Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerbung_"Ibuku Gila" Part 4

 #Ibuku_Gila

#Part4



***

Aku menajamkan pendengaranku, pasti tidak salah itu Mak. Tapi kenapa Mak ada di sini? Kenapa Mak memeluk Humairah, dan Mak berjilbab?

Begitu banyak pertanyaan dalam kepalaku, aku harus memastikan kalau itu Mak. 

“Bang, ada apa?” Eis dan Ayah sudah di sampingku.

“Sstt, lihat, Eis, itu Mak bukan?”

“Mana, Bang?”

Belum sempat Eis menjawab, ‘Mak’ sudah menyerang Dara, Dara kewalahan menghadapi Mak, beruntung Mey berhasil memeluk Mak.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Mak, aku kaget dan reaksi yang sama juga aku lihat ada pada Mey. Gadis itu cepat melindungi ibu.

“Mbak, saya mohon jangan kurang ajar, ini orang tua dan dia sakit.”

“Peduli apa aku dengan wanita gila itu?”

“Aku tidak gila, kamu yang gila, kamu yang bodoh, weekkk.” Mak menjulurkan lidahnya, orang-orang yang menonton langsung tertawa. Wajah Dara memerah, entah malu entah marah.

“Itu Mak kalian ‘kan?” Tiba-tiba Ayah sudah ada dekat kami.

“Iya, Yah, tapi siapa wanita yang sama dia?” Eis heran.

Aku menahan Eis yang hendak maju ke arah Mak. Aku ingin tahu apa yang sesungguhnya terjadi, ah bukan, tepatnya aku ingin melihat bagaimana Humairah membela Mak. Kembali getar halus itu membelai jantungku, aku memegang dadaku.

Dara kembali mengangkat tangannya, tapi kali ini Humairah sigap melindungi Mak, dia menangkap tangan Dara. Mak tertawa senang, dia bersorak seperti anak kecil. Bertepuk tangan kegirangan dan menggoyang-goyangkan badannya, Mak berjoget.

“Jangan kira hanya anda yang punya tangan, jika anda berani mengangkat tangan ke Ibu saya, saya bisa nekat.”

“Bang, itu Mak bukan sih? Kok wanita itu bilang itu Ibunya, aku yakin itu Mak kita,” bisik Eis.

“Sstt, diam!” kataku. Eis menurut.

Wajah Dara kelihatan kesal dan malu, dia menarik tangannya dan berlalu setengah berlari, Mak makin kegirangan.

“Ibu, lain kali Ibu nggak boleh gitu ya,” lembut suara Humairah.

Dia membimbing Mak ke bangku taman, mereka duduk di sana, perlahan kerumunan orang-orang itu bubar, Mey tidak mempedulikan orang itu. Dia sibuk membersihkan wajah  dan pakaian Mak yang terlihat sedikit kotor. Sepertinya Mak tadi terjatuh.

“Lapar.” Mak mengelus perutnya.

“Ibu lapar? Kan tadi dah makan?” Mey tersenyum.

“Aku ini Mak mu, jangan panggil Ibu, Mak nggak suka.” Mak cemberut.

“Iya, Mak, tadi Mey lupa.”

“Siapa Mey? Kamu itu Eis bukan Mey!” Mak melotot.

“Iya, Mak, maaf.” 

Lihatlah, gadis manis itu memeluk Mak. Aku terharu, aku melihat Eis juga. Ayah lebih dulu melangkah ke arah mereka, begitu sampai Ayah langsung memeluk Mak.

“Nur, kamu kemana aja, puas Abang nyari kamu, Nur.” Suara Ayah serak menahan tangis. Ayah memang selalu mencintai Mak, aku tahu sejak Mak menghilang Ayah sulit tidur dan tak selera makan.

“Maaf, Pak, Bapak kenal Ibu ini?” Tatapan Mey penuh selidik.

“Hus, anak tak sopan, dia Ayahmu, kamu lupa?” Mak menjitak kepala Mey. Aku kaget, Ayah dan Eis juga.

“Nur, jangan gitu, dia bukan Eis, Eis ada di sana.” Ayah menunjuk ke arah kami. Aku dan Eis mendekat, Mey kaget melihatku. 

“Mas Satria?”

Aku mengangguk dan tersenyum, kenapa aku selalu bahagia saat dia memanggilku Mas Satria?

***

Aku menatap Humaira yang bercerita bagaimana dia berjumpa dengan Mak, wajahnya terlihat jauh lebih cantik jika di tatap dari jarak sedekat ini. Wajahnya bersemu setiap pandangan kami bertemu, dan seperti biasa dia langsung mengalihkan pandangannya. Dia lebih sering menatap Eis dan Ayah.

“Nah, luka di kepala Ibu itu adalah bekas lemparan anak-anak nakal itu.” Dia mengakhiri ceritanya.

Ternyata pertemuannya dengan Mak itu tak di sengaja, saat dia mengisi kajian di ujung komplek kami, Mak ada di situ. Tapi sebelum acaranya selesai Mak dah pergi, dan beliau diganggu anak-anak nakal dekat jembatan. Mereka melempari Mak, beruntung Humairah lewat.

Ada kemarahan terselip di hatiku, kalau aku yang melihat mereka melempari wanita yang paling aku sayangi ini, maka aku akan lupa mereka anak-anak. Wajah Ayah juga terlihat mengeras.

“Kamu udah nyari Mak dua hari ini, Kak, kami juga udah lapor polisi.” Kata Eis, aku tahu meski Eis tidak ingin Mak ada saat lamarannya, tapi aku tahu betul dia sangat menyayangi Mak sama sepertiku.

“Kakak juga udah buat laporan, Kakak sengaja nggak ninggalin Ibu di sana. Selain Ibu nggak mau tinggal, Kakak juga nggak tega.”

Duh, aku kenapa berdebar ya? Satria, sadar, kalian baru saling mengenal, bisikku dalam hati.

“Terima kasih banyak, Nak, sungguh Bapak tidak akan melupakan kebaikanmu ini, semoga Allah membalasmu, Nak.” Doa Ayah tulus.

“Makasih banyak, Mey, aku nggak tahu harus bilang apa,” kataku jujur.

Pipinya merona lagi, ah andai boleh ku sentuh.

“Nggak apa-apa, Mas, bukankah sudah kewajiban kita saling tolong menolong?” Katanya malu-malu.

“Nur, kamu lapar?” Ayah bicara pada Ibu. Ibu mengangguk.

“Di sana ada lontong sayur, kamu ‘kan suka. Ayo Eis, kita sarapan dulu.” Eis mengangguk. 

“Kalian sebelumnya sudah saling kenal ‘kan? Ngobrol aja dulu, nanti boleh nyusul.” Kata-kata Ayah membuat wajah Mey semakin merona, kali ini aku yakin wajahku pun pasti memerah.

“Ayo, Bang, sikat.” Eis menggodaku, aku jitak kepalanya pelan. Dia tertawa senang.

“Kak, kami duluan ya, oh iya, satu lagi, Kak, Abangku yang ganteng itu masih jomblo, lagi nyari calon istri Sholehah seperti Kakak.”

Eis langsung lari sebelum aku sempat melemparnya dengan sepatuku. Mey menunduk malu. Aku jadi salah tingkah.

“Maafkan adik saya, dia memang suka usil.” Kataku berusaha santai.

“Nggak apa-apa, Mas.”

“Terima kasih sudah merawat ibu kami, Mey,” ucapku tulus.

“Nggak apa-apa, Mas.”

Tuhan, apa kosa katanya Cuma ‘nggak apa-apa, mas?’ tanyaku dalam hati. Aku melihat kegelisahan di wajahnya, dia tidak nyaman.

“Kenapa, Mey?”

“Maaf, Mas, dalam Islam dilarang duduk berduaan jika bukan muhrim.”

Ya Allah, jaman sekarang ternyata masih ada wanita seperti ini?

***

Bersambung

Terima kasih admin.   





Posting Komentar untuk "Cerbung_"Ibuku Gila" Part 4"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.