Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Sastra_Esai, Meningkatkan Minat Baca Saat Krisis Berliterasi di Era Milennial

Meningkatkan Minat Baca Saat Krisis Berliterasi di Era Milennial 

Oleh: Maimunah


PENDAHULUAN 

Era milennial atau disebut juga dengan generasi Y tidak bisa lepas dari peran kemajuan teknologi. Kebutuhan akan pemanfaatan kecanggihan teknologi membuat masyarakat semakin menjangkau dunia tanpa batas dengan mudah. Hal tersebut merupakan bentuk revolusi dari kemajuan IPTEK yang saat ini masyarakat rasakan. Disisi lain, ternyata peranan teknologi sangat berdampak buruk bagi penggunanya. Misalnya saja anak-anak saat ini lebih tertarik dengan penggunaan gadget dibandingkan dengan kegiatan berliterasi. Hal ini dapat berdampak buruk bagi kecerdasan anak. Namun untuk saat ini indeks berliterasi di Indonesia sangat menyedihkan. Hal ini diperkuat dari hasil survei tahun 2012.

Menurut data UNESCO tahun 2012, angka minat baca anak Indonesia hanya 0,0001 persen. Artinya ada 1 dari 1000 orang yang memiliki minat baca serius. Bukan itu saja, berdasarkan penelitian Program For International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation For Economic Co-Operation and Develompent (OECD) pada tahan 2015 menunjukkan, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 61 negara yang disurvei. Ini menjadi bukti bahwa tingkat berliterasi di Indonesia masih sangat rendah. 

Ini menunjukkan bahwa sebenarnya Indonesia mampu diposisi pertama, namun kurangnya minat membuka buku membuat Indonesia berada di posisi akhir. Dikalangan pelajar saja sangat sulit membuka lember-lembaran buku yang katanya gudang ilmu. Mereka lebih memilih mengikuti arus globalisasi tanpa batas dibandingkan harus membaca buku. Oleh karena itu krisis berliterasi yang saat ini dirasakan, perlu adanya solusi untuk membenahi. 

PEMBAHASAN 

Bicara tentang “literasi”, masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan kata tersebut. Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis yang pada akhirnya dapat menciptakan sebuah karya. Kemampuan membaca dan menulis masyarakat perlu ditingkatkan. Memang, bukan perkara mudah meningkatkan minat baca masyarakat. Ditambah lagi masyarakat yang sudah kecanduan dengan internet, maka sacara sadar mereka akan menolak mentah-mentah apapun cara yang dilakukan. Namun, hal itu harus dilakukan demi membangun generasi yang berkualitas untuk bangsa. Minat baca harus benar-benar ditanamkan dari dalam diri supaya minat baca mereka meningkat dengan sendirinya. Menurut penulis, adapun penyebab masyarakat kurang minat dalam membaca, yakni sebagai berikut:

  1. Kurangnya bahan bacaan. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil, sangat sulit menemukan bahan bacaan. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat kurang minat dalam membaca. 
  2. Tidak terbiasa. Menanamkan minat baca, menulis, mendengar, harus dilakukan sejak dini. Karna usia dini adalah usia emas dalam hidup seseorang, dimana pendidikan awal ditanamkan. Maka dari itu, jika seseorang yang dari kecil tidak terbiasa membaca buku, ketika dewasa maka ia akan malas untuk membuka buku.

Lalu pertanyaannya sekarang, bagaimana cara meningkatkan krisis berliterasi di era millennial saat ini? adapun cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan berliterasi seseorang. Menurut penulis cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat berliterasi,sebagai berikut:

  1. Menyiapkan perpustakaan di tiap desa. Anggaran yang didapat dari pemerintahan atau anggaran masyarakat dapat digunakan untuk membangun perpustakaan desa. Hal ini bertujuan agar minat baca bagi masyarakat meningkat.
  2. Membuat program membaca disetiap tingkatan sekolah. Misalnya guru dapat menambah ekstrakulikuler membaca atau menulis puisi untuk memotivasi siswa membaca dan menulis di sekolah.
  3. Membentuk sebuah komunitas literasi. Perlunya sebuah kesadaran masyarakat untuk membagikan ilmu yang telah di dapat dari jenjang pendidikan. Hal itu bisa dilakukan dengan membentuk sebuah komunitas yang dapat membantu masyarakat yang buta aksara dan malas membaca untuk terus belajar.
  4. Memanfaatkan kecanggihan teknologi. Teknologi yang sudah cukup pesat, dapat digunakan untuk mengakses bahan bacaan. Misalnya saja mengakses bahan pembelajaran atau e-book. 
  5. Adanya kesadaran dalam diri sendiri. Apapun cara yang dilakukan, tanpa adanya kesadaran diri sendiri maka hasilnya akan sama saja. Tanamkan dalam hati bahwa berliterasi sangat penting bagi kehidupan kita. Banyak hal yang dapat dirasakan dari berliterasi. Misalnya saja pengetahuan yang meluas, memiliki teman yang banyak, menghasilkan karya, dan lain sebagainya


SIMPULAN 

Dari uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembiasaan berliterasi dari diri sendiri sangat diperlukan, agar minat baca di Indonesia dapat meningkat. Dengan melihat penyebab kurangnya minat baca dan upaya peningkatannya dalam mewujudkan kebiasaan berliterasi tentunya membutuhkan peran aktif dari lain, misalnya: guru, desa, pemerintahan, dan tentunya kebiasaan diri sendiri demi terwujudnya Indonesia yang cerdas.


Penulis merupakan mahasiswa STKIP Rokania Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tulisan ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Penulisan Artikel Dan Esai yang diampu oleh dosen Rita Arianti,S.Pd., M.Pd.



Posting Komentar untuk "Sastra_Esai, Meningkatkan Minat Baca Saat Krisis Berliterasi di Era Milennial "

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.