Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen "Guru Kehidupan" Karya Reski Alfajri

 GURU KEHIDUPAN

KARYA RESKI ALFAJRI

Malam itu sangat istimewa menurutku, karna malam itu sepatah kata terucap indah sebuah janji suci dan tidak akan ada yang bisa merubahnya kecuali takdir menurutku. Sebagian orang menganggap malam itu tidak berarti sama sekali, tapi bagi aku dan dia malam yang istimewa. Bintang di langit seakan ikut menjadi saksi malam itu yang mengedipkan sinar pada kami.

Aku dan Rara menjadi saksi janji malam itu,sebuah janji mengalir dari mulut kami berdua. Aku dan Rara berjanji akan saling mencintai satu sama lain dan saling menyayangi.

“Ra, aku cinta sama kamu, aku berjanji akan mencintaimu sampai akhir hayatku.” Janjiku pada rara. Dan Rara pun juga berjanji.

“Iya Ki, aku juga cinta padamu dan aku berjanji akan mencintaimu dan menyayangimu. Dan satu lagi, jangan pernah tinggalkan aku.” Balas Rara. Aku dan Rara pun tersenyum bahagia saat itu.

Janji adalah sepatah kata yang harus dipertanggung jawabkan, karena janji harus ditetapi dan tidak boleh dilanggar atau dilupakan. Walaupun banyak orang yang mengingkarinya. 

***

2 tahun kemudian.

Awal bulan Februari itu memang tidak bisa aku terima dengan ikhlas, namun takdir merubahnya. Malam Minggu itu aku tidak percaya Rara pergi jalan-jalan bersama laki-laki yang aku curigai selama bulan januari, ternyata benar Rara telah selingkuh dibelakangku. Dan aku tidak berhalusinasi dan bermimpi, orang yang selama ini aku impikan jadi pendamping masa depanku telah membuat aku kecewa.

Pagi minggu itu tiba-tiba Rara mengajakku ke  taman kota, aku tidak tau apa maksudnya. Segera aku bergegas menjemputnya sebelum matahari menyapaku dengan sinarnya.

“Assalamualaikum…Ra” sapaku sambil mengetuk pintunya.

“Iya,tunggu bentar Ki..” Jawabnya dari kamarnya. Lalu ibunya Rara mejawab salamku.

“waalaikumsalam… Raranya masih siap-siap Ki,tunggu ya.” Sahut ibu Rara memecah sunyi didepan rumahnya.


Lima menit kemudian Rara muncul dihadapan aku dan ibunya,lalu kami pun pamit pada ibu Rara yang memperhatikan kami berdua.

“Bunda aku pamit jalan sama Reski ya, assalamualaikum bunda” ucap Rara pada ibunya. Dan aku juga pamit sambil mencium tangan bunda.

“Kami pergi dulu bunda, assalamualaikum bunda.” Aku pun juga pamit pada bunda.

“Waalaikumsalam, hati-hati ya nak” jawab ibunya Rara.

“Ya, bunda” sahut Rara lagi. Motorku pun meluncur dengan baik menuju taman kota. Setibanya kami berdua disana, hatiku senang melihat anak-anak bermain dan ada juga sebuah keluarga yang mengisi hari liburnya di taman yang indah ini. Lalu kami pun sampai di sebuah bangku di salah satu taman kota itu. Seperti biasanya Rara lebih dulu menanyakan kabarku.

“Kita duduk disana saja ya, biar bisa melihat anak-anak bermain.” Aku mengajak Rara ke sebuah bangku menurutku nyaman.

“Iya,boleh Ki, terserah kamu aja.” Jawab Rara dengan singkat dan tidak ada pertanyaan lain atau basa-basi atau pertanyaan yang buat aku kadang kesal, Rara tidak seperti biasanya. Kami pun duduk disana,sambil memandang anak kecil yang imut-imut itu bermain.

“Gimana kabarmu Ki?” Tanya Rara padaku.

“Alhamdulillah baik Ra,kalau kamu gimana Ra? Baik juga kan.” Jawabku. Rara memang terlihat aneh hari ini menurut matahati kecilku.

Aku tidak banyak bicara dengan Rara,entah apa yang membuatku tidak mau dekat dengannya, apalagi melihatnya. Aku benar-benar kecewa dibuatnya malam minggu itu, namun aku tetap diam dan pura-pura tidak tau apa yang terjadi malam tadi dan aku berusaha menahan diriku agar tidak bertanya tentang perselingkuhannya. Dan aku pun terhibur oleh anak-anak yang bermain itu dan aku menghampiri mereka dan ikut gabung bermain bersama mereka.

“Hai, adik-adik imut cantik dan ganteng, boleh kakak ikut main nggak?” Sapaku pada anak-anak itu. Mereka terlihat senang ketika aku ikut main mereka.

“Boleh kak,ayo sini main sama kita kak.” Salah satu anak itu menjawab dan mengajakku dan mengizinkan aku ikut bermain. Dan kami main petak umpat dan aku juga ikut mewarnai sebuah gambar bersama mereka. Mereka sangat senang dan aku pun juga senang tambah lagi aku terhibur.

Saat aku asik main sama anak-anak, Rara malah sibuk dengan hp dan tidak memperhatikanku seperti biasanya. Biasanya Rara ikut gabung main juga dengan anak-anak. Setelah aku puas main dengan anak-anak aku pun mengajak Rara pulang. Dalam perjalanan pulang Rara malah diam seperti patung dan aku pun juga ikut diam juga.

***

Seminggu pun berlalu

Seminggu pun berlalu dan selama seminggu juga aku berusaha sabar dengan sikap Rara yang berubah. Dan selama seminggu itu juga aku menilai bagaimana sikap Rara, apakah masih sama atau sudah sadar apa yang dia lakukan sama aku.

Saat aku mau pulang ke rumah, ada seseorang perempuan jatuh dari motornya di tepi jalan, aku  pun bergegas menolongnya. 

“Astagfirullah, kenapa ini?” Aku panik dan segera menolongnya dan minta bantuan untuk memebawanya ke puskesmas terdekat dan aku berhasil membawanya dengan mobil.

“Siapa yang bertanggung jawab dengan perempuan itu. ” tanya dokter kepada aku dan bapak aldi pemilik mobil yang mengantar perempuan itu

“Saya dokter, saya juga saksinya dan bapak ini cuma membantu saja.” Jawabku. Dan aku pun menyuruh pak Aldi untuk segera meninggalkan aku, karna saya tidak mau merepotkan pak Aldi. Dan motor saya juga dengan perempuan itu sudah diantar masyarakat yang ikut membantu.

Satu jam kemudian perempuan itu sadar dan diperbolehkan pulang,karna perempuan itu cuma luka di kening dan tangannya sedikit saja. Dokter pun menyuruhku menebus obat yang diperlukan dan menyuruhku untuk mengantarnya pulang. Dan perempuan itu muncul di saat aku dikasir.

“Makasih ya kak,sudah mau bantu aku.” Sapa perempuan itu. Dan aku pun tersenyum melihatnya sudah siuman dari pingsannya.

“Iya,sama-sama. Kata dokter kamu sudah boleh pulang,ayo kita pulang.” Jawabku. Dan aku menelepon Rama dan Samsul untuk bantu aku bawa motor perempuan itu.

“Kamu kenapa tadi? Melamun ya..” Aku membuka obrolanku sambil menunggu teman-temanku datang.

“Aku ada masalah kak,jadi aku kepikiran masalah itu terus. Oh ya kak aku Felin, nama kakak siapa? ” jawab Felin.

“Nama kamu Felin ya, aku Reski. Lain kali hati-hati bawa motornya, bahaya lo, jangan mikir masalah lagi pas bawa motor ya Fel.” Aku menasehatinya. Dan akhirnya Felin juga curhat tentang masalahnya dan masalahnya sama dengan aku.

“Sebenarnya aku itu sedang kecewa kak,pacar aku itu selingkuh kak, dan dia tidak mau memutuskan aku kak. Jadi aku sekarang sedih dan kecewa banget sama pacar aku kak, padahal dia udah janji, ternyata dia selingkuh dan mengingkari janjinya kak.” Felin pun curhat padaku.

“Kamu yang sabar ya Fel,aku juga punya masalah sama dengan kamu,pacar aku juga selingkuh. Dan aku tidak tau harus apa Fel.” Aku juga menceritakan masalahku pada Felin.

“Kalau menurut aku kak, jalan terbaiknya putus aja kak. Aku sedang minta putus sama pacar aku kak. Dan besok aku mau putus dengan dia kak.” Felin memberi saran padaku, dan menurutku itu memang jalan terbaik juga kok. Dan felin petunjuk untuk aku. Setelah mengantar Felin ke rumah, aku pun langsung pulang ke rumah. 

Setelah berbagai pertimbangan malam itu aku pergi ke rumah Rara dan aku mu putus dengan Rara.

“Rara anisa, aku mau kita cukup berteman saja dan jadi sahabat saja dan tidak lebih. Dan aku mau akhiri hubungan kita sampai disini saja.” Aku mengucapnya sambil menangis.

“Kamu kenapa Ki, ada masalah apa ki, kok kamu tiba-tiba mau putus sama aku.” Rara kaget mendengar ucapanku.

“Aku rasa ini jalan terbaiknya Ra, kamu juga begitukan. Aku nggak ada masalah kok,semuanya baik-baik saja kok. Dan kamu juga tidak salah kok” aku berusaha membuatnya sadar atas kesalahan yang dia buat. Dan aku pun pulang dengan hati yang kecewa melihat tanggapan dari Rara dan Rara juga senang aku memutuskannya.

Besok pagi aku pergi ke taman kota danjumpa dengan felin untuk kedua kalinya. Dan aku menceritakan tentang hubungan aku dengan rara.

“Fel, kamu tau nggak. Aku sudah putus dengan pacarku dan kini aku juga bebas dari masalah dan aku lega sekarang.kalau kamu gimana Fel.” Aku mengajak Felin ngobrol.

“Aku juga sudah putus dengan pacarku kak. Aku juga merasa tenang sekarang kak.” Felin juga curhat denganku. Saat kami asik ngobrol, tiba-tiba mantan pacar felin dan juga selingkuhan rara mendatangi kami, namanya Indra.

“Fel, dia siapa. Kamu bilang aku selingkuh, kamu juga selingkuh kan.” Kata Indra dengan nada sedikit keras.

“Ini suami aku Indra, aku itu bukan selingkuh ya. Kamu jangan bicara seenaknya tanpa ada bukti, sudah jelas kamu yang salah, malah salahin aku.” Bantah Felin. Aku tau Felin bersandiwara dan Indra pun pergi.

“Itu mantan kamu Fel?” Tanyaku penasaran.

“Iya kak, kenapa kak.?” Tanya Felin balik.

“Dia itu selingkuhan pacar aku dulu Fel.” Jawabku.

“Oh ya kak, lupakan saja kak, lupakan masa lalu kak, mungkin ini jalan terbaik kita kak.” Jawab Rara. Aku memang tak percaya apa yang terjadi. Felin memang orang yang selalu memberikan aku saran dan menasehatiku. Felin adalah guru dalam kehidupanku saat ini yang selalu menguatkanku. Aku dan Felin memang mempunyai masalah yang sama, tapi felin lebih kuat dari aku. Aku memang tidak bisa menerima atas apa yang terjadi.  Hidup di dunia ini memang tidak ada yang sempurna, kita harus melewati lika liku kehidupan yang penuh tantangan. 

“Setiap matahari terbenam,ia selalu berjanji esok akan terbit kembali. Setiap orang pasti pernah terjatuh tetapi mereka yang memiliki harapan menolak untuk menyerah, lalu mereka bangkit kembali. Karena, mereka yang hidup dengan keyakinan, keyakinan bahwa Allah lah yang telah mengatur kehidupan ini, dia kan selalu bersyukur tatkala diberi nikmat dan tetap bersabar ketika diberi ujian.”

-Reski Alfajri-

Tamat





Posting Komentar untuk "Cerpen "Guru Kehidupan" Karya Reski Alfajri"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.