Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen, Perantauan Anak Kuliah

 Perantauan Anak Kuliah

Senja yang begitu indah, namun sebentar lagi akan hilang bak di telan bumi. Tak disangka keindahan sore itu hanya sebentar saja, yang kemudian menunggu lama di larut malam dalam kesepian. Malam pun tiba, angin menyelimuti tubuhku dan air mata berderai lerai membasahi wajahku karena kerinduan padamu Ibu. Air mata ini keruh tak dapat lagi menjadi bening jika bukan wajahmu yang ku pandang langsung. Jiwa ini memendam banyak penderitaan, tak dapat bicara karena banyak kepahitan. Kerja kerasmu sangat berarti tanpa ada keluh dan ragu, itulah yang membuat hati ini bisu mengenang jasamu dan terus bangkit untuk menggapai cita-cita. Di Medan ini, banyak aku temui goresan tajam melukai batin baik hujatan maupun cara pandang orang lain. Dan aku hanya bisa menangis dan meratapi nasib ku di kota ini. Tiba-tiba adik menelpon. Tringg tringg tringg tringg... (Suara telpon masuk).

Adik : Assalamu'alaikum kak. 

Aku : Waalaikumsalam dek. Kenapa dek tiba-tiba nelpon? ( Dengan suara lemas ). 

Adik : lho, suara kakak kok gitu sih! ( Curiga ) 

Aku : Ga tau dek, tiba-tiba aja nih pilek. (Menahan hembusan nafas yang terengah- engah). 

Adik : Ibu mau nelpon. 

Aku : Iya, kasih handphone nya sama Ibu.( seraya menjawab alhamdulillah dalam hati). 

Ibu : Assalamu'alaikum nak. Gimana kabar hari ini? 

Aku : Waalaikumsalam bu. Alhamdulillah sehat. Ibu gimana? (Air mata berderai) 

Ibu : Alhamdulillah sehat juga nak. Ngomong-ngomong kapan libur nya, ini mau masuk bulan puaso lho, besok pulang yah nak!

Aku : Belum libur bu, kemungkinan besok aku gabisa pulang. 

Ibu : Mmm iyalah nak. Semangat belajar ya sayang, sebab tidak semua orang bisa seperti kamu yang punya  kesempatan menjadi seorang mahasiswa dan mengenyam bangku kuliah, jaga kesehatan juga, satu lagi solatnya ga boleh tinggal. 

Aku : Iya bu. Aku sayang Ibu ( menangis kecil ).

Ibu : Ibu juga. Ibu tidur dulu yah, dah ngantuk banget.

Aku : Ibu ke sawah ya tadi.

Ibu : iya nak, Ibu tutup yah.

  Assalamualaikum.

Aku : Tidur yang nyenyak ya bu. Waalaikumsalam. ( Mengusap air mata ).

Perbincangan telepon begitu singkat, Aku mengelak untuk pulang dikarenakan materi habis. Padahal ingin sekali balik ke kampung halaman tempat aku dibesarkan. Yang mana tanah kelahiranku itu sebagai penghibur dengan kesederhanaan dan kehangatan keluarga. Namun perkuliahan belum diliburkan oleh pihak kampus. setelah perbincangan selesai, aku pun menarik selimut untuk menantikan fajar besok pagi. 

      Mataku terbuka sambil berkata dalam hati "kok gelap", ternyata fajar belum tiba. 

    Di tengah malam nan sunyi melaruti alam, aku terbangun. Tiada suara terdengar sama sekali, hembusan angin pun terasa menggigil. Aku melangkahkan kaki untuk menyucikan diri ( whudu ). Di sepertiga malam ini ku melapazkan ayat-ayat suci. Di sujud terakhir ku merintih dalam kepedihan rasa sehingga tangis membasahi pipi. Ku menghadap Ilahi sambil menadah tangan (berdoa) " Ya mujiib, Permudah lah segala urusan ku, Segala urusan orangtuaku, langkah ku dan langkah orangtuaku, yang mana hanya kepadamulah kami berharap atas sesuatu.Ya Rabbi, Jadikanlah pendidikan yang aku jalani ini jalan menuju kesuksesan dimasa depan, agar kelak aku bisa berguna bagi diri sendiri, keluarga dan orang banyak, kuatkan hati ini dan beri kesabaran.” 

Air mataku terus berderai tak terbendung terus mengalir  dalam keheningan sepi malam . Semua terjadi atas kehendak ilahi. Semoga doa dan angan ku tidak sia-sia begitu saja, namun menjadi pasport untuk masa depan.


Penulis bernama Aisyah Rahmadany Nasution, mahasiswa dari STKIP ROKANIA





Posting Komentar untuk "Cerpen, Perantauan Anak Kuliah"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.