Pantun Warisan Kita, Warisan Dunia
Pantun Warisan Dunia Tak Berbenda dan Contoh-Contoh Pantun
Di zaman nenek moyang kita dahulu, untuk berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengungkapkan sesuatu kepada orang lain, terkadang mereka tidak menyampaikan secara langsung, tetapi mereka sering menggunakan pribahasa, perumpamaan, pantun, kiasan, pepatah atau ungkapan. Pada masa sekarangpun ungkapan-ungkapan tersebut sering digunakan, terutama bila hendak menasehati seseorang. Oleh sebab itu penulis-penulis mengembangkan perumpamaan-perumpamaan tersebut dalam bentuk pantun.
Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup satu zaman dengan Raja Ali Haji. Antologi pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu. Genre pantun merupakan genre yang paling bertahan lama.
Pada masa sekarang ini pantun telah berkembang menjadi kata-kata dengan makna-makna yang indah yang kerapkali disisipkan dalam pidato-pidato ataupun berbagai acara formal maupun informal serta dalam event dan pengumuman-pengumuman.
Pada dasarnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a).
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: Sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud atau isi, selain untuk mengantarkan rima/sajak.
Pantun masa kini semakin populer semenjak UNESCO menetapkan pantun sebagai warisan budaya tak berbenda. Sebagaimana dikutip “Pengumuman pantun sebagai warisan budaya tak berbenda” yang diumumkan UNESCO melalaui akun Twitter mereka, @UNESCO, seperti yang di ditulis detikcom, pada hari Jum’at tanggal 18 Desember 2020.
Contoh – contoh Pantun
PANTUN BERMAKNA UNTUK KEHIDUPAN
Jangan bercermin di lubuk
Takkan nampak wajahmu
Jangan contoh hal yang buruk
Tak akan baik bagimu
PANTUN GURU UNTUK MURID
Dengarlah sebuah kisah
Ketupat dibelah empat
Tiada keluh tiada kesah
Mengajar murid sampai dapat
PANTUN JENAKA
Paman menangkap buaya
lalu diikat dengan tali
kalau tertawa ompong giginya
kalau senyum lucu sekali
PANTUN UNTUK JOMBLO
Air jenih dalam guci
Jangan diminum sampai kembung
Jauh panggang dari api
Cinta putus berharap nyambung
Penulis : Arnita Adam
Editor : Nuratika
Posting Komentar untuk "Pantun Warisan Kita, Warisan Dunia"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.