Metode Pengajaran Akidah di Era Sosial Media: Meningkatkan Keimanan Generasi Z
“Metode Pengajaran Akidah di Era Sosial Media: Meningkatkan Keimanan Generasi Z”
Ardila Nur Amorita Azzah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: Ardilaazzah27@gmail.com
Abstract
Media Perkembangan pesat media sosial dalam kehidupan modern telah membawa dampak besar terhadap cara berpikir dan bertindak Generasi Z, termasuk dalam hal keagamaan. Generasi ini dikenal dengan karakteristiknya yang kritis, cepat tanggap terhadap informasi, serta lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat visual dan instan. Dalam konteks ini, pengajaran akidah sebagai fondasi utama dalam Islam perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan cara belajar generasi ini agar nilai-nilai keimanan dapat dipahami dan dihayati dengan lebih baik. Penggunaan media sosial sebagai medium dakwah dan edukasi keagamaan memberikan peluang besar untuk menjangkau Generasi Z secara lebih luas dan efektif. Konten-konten edukatif yang dikemas dalam bentuk video singkat, ilustrasi menarik, kutipan reflektif, dan interaksi digital mampu membangkitkan minat serta memperkuat pemahaman mereka terhadap konsep-konsep akidah. Di sisi lain, media sosial juga membawa tantangan tersendiri, seperti penyebaran informasi yang salah atau dangkalnya pemahaman akibat paparan konten yang instan. Oleh karena itu, pengajar dan pendidik Islam dituntut untuk lebih kreatif, adaptif, dan kontekstual dalam menyampaikan materi akidah.
Kata Kunci: akidah, media sosial, dan generasi z
Abstract
Media The rapid development of social media in modern life has had a major impact on the way Generation Z thinks and acts, including in religious matters. This generation is known for its critical characteristics, responsiveness to information, and more interested in things that are visual and instant. In this context, teaching of faith as the main foundation in Islam needs to be adjusted to the needs and learning methods of this generation so that the values of faith can be better understood and experienced. The use of social media as a medium for preaching and religious education provides a great opportunity to reach Generation Z more widely and effectively. Educational content packaged in the form of short videos, interesting illustrations, reflective quotes, and digital interactions can arouse interest and strengthen their understanding of the concepts of faith. On the other hand, social media also brings its own challenges, such as the spread of misinformation or shallow understanding due to exposure to instant content. Therefore, Islamic teachers and educators are required to be more creative, adaptive, and contextual in delivering faith material.
Keywords: faith, social media, and gen z
A. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi digital dan media sosial telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan agama. Generasi Z yang merupakan generasi yang lahir dan tumbuh di era digital, sangat akrab dengan platform media sosial seperti Instagram, Tiktok, YouTube, dan WhatsApp. Kehadiran media sosial ini tidak hanya mengubah cara mereka berkomunikasi dan bersosiolisasi, tetapi juga mempengaruhi pola belajar dan cara mereka menerima informasi, termasuk dalam pembelajaran akidah sebagai dasar keimanan dalam islam.
Media sosial menawarkan berbagai peluang dalam proses pembelajaran akidah. Melalui konten yang menarin, interaktif, dan mudah diakses, media sosial bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan nilai nilai akidah kepada generasi muda. Misalnya, penggunaan video pendek di tiktok atau konten edukatif di YouTube mampu meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap materi akidah. Dengam metode pembelajaran yang yang lebih kreatif dan sesuai dengan karakteristik generasi digital, diharapkan keimanan mereka dapat tumbuh secara optimal.
Namun, di sisi lain media sosial juga menghadirkan tantangan tersendiri. Informasi yang beredar tidak selalu positif dan sesuai dengan nilai nilai agama, sehingga generasi Z rentan terpapar konten yang dapat melemahkan keimanan dan moral mereka. Oleh karna itu, pengajaran akidah di era media sosial harus dirancang secara strategis agar mampu membentengi generasi muda dari pengaruh negative sekaligus memanfaatkan media sosial sebagai alat dakwah yang efektif.
Selain itu pandemi COVID-19 telah membawa tranformasi pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran daring yang sangat bergantung pada teknologi digital dan media sosial. Hal ini menuntuk pendidik untuk untuk mengembangkan metode pengajaran akidah yang adaptif dan inovatif agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan efektif dan bermakna kolaborasi antara guru, orang tua, dan lembaga pendidikan menjadi sangat penting untuk memastikan pendidikan akidah dapat menjawab tantangan zaman dan meningkatkan keimanan generasi Z secara menyeluruh.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian berbentuk studi pustaka (library research) sebagai langkah pemecahan suatu permasalahan dengan penelaahan secara teliti dan intens terhadap data-data pustaka yang relevan.Sumber data pustaka yang dimaksud ialah buku, artikel ilmiah, dan jurnal. Dengan sumber kepustakaan, meghasilkan data yang menjadi pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian. Pendekatan deskriptif kualitatif dimana pemanfaatan data diambil secara kualitatif dan dijabarkan atau dijelaskan secara deskriptif. Pengolahan data untuk menghasilkan informasi didapat melalui beberapa proses diantaranya proses mencari data, proses mengumpulkan data, proses mengolah/menganalisis data, dan proses menyimpulkan data.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pendidikan Akidah Akhlak
Pendidikan akidah akhlak berfokus pada ajaran Islam sebagai dasar untuk mempelajari etika dan moralitas. Aqidah adalah keyakinan dan keimanan. Aqidah berasal dari kata "aqd", yang berarti "pengikatan". sebuah pengikat yang melekat pada seseorang yang sulit untuk dilepaskan. Seseorang memiliki aqidah yang dipegang teguh dan diyakini. Orang yang berakidah adalah orang yang memiliki prinsip moral. Aqidah sulit untuk diubah karena timbul secara alami dari keinginan pribadi tanpa tekanan dari orang lain atau pihak mana pun, sehingga harus dibenarkan untuk menjadi agama. Aqidah keyakinan seseorang menghilangkan keraguan dan berfungsi sebagai sandaran dalam hidup mereka, yang pada gilirannya akan menumbuhkan akhlak yang mulia pada diri mereka sendiri di masa depan. Akidah yang kuat akan berpengaruh pada bagaimana seseorang menjalani kehidupannya karena berdampak pada semua yang mereka lalui. Adanya pendidikan memungkinkan pemahaman dan pendidikan lebih lanjut tentang prinsip-prinsip ini. Akidah diajarkan dalam pendidikan dan memperkuat iman kita.
Akhlak adalah bagaimana seseorang berperilaku. Kata akhlaq atau khuluq berarti budi pekerti, perangai, atau tabiat. Ibrahim Anis, menurut Mujam al-Wasith, menggambarkan akhlak sebagai sifat yang ada di dalam diri seseorang dan menjadi sumber dari tindakan mereka, baik itu baik atau buruk. Akhlak adalah sifat manusia yang terdidik. Pendidikan Islam sangat penting untuk membangun akhlak mulia, yang menunjukkan betapa pentingnya pendidikan Islam untuk mewujudkan akhlak mulia. [1]
Pendidikan moral sangat penting karena berdampak pada perilaku anak dan remaja secara keseluruhan. Ini disebabkan oleh fakta bahwa pendidikan ini mengajarkan anak-anak dan remaja untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan akhirat. Dengan mengajarkan aqidah akhlak, anak-anak dan remaja dibimbing untuk mencapai keseimbangan antara kemajuan fisik dan rohani, serta hubungan manusia dengan Tuhan. upaya untuk menumbuhkan murid-murid yang berakhlakul karimah. Pertama, untuk mencapai tujuan ini, guru harus memberi siswa mereka pemahaman yang mendalam tentang moralitas, contoh, dan strategi untuk mencegah anak-anak terjebak dalam kesenangan; meningkatkan hubungan pendidik-siswa; menanamkan moralitas dalam berbagai cara yang sesuai dengan situasi siswa; dan membangun dan mengontrol lingkungan siswa. [2]
2. Media Sosial Menurut Prespektif Islam
Islam memiliki batasan untuk bagaimana para penganutnya menggunakan media sosial. Agama ini mendorong mereka untuk selalu mengutamakan kebajikan di setiap aspek kehidupan mereka. Islam tidak memperhatikan kemajuan teknologi. Islam mendukung dengan mempertahankan etika yang mengarahkan moral dan akhlak ke arah yang benar.
Allah berfirman: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” (Q.S Al-Azhab:70). Ayat tersebut merupakan perintah dari Allah SWT yang ditujukan kepada orang yang beriman untuk senantiasa selalu berkata jujur dan berbuat baik. Apabila hal ini dihubungkan dengan fenomena bersosial mediayakni hendaklah berkomunikasi serta menyebarluaskan informasi yang harus disertai dengan kebenaran dan kejujuran. [3]
Adapun beberapa adab bermedia sosial dalam Islam diantaranya:
2. Menyebarkan Kebaikan dan Mencegah Keburukan
3. Tidak Menghina dan Menebar Kebencian
4. Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin
Segala sesuatu yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kehidupan dan kesehatan seseorang. Ada kemungkinan kebiasaan bermain media sosial akan menghalangi ibadah. Islam selalu mengajarkan orang untuk bijak menggunakan waktu mereka. Waktu adalah usia manusia secara alami, jadi usia berkurang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus memanfaatkan waktu luang kita dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat baik di dunia nyata maupun di media sosial. [4]
Penting bagi guru untuk menerapkan strategi pembelajaran sebagai orang yang utama. Pendidik adalah contoh yang dapat ditiru oleh siswa dalam percakapan dan tindakan mereka. Guru harus memiliki moral atau etika yang baik. Peran penting dalam pembelajaran akhlak adalah bahwa guru harus mampu menjaga sikap, tutur kata, dan perbuatannya. ketidaksesuaian antara apa yang dia katakan dan apa yang dia lakukan. Perilakunya mencerminkan ucapannya. Peran penting ini adalah tugas dan amanah yang diemban oleh guru; mereka harus melakukannya dengan jujur dan tanggung jawab. [5]
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan:
4. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan metode pembelajaran berbasis web. Proses pembelajaran dengan metode ini hanya dapat dilakukan di tempat yang memiliki jaringan internet. Metode ini digunakan untuk mengajar dengan menggunakan teknologi internet saat ini. seperti pembelajaran melalui internet, yang sudah banyak digunakan dalam sistem pendidikan saat ini. Seorang pendidik dapat mengarahkan siswa mereka untuk mengumpulkan informasi dan menyiapkan materi untuk diajarkan di kelas.
Di era sosial media, metode pengajaran akidah mengalami transformasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana penyampaian nilai-nilai keimanan. Generasi Z yang lekat dengan dunia digital membutuhkan pendekatan yang interaktif, visual, dan relevan dengan kehidupan mereka. Penggunaan media sosial secara bijak oleh para pendidik, baik formal maupun informal, terbukti mampu menjadi jembatan dalam menanamkan pemahaman akidah secara lebih menarik dan menyentuh. Oleh karena itu, integrasi antara nilai-nilai keislaman dan kecanggihan teknologi menjadi kunci dalam meningkatkan keimanan Generasi Z di tengah tantangan era digital.
DAFTAR PUSTAKA
[2] Munawir Munawir, Melinda Putri, and Ulfa Shafira Putri Diasti, “Urgensi Pendidikan Akidah Akhlak di Era Globalisasi,” Jurnal Basicedu 8, no. 2 (May 9, 2024): 1402–10, https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i2.7269.
[3] Zaky Raihan et al., “Dampak Media Sosial Terhadap Akhlak Di Era Globalisasi,” Jurnal Budi Pekerti Agama Islam 2, no. 2 (April 17, 2024): 301–15, https://doi.org/10.61132/jbpai.v2i2.264.
[4] Nadila Putri Saharani et al., “PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM,” JURNAL RISET RUMPUN AGAMA DAN FILSAFAT 1, no. 2 (October 8, 2022): 116–25, https://doi.org/10.55606/jurrafi.v1i2.514.
Posting Komentar untuk "Metode Pengajaran Akidah di Era Sosial Media: Meningkatkan Keimanan Generasi Z"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.