Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Shalat dan Kadar Kekhusyu'annya

"Pahala Shalat Kita Tergantung Kadar Kekhusyu'an Kita dalam Shalat"

        Ilustrasi: mukminun.com


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَنْصَرِفُ مِنْ صَلاَتِهِ وَلَمْ يُكْتَبْ لَهُ مِنْهَا إِلاَّ نِصْفُهَا, إِلاَّ ثُلُثُهَا إِلاَّ رُبُعُهَا إِلاَّ خُمُسُهَا إِلاَّ سُدُسُهَا إِلاَّ سُبُعُهَا إِلاَّ ثُمُنُها إِلاَّ تُسُعُهَا إِلاَّ عُشُرُهَا

“Sesungguhnya bila seorang hamba telah selesai dari shalatnya, maka tidak ditetapkan balasan dari shalatnya kecuali ada yang mendapat setengahnya, sepertiganya, seperempatnya, seperlimanya, seperenamnya, sepertujuhnya seperdelepannya, sepersembilannya, dan seperesepuluhnya.” (H.R Ashhabus Sunan)

Maksudnya, pahala yang didapatkan oleh orang yang shalat, sesuai kadar kekhusyu'annya, jika khusyu' nya hanya seperdua, maka segitulah yang ia dapatkan.


Ibn ‘Abbas –radhiyallahu’anhuma- berkata :

لَيْسَ لَك مِنْ صَلَاتِك إلَّا مَا عَقَلْتَ مِنْهَا

"Engkau tidak mendapatkan pahala dari salatmu kecuali apa yang engkau pahami."


Ammar Ibn Yasir radhiyallahu 'anhu menyatakan:

لاَ يُكْتَبُ لِلرَّجُلِ مِنْ صَلاَتِهِ مَا سَهَا عَنْهُ

"Tidaklah dicatat (sebagai pahala) dalam sholat seseorang ketika ia lalai" (diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhud no riwayat 1300)


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan :

وَالْعَبْدُ وَإِنْ أَقَامَ صُورَةَ الصَّلَاةِ الظَّاهِرَةَ فَلَا ثَوَابَ إلَّا عَلَى قَدْرِ مَا حَضَرَ قَلْبُهُ فِيهِ مِنْهَا

"Seorang hamba, meski dia telah melakukan bentuk salat secara lahiriah, namun dia tidak mendapatkan pahala kecuali sesuai kadar kehadiran kalbunya saat salat” (Majmu' Fatawa Syaikhil Islam jil. 32 hlm. 217)


Maka, shalat tanpa adanya kekhusyu'an, termasuk shalat yang di ancam oleh Allah dalam firmannya :

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ ۞ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ ۞

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya”

Apa yang dimaksud lalai dalam ayat tersebut?

Al-Imam Ibn Katsir –rahimahullah- berkata :

وَإِمَّا عَنْ وَقْتِهَا الْأَوَّلِ فَيُؤَخِّرُونَهَا إِلَى آخِرِهِ دَائِمًا أَوْ غَالِبًا. وَإِمَّا عَنْ أَدَائِهَا بِأَرْكَانِهَا وَشُرُوطِهَا عَلَى الْوَجْهِ الْمَأْمُورِ بِهِ. وَإِمَّا عَنِ الْخُشُوعِ فِيهَا والتدبر لمعانيها

“(Maksudnya) Tidak menunaikannya di awal waktunya, melainkan menangguhkannya sampai akhir waktunya secara terus-menerus atau sebagian besar kebiasaannya. Dan adakalanya (maksudnya) tidak menunaikan dan memenuhi rukun-rukun dan persyaratannya sesuai dengan apa yang diperintahkan. Dan adakalanya (maksudnya) saat mengerjakannya tidak khusyuk dan tidak merenungkan maknanya”

مَنِ اتَّصَفَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ قِسْطٌ مِنْ هَذِهِ الْآيَةِ. وَمَنِ اتَّصَفَ بِجَمِيعِ ذَلِكَ، فَقَدْ تَمَّ نَصِيبُهُ مِنْهَا، وَكَمُلَ لَهُ النِّفَاقُ الْعَمَلِيُّ.

"orang yang menyandang sesuatu dari sifat-sifat tersebut berarti dia mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh ayat ini. Dan barang siapa yang menyandang semua sifat tersebut, berarti telah sempurnalah baginya bagiannya dan jadilah dia seorang munafik dalam amal perbuatannya"


Penjelasan diatas, ditujukan kepada mereka yang menunaikan shalat 5 waktu, namun melalaikannya, maka Allah mengancam mereka. Lantas, bagaimana dengan orang yang berani meninggalkan shalat, walau hanya 1 shalat saja?


Penulis : Riski



Posting Komentar untuk "Shalat dan Kadar Kekhusyu'annya"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke dengan subjek sesuai nama rubrik ke https://wa.me/+6282388859812 klik untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.