Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Cinta Abad Dua Puluh

 Kisah Cinta Abad Dua Puluh

Karya, Fatmawati


    Bismillahirrohmanirrohim.. Tak selamanya mendung itu kelabu hanya gerimis kecil untuk membuka pelangi menampakkan keindahannya. Terkadang hati bertanya sendiri siapakah jodohku? Bagaimana rupanya?

   Allah berfirman : "Maha suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan (Qs. Yasin. 36).

    Langit membentang luas awan putih berarak cuaca cerah, aku masih terus berjalan menelusuri perkampungan yang sepi. Berharap akan mendapatkan masjid, aku ingin segera melaksanakan shalat dzuhur dan sejenak beristirahat tuk melepaskan penat. Cukup jauh berjalan sambil membawa surat lamaran pekerjaan, hati bertanya-tanya apakah orang lain pun demikian?. Tak lama dari belokan itu sampailah di masjid, aku segera menapakkan kakiku dan bersiap mengadu pada Yang Maha Kuasa. Aku duduk sendiri di pojok  masjid dan ku raih alqur'an membacanya menciptakan ketenangan dan kebahagiaan yang alami.

    Usia sudah cukup studipun sudah tak salah jika aku ingin segera menikah. Namun masih tergalau dengan nafkah. Dan masih mencari bakal istri yang shalehah..dimanakah? Setiap insan makhluk Tuhan sudah naluri ingin dicinta dan mencintai. Karena cinta kita ada, bersama cinta kita berada, dengan cinta pula kita kembali kepadaNya. Burung yang berkicau riang berdua di dahan jambu tetangga membuat aku iri  melihatnya. Saling berkejaran mengepak-kepakkan sayap dari dahan ke dahan.

      Manakah dahulu menikah atau bekerja?

   "Aku ingin menikah Mak.." Aku memberikan kejelasan pada mak.

     "Bekerja saja dulu Nak," kata baba.

   "Ya, kalo Mak merestui aja. Mohonlah pada Allah dua-duanya mendapat istri yang shalehah dan pekerjaan sekaligus. Sebab dua-duanya penting." kata mak.

 "Tidak sulit bagi Allah mengabulkan permohonan hambanya". 

    "Apakah sudah ada calonnya ?" kata mak melanjutkan.

  "Itu dia mak.....masalahnya, calonnya itu..belum ada.

     Mak diam, namun hatinya saja yang berkata.

     "Aduh Nak ..mana Mak belum punya calon untukmu.".

   "Randi kau cari saja sendiri ya Nak yang cocok dengan mu, bawa ke sini kenalkan sama Mak  nanti Nak tinggal merestui ya Nak," kata mak sambil menata sajadah untuk shalat berjamaah.

   "Ya mak sudah ada beberapa kenalan teman cewek namun sering kali rasa ragu menghantui. Saat akan bicara pada orang tuanya.

    "Nak baiknya kau istikhorah dulu, sabarlah jangan terburu-buru barengi dengan berpuasa bermohon dimudahkan oleh yang Maha Kuasa." Dikeheningan malam mak berdo'a memohon petunjuk dari yang Maha kuasa. Semoga Allah mengabulkan anaknya segera mendapatkan jodoh yang terbaik. Ikhtiar itu wajib semaksimal mungkin. Menghidupkan subuh dan membaca asmaul-husna dijalani apapun petunjuk yang diberi.

  "Baikkan saja dirimu Nak maka kau akan mendapatkan yang baik pula, wanita yang baik itu untuk laki-laki yang baik  begitupun sebaliknya .."

  Percaya dan yakin jalani saja dengan penuh kesabaran suatu hari Allah akan memberikan."

 "Sesungguhnya Allah takkan mengingkari janjinya." mak memotivasi tak pernah bosan.

    Melihat demikian sang babah pun resah akhirnya turut mencarikan seorang wanita yang akan menjadi kekasih. Akhirnya baba mencari data-data teman-teman yang mempunyai anak perempuan... mmmmm sampai segitunya. Menurut babah dalam namapun harus cari kecocokan juga hari lahir tak boleh sembarangan. Memang susah namun bagi Allah tak ada yang susah.

   "Pergilah Nak kau ke sebelah barat - selatan.

   Pakailah sepeda, gayuhlah dan dalam tiap gayuhan berdo'alah, nanti kau sampai di tempat tujuan," kata babah.

  "Baiklah bah akan segera aku laksanakan," jawabku.

  Pagi yang cerah hati gundah menjadi sumringah memapah harapan melaksanakan perintah babah Yang Insya Allah membawa berkah. Sang burung jalak kepunyaanku tak henti-hentinya berkoar.

"BersyukuuĆ¹...rrr, bersyukuuurrrr..." begitu merdu suaranya. Seakan memotivasi sang bujang bertemu gadis terangan.

    Sejauh mata memandang, langit luas membentang, pesawahan menghijau terhampar bak permadani alam yang digelar. Sepeda tua babah terus saja digayuh ke arah barat kemudian belok ke sebelah selatan. Jalan berbatu dilalui menanjak dan menurun sungguh perjalanan yang berkesan berlatih kesabaran.

  Asmaul-husna, Ya Rahman Ya Rokhim membisik disetiap putaran roda. Kesabaran itu belajarnya tiap langkah. Berbekal tersimpan dalam jiwa dan akan keluar saat dibutuhkan. Pertanda kau rela memilikinya. Balasannya surga karna Allah mencintai orang-orang yang sabar. Sang hati bicara menghibur. Keringat membasahi wajah dan tubuhku. Jantungku memompa cepat nafaspun terengah. Dua jam sudah aku bersepeda. Akhirnya sampailah di tempat tujuan. Sepedaku aku parkirkan di bawah pohon mangga depan kelas dua.

   "Hai selamat datang, sampai juga kemari ?" sapa bapak yang duduk di kantin.

  "Oh iya pak mau bertemu pak Karim, kataku tersenyum.

  "Oh silakan ..,ada kok". Sambil tangannya mempersilakan .

    "Terima kasih Pak..," jawabku.

   Pak Karim sangat baik dan bijak dia tahu aku datang kesitu mau ikhtiar cari jodoh.

   "Ini bu Ina," kata pak Karim. Bu Ina tertunduk malu sambil meneruskan makan mie rebus. Aku tersenyum sambil mengajak ngobrol pak Karim tentang olah raga. Menjelang dzuhur aku pamit pulang.

   "Bagaimana nak ketemu tidak? " tanya babah. Saat kami makan malam.

  Aku ceritakan perjalanan tadi siang, mak dan babah  tersenyum bangga dengan perjuanganku ..he.. Janganlah kau berputus asa dari rahmat Allah.. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah dialah yang terputus... 


3 mei 2020





Posting Komentar untuk " Kisah Cinta Abad Dua Puluh"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.