Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerbung_"Ibuku Gila" Part 1

 #IBUKU_GILA

#Part1


***

Seringkali kita lupa bahwa hidup ini bukan hanya sekedar meminta dan menerima, tapi lebih kepada memberi, baik itu pengorbanan berupa materi maupun kasih sayang.

“Pokoknya Eis ndak mau kalau Mak ada saat lamaran Eis dan pesta Pernikahan Eis nanti”

“Astaghfirullah Eis, kamu sadar barusan itu kamu ngomong apa?”

“Ya sadarlah Bang, Eis sadar banget malah. Dulu saat Eis dengerin kata-kata Abang apa yang Eis dapat? Hah? Eis ditinggal sama pacar yang udah mau ngelamar Eis. Dan Abang? Bukankah Kak Dara ninggalin Abang juga karena Mak?” 

Hampir saja aku menampar Adik semata wayangku itu beruntung Ayah ada di situ. “Sudahlah, Adikmu ada benarnya juga Sat.” Lirih suara Ayah dan aku tau betul Ayah menahan tangis. Kalau cinta suci ada di jaman sekarang maka Ayah adalah pemiliknya. Aku selalu saja gagal memahami perasaan Ayah. Lelaki yang mampu hidup dengan Mak tanpa mengeluh sedikit pun.

“Ayah, Eis sudah kelewatan”

“Sudahlah Satria, biarkan saja”

“Tapi Yah...”

Tatapan Ayah membungkam mulutku. Akhirnya aku memilih pergi dari rumah untuk sementara. Tanpa tujuan, aku memacu mobilku di jalanan dengan kecepatan sedang. Terngiang kembali kata-kata adikku itu. Ada luka yang menganga kembali di hatiku seperti baru aku alami kemaren. Kenapa sih Eis mengungkit itu lagi? Sakit yang aku rasa sungguh tak kan pernah bisa aku lupakan. Dara wanita yang sangat aku cintai, wanita yang aku inginkan menjadi ibu dari anak-anakku dia juga wanita yang mampu menggetarkan hatiku bahkan saat aku belum tau namanya. Satu persatu kenangan itu muncul aku berusaha menolaknya dengan memejamkan mataku kuat dan menarik nafas panjang. Sungguh aku sangat mencintainya. Sampai saat ini aku belum menemui wanita yang bisa menggantikannya di hatiku. Padahal hampir tiga tahun kami berpisah lebih tepatnya dia meninggalkanku. 

Tiiiinnnnn..... Tiiinnnnnn.....

Suara klakson mobil mengagetkanku. Lebih kaget lagi setelah tahu aku hampir menabrak sepeda motor di depanku. Aku mengusap wajahku menarik nafas pelan menenangkan diri dan turun dari mobil. Seorang wanita memakai gamis biru motif bunga dengan jilbab panjang senada juga menghentikan kenderaannya. 

“Maaf Mbak, ada yang sakit?” Aku berusaha membantu. Tapi dengan halus wanita itu menolak.

“Nggak apa-apa Mas, saya baik-baik aja.” Suaranya lembut.

“Saya benar-benar minta maaf Mbak. Saya Satria” Aku mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan dengannya. Tapi wanita ini hanya menangkupkan kedua tangannya di dada. Dia tidak menyambut uluran tanganku. 

“Saya Humaira, panggil saja meyra.” Jawabnya sambil tersenyum. Hanya sekilas dia menatap sesudah itu dia kembali menunduk. Aku langsung faham, kalau meyra adalah gadis yang taat beragama. Senyumnya, aku merasa sesuatu yang lain dalam hatiku.

“Permisi Mas Satria, saya duluan.” Aku tergagap tapi cepat-cepat menganggukkan kepala sambil memberinya jalan. Aku langsung masuk ke dalam mobil dan kembali melaju di jalanan yang tak begitu ramai. Tapi entah mengapa wajah Meyra yang senyum dan langsung menunduk tiba-tiba menjelma di depanku, cepat ku tepis bayangannya itu aku tak mau kejadian tadi terulang kembali.

***

“Bang, cepat pulang, ibu nggak ada di kamar, Eis juga dah cari keliling komplek tetap nggak ketemu.” Suara Eis yang panik membuatku ikutan panik.

“Udah kamu cari semua Eis? Dapur? Gudang?”

“Udah Bang, semua, bahkan kolong tempat tidurpun dah Eis cek, tapi Mak nggak ada.”

”Ayah mana?”

“Lagi nyari Mak, udah Abang cepat pulang aja, jangan banyak tanya dulu Eis bingung.” Terdengar suara telepon ditutup. Aku menarik nafas panjang. “Kemana lagi Mak kali ini?” tanyaku dalam hati. Cepat aku berkemas, ku sambar kunci mobil di atas meja dan jas di sandaran kursi. Aku pamit ke Lina sekretarisku, aku pesan untuk membatalkan semua meetingku siang ini. Tanpa protes dia mengangguk. Cepat aku berlalu dari hadapannya setengah berlari menuju lift, tak sabar aku menekan D yang langsung menuju tempat parkir. Ketika lift terbuka setengah berlari aku menuju mobil dan langsung tancap gas. Aku sungguh bingung, kemana aku akan mencari wanita yang sudah melahirkan aku itu. Ponselku berdering lagi nama Eis tertera di layar cepat aku angkat.

“Ada apa Eis? Emak dah ketemu? Berondongku padanya.

“Belum Mas.” Jawab Eis.

“Kok bisa sih Eis ceroboh gitu? Emang kamu ngapain aja di rumah?” Aku kesal pada adikku itu.

***



Tentang Kak Re

Reni Juniarti atau yang akrab disapa Kak Re, kelahiran 01 Juni 1983 di desa Lubuk Soting. Beliau merupakan seorang pendidik di salah satu sekolah menengah atas di Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Selain seorang pendidik beliau aktif di beberapa komunitas menulis karena beliau sangat menyukai dunia tulis menulis.

Kak Re menyelesaikan studi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia  di Universitas Riau tahun 2006, dan menamatkan S2 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat.

Kecintaan dan ketertarikannya pada dunia sastra sudah mulai sejak di bangku kuliah. Menulis merupakan hobby yang ditekuni, mulai dari menulis puisi, cerpen, naskah drama dan novel.   Tidak hanya menulis, Kak Re juga piawai dalam membaca puisi dan bermain teater, beliau pernah aktif di salah satu sanggar teater di kampus, bahkan sekarang beliau juga merupakan pembina teater di sekolah tempatnya mengajar. 

”Teruslah tebar kebaikan, jika sekarang belum menuai hasil percayalah ada saat yang di pilih Allah untuk mengembalikan semuanya.” 

Instagram : Renijuniarti28, alamat email : renijuniarti1@gmail.com 


Posting Komentar untuk "Cerbung_"Ibuku Gila" Part 1"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.