Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen. "Jaga Aku Saja" Karya Reski Alfajri

 "JAGA AKU SAJA"

KARYA RESKI ALFAJRI

Rasa takut bukan sebuah ancaman bagi diriku, itu adalah sebuah dari masalah yang harus aku lalui dalam hidup ini. Dalam hidup kita pasti merasakan rasa takut dan apapun itu. Tapi jangan pernah kamu lari dari rasa takut itu, kamu harus kuat ketika merasakan dan menjalaninya, dan kamu harus lawan rasa takut itu, biar kamu kenal siapa diri kamu sebenarnya. 


“Ra..” sebuah suara lembut menghapus lamunanku di depan rumah. 

“Ya. Bentar lagi.” Jawabku yang sedang asik menatap indahnya langit pada malam itu. Namaku Rara Kasvia, biasa dipanggil Rara dan aku seorang gadis imut yang butuh perlindungan. Semua perempuan pasti butuh perlindungan lah, aku saja yang terlalu GR dengan sahabatku. Aku punya seorang sahabat yang baik dan sayang denganku. Reski Alfajri namanya, biasa aku panggil dengan Ki. Dialah yang aku maksud sebagai pelindung dalam kehidupanku. Reski seorang pemuda yang memiliki imajinasi sangat tinggi dan hoby membuat puisi dengan berbagai genre. Berbeda denganku, perempuan yang hoby fotografer dan memfoto objek alam dan pemandangan yang bagus.

***

Malam itu sebenarnya aku dan Reski harus tidur lebih awal, tapi mataku belum bisa berdamai. Mungkin itu sebuah kebiasaanku sebelum tidur, aku harus menatap langit terlebih dahulu. Untuk apa? Untuk menghilangkan suntuk dan rasa lelah seharian. Padahal besok kami akan pergi ke sebuah bukit yang indah di daerah peninggalan kerajaan Sahilan. Kami akan menempuh perjalanan jauh dari perkotaan dan menyebrangi beberapa sungai besar untuk mencapai bukit rimbang baling tersebut.

“Ayolah Ra, udah malam lo, tidur lah Ra” Reski membujukku agar aku ke penginapan. Karna hari sudah larut malam, aku juga sudah mulai ngantuk.

“Sebentar lagi sayang…” candaku

“Iya Rara Kasvia” balas Reski

Aku tak tau apa yang aku rasakan setelah menatap indahnya langit, bintang, dan bulan. Aku lihat jam sudah pukul 02.27 pagi, Reski terlihat lelah menungguku. Apa aku terlalu kelewatan dengan dia, ah biarkan saja. Jika dia mau menemaniku berarti dia sayang sama aku. Lalu aku diantar oleh Reski ke penginapan, Reski hanya tersenyum melihat tingkahku.

“Ayo sayangku… sayangku…. ” akupun minta diantar oleh Reski.

“Ayo..” jawabnya singkat.

Kami pun melangkah menuju penginapan yang tak jauh dari tempat aku menatap sejuta bintang dan bulan purnama itu. Reski orangnya memang sabar denganku, selalu mendampingiku kemanapun kegiatan yang aku mau. Setelah mengantarku ke depan pintu penginapan, Reski pun pergi menuju penginapan khusus untuk laki-laki dan meninggalkanku dengan wajah lelahnya.

“Nakasih ya Ki” ucapku dengan senyum.

“Iya, sama-sama Rara Kasvia. Aku pergi dulu ya. Selamat malam Rara.” Jawab Reski dengan nada lesu.

“Iya Ki, selamat malam ki.” Sahutku lagi. Akupun tertidur hingga pagi menyapa. 


***

Aku terbangun dengan riuhnya suara ayam berkokok dan di pancarkannya sinar memerah dari timur. Akupun segera mandi dan sholat subuh dan aku segera memakai baju untuk mendaki bukit nanti. Setelah menyiapkan segala persiapan untuk mendaki, segera aku mencari Reski ke penginapannya.

“Pagi pak Adi. Pak... Reski sudah keluar pak.” Ku tanya dengan pak Adi, pak Adi penjaga penginapan khusus laki-laki.

“Sudah, dari tadi sudah ke kantin nak.” Jawab pak Adi.

“oh iya pak. Makasih ya pak. Permisi pak” lalu aku segera menuju kantin menemui Reski.

“Pagi imamku. Apa kabarnya,” sapaku dari belakang.

“Pagi Ra, kamu dari mana.? Dari tadi aku nunggu kamu lo? Aku cari-cari kamu di penginapan kamu nggak ada. Kemana?” Reski malah melempar banyak pertanyaan kepadaku, bukannya menjawab pertanyanku malah balik tanya. 

“Dari kayangan. Aku juga nyari kamu di penginapan lo Ki” ku jawab dengan nada kesal.

“Kamu sih bangunnya kesiangan tau.” Cetus Reski lagi.

“Aku bangun sebelum azan subuh ya, aku sudah mandi dan aku sudah siap-siap dari tadi. Sarapan aja yang belum sih. Kamu udah siap apa?” jawabku.

“Oh ya… aku udah siap dari tadi kok. Tu tas aku di kursi.” Jawabnya Reski. ternyata dia sudah siap dari tadi, aku pikir dia masih sibuk dengan bukunya.

“Hmmmm… udah siap ya. Bagus deh, kita tinggal berangkat dong.” Tambahku lagi.

“Iya dong. Sini duduk bidadariku.” Reski menyuruhku duduk dan menggeser kursi untukku.

“Makasih ya.” Aku jadi salah tingkah dibuat oleh Reski.

Aku pun memesan nasi goreng kesukaanku untuk sarapan pagi itu dan kami menghabiskan sarapan pagi bersama. Karna tak beberapa lama lagi kami akan berangkat mendaki bukit rimbang baling yang berada tak jauh dari penginapan kami. Kami bersama rombongan pun berkumpul di lapangan untuk mendapatkan arahan dari  bapak Alfi selaku kepala desa dan para pemuda yang memimpin kami mendaki.

“Saya harapkan kepada semua peserta agar menjaga diri masing-masing dan menjaga perkataannya di daerah perbukitan dan disana kita tak boleh berkata kasar dan kata-kata yang kurang sopan. Mohon pengertiannya dan perbanyaklah berzikir atau menyebut nama allah, jangan melamun atau jangan takabur atau pikiran negatif.” Arahan dari pak Alfi kepala desa gunung Sahilan.

Setelah arahan dan do’a bersama dilakukan semua peserta pendaki, kami dibagi beberapa kelompok dan hasilnya aku kelompok 3, Reski kelompok 7 jauh rasanya berpisah. Aku tak bisa protes, karna itu keputusan dari pemuda-pemudi desa itu, aku harus terima semua keputusan mereka. Lalu kelompok pertama pun melangkah dan begitu juga kelompok 2, kelompokku dan Reski juga. Kelompokku orangnya baik-baik dan ramah, tapi kurang seru tanpa ada Reski disampingku. Aku merasa sedih banget tanpa ada Reski disampingku dan aku sering melamun di perjalanan. 

Tiba-tiba dalam langkah kakiku, aku mau buang air kecil dan aku minta temanku dini untuk menemaniku. Aku mengajak dini sedikit jauh dari jalanan untuk buang air kecil, aku mulai jauh dengan dini. Setelah aku selesai buang air kecil, aku tak melihat dini temanku. 

“Dini…. Dini…” teriakku. Aku tak melihat dini.

Aku mencari Dini di sekelilingku, tapi aku tak menemukan dini. Aku terus berjalan ke depan, aku tak sadar bahwa aku sudah tersesat. Aku panik dan bingung harus berbuat apa, akupun berhenti dekat pohon besar dan mengambil minuman dalam tasku. Aku harus tetap di pohon ini biar tak jauh orang-orang mencariku, semoga Reski tau aku kehilngan di hutan ini.

***

Ternyata Dini menungguku dan dini tak melihat aku lagi dimana. Lalu Dini pun pergi menemui teman rombonganku yang lain dan melaporkan bahwa aku hilang. Perjalanan pun terhenti, semua peserta termasuk Reski pun mulai mencariku kesana kemari. Aku benar-benar membuat orang khawatir dan menghambat perjalanan ke puncak bukit.

Beberapa jam kemudian aku melihat Reski berjalan ke arahku dan aku senang sekali bisa ditemukan.

“Reski… Reski… aku disini.” Aku berteriak dan menangis.

“Ra.. Rara… tunggu disana, aku kesana Ra.” Reski pun mendengarkanku dan teriak memanggilku juga.

Akupun menunggu Reski, teman rombongan yang lain juga mulai berdatangan menjemputku. Aku senang sekali Reski dan teman yang  lain bisa menemukanku, aku bersyukur sekali bisa kembali bersama rombongan. Aku minta maaf kepada semuanya, gara-gara aku perjalanan menuju bukit terhenti dan karna aku melamun dalam perjalanan, karna aku tak biasa ngobrol dengan orang yang baru ku kenal, sejujurnya aku mikirin karna tidak bisa sekelompok dengan Reski. kalau bukan karna dipisahkan dari Reski, aku tidak jadi begini dan semuanya pasti baik-baik saja.

“Maaf ya bapak, ibu dan saudara sekalian, gara-gara saya perjalanan terhenti. Mohon maaf ya pak. ” aku minta maaf pada semua teman rombongan.

“Kenapa bisa terjadi nak Rara” tanya ibu Lala, ibu Lala penjaga penginapan khusus perempuan.

“Maaf buk, tadi saya melamun dan kurang konsetrasi.” Jawabku pelan.

“Kok bisa begitu nak, kamu melamun apa? Apa ada masalah lain?” tanya ibu Lala lagi.

“Sebenarnya saya tak setuju dengan pembagian kelompok rombongan buk, saya mau sekelompok sama Reski sahabat saya buk” jawabku.

“Jadi gara-gara itu kamu kurang semangat dan melamun tadi. Baiklah, saya akan pindahkan kamu ke kelompok Reski.” ujar buk Lala.

“Makasih buk. Maaf merepotkan.” Aku senang lagi.

“Sama-sama. Ayo kita lanjutkan lagi. Semuanya!!! kita lanjutkan perjalanan lagi” ucap bu Lala.

Akhirnya aku bisa sekelompok dengan reski lagi, tapi aku masih trauma dan takut. Kenapa aku bisa kesasar di hutan ini. kalau bukan untuk hobi ku, aku tak akan mendaki bukit lagi. Setelah sampai di rumah, selepas pulang dari kerajaan Sahilan. Aku masih ada rasa takut tentang kejadian kemarin ketika mendaki bukit. 

***

Sejak saat kejadian itu, aku tak pernah lagi pergi mendaki bukit. Rasa takut itu selalu menghantui ketika melihat bukit dan pegunungan. Reski pun tak pernah mengajakku mendaki lagi, bahkan jika dia pergi mendaki, reski tak pernah pamit padaku. Aku tak tau harus gimana lagi, jika aku benar-benar hilang di bukit itu. Nasibku masih baik, allah membuka petunjuk kepada Reski untuk menemukanku. Terima kasih untuk semuanya, khusus kepada Reski yang masih setia menemaniku.


Tamat 

Rambah hilir, 25 maret 2020



Posting Komentar untuk "Cerpen. "Jaga Aku Saja" Karya Reski Alfajri"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.