Vietnam
Arnita Adam bersama ibu-ibu muslim suku Champ di Ninh Thuan - Vietnam

 Ya, memang hari ini adalah hari terakhir aku berada di Phan Rang,  nanti malam pukul 9 aku harus berangkat ke Ho Chi Minh. Jadi Dieu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengajakku berkeliling memperkenalkan keluarga beliau kepadaku, karena memang jadwal festival dan semua rute ku bersama Nik telah berakhir kemarin.

“Akak dah, tak ape, kalau nak pegi masa ni, tak payah, nanti kopi ni, Nik yang bayar” Nik meyakinkan aku untuk meninggalkannya sendirian di restoran.  

“Oke Nik, baiknya akak kemas-kemas barang dulu, nanti akak tak payah check out dari hotel” balas ku.

Lalu Dieu langsung menimpali “Semua urusannya sampai kepulangannya ke Indonesia serahkan padaku, aku akan mengurusnya dengan baik” ucapnya meyakinkan Nik dalam bahasa Inggris. (Ya, memang Dieu sangat bisa diandalkan dalam urusan tiket dan keberangkatan.  Buktinya tahun lalu saat kedatangan ku ke Vietnam, beliau yang mengantar sampai bandara, bahkan sampai ke pintu keberangkatan)

Nik terlihat setuju dengan ide Dieu.  Setelah pamit pada Nik, aku segera ke kamar hotel lalu mengambil barang-barang bawaan terlihat semakin banyak, sebab hari kemarin aku dan Nik belanja baju-baju tradisional untuk ku bawa pulang ke Indonesia.

Setelah check out dari hotel, Dieu membawaku ke rumahnya, disana, keluarga Dieu sedang mengadakan jamuan makan. Aku disambut dengan hangat oleh semua keluarga Dieu, mereka sudah mengenalku melalui cerita dan foto  tahun lalu, saat kunjungan ku ke Vietnam. Untung saja Nik telah menjelaskan kepada Dieu makanan halal apa saja yang bisa aku makan. Setiap keluarganya menghidangkan sesuatu kepadaku.  Dieu akan periksa dulu mana yang boleh di hidangkan, mana yang tidak.

Sore menjelang malam, keluarga Dieu berkumpul di teras rumah, salah satu anak dalam keluarga Dieu sedang berulang tahun,  seperti biasa sekitar 6 meja makan di teras rumah yang luas,  terhidang berbagai makanan lezat,  namun aku tidak bisa menyantap makanan sembarangan.  

Perayaan ulang tahun itu cukup meriah, meskipun yang datang hanya keluarga dekat Dieu, kecuali aku, keluarga jauh sekali, bahkan beda ras dan beda agama, hehehe…

Keluarga Dieu mengelilingi meja sambil menyanyikan sebuah lagu secara bergiliran
Keluarga Dieu mengelilingi meja sambil menyanyikan sebuah lagu secara bergiliran

Pada umumnya semua orang Cham pandai menari dan menyanyi, biasanya pada perayaan ulang tahun begini, semua orang diminta untuk menyanyi, saat itu aku satu meja dengan Dieu dan sepupu serta paman juga bibi Dieu. Entah mengapa paman Dieu yang aku panggil paman Ang, ketika pertama kali berjumpa hari kemarin langsung merasa akrab dengan ku. Kerap kali aku di jadikan bahan candaan oleh nya sehingga semua anggota keluarga tertawa dan berkerumun ke arah kami.

Seperti malam ini, dia memintaku untuk menyanyi, sepupu Dieu langsung menyerahkan mic kepadaku.  “Aku tidak bisa menyanyi lagu Vietnam” protes ku

Paman Ang langsung menyela “Nyanyikan saja lagu Indonesia” balasnya sambil menatap ku, mengisyaratkan jangan mengelak!

Secepat kilat aku berpikir keras, bagai di tembak mendadak, otakku langsung menjawab ‘I J U K’   pilihan lagu yang akan aku nyanyikan. Segera Dieu menyerahkan handphone nya kepadaku, aku segera mengetik Karoeke Ijuk di searching You Tube HP Dieu yang sudah terhubung dengan Speaker melalui bluetooth.

Setelah ku tekan Play, musik mulai mengalun, mereka semua terpana dan terdiam mendengar musik Melayu yang asing di telinga mereka. Ketika muncul lirik, aku segera melantunkan suaraku

Yang mana rambut bila bersanding ijuk

Beras taklah sama putih…

Yang mana padi, haaa

Mana ilalang, haaa

Hampir tak dapat di bedakan, bualan dan kasih sayang.

Ku kira sirih akan bertemu pinang

Suci kapur kau sajikan

Mengapa getah damar kau bawa

Menjadi kaca beling berbisa

Kau lah penyebab ku luka


Hooo…ooo…ooo

Haaa…aaa…aaa


STOP ! 


What?...


Ketika memasuki lirik Hooo…ooo…ooo mereka semua hanyut dan mengikuti lirik tersebut sambil mengangkat kedua tangan keatas

Hahaaa…aaa…aaa

Dalam ketinggian nada tersebut aku mendadak mematikan musik dan berucap STOP!  Sontak mereka semua memandang kearah ku dan terkejut sambil mengucapkan satu kata “What?”

Aku segera mengalihkan perhatian mereka dan berkata, selanjutnya tantangan buat Dieu untuk menyanyikan sebuah lagu, dan audience boleh voting siapa yang memilih aku dan siapa memilih Dieu.

Akhirnya mereka semua setuju dan meminta Dieu menyanyikan sebuah lagu. Dieu segera menyanyikan lagu Vietnam, sungguh enak di dengar membuat semua orang bahagia.  Namun Dieu segera ingat bahwa keberangkatan ku ke Ho Chi Minh pukul sembilan malam.  Dan saat ini sudah pukul 8 malam.  Jadi Dieu segera memberi tahu mereka.  Semua datang menyalamiku dan berkata selamat jalan dan semoga berjumpa lagi.  

Dieu dan kakaknya mengantarku ke terminal.  Dieu telah membelikanku tiket bus VIP sleeper.  Itu terakhir kali aku melihat wajahnya melalui kaca jendela dan  melambaikan tangan kepada Dieu and kakaknya.


Bersambung...


Penulis : Arnita Adam 

(Novelis,  Traveller dan Jurnalis Wisata)


Editor : Nur Atika

Posting Komentar untuk " Perjuangan ke Vietnam untuk Menyaksikan Festival Kate"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.