Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen, "Melawan Gelap" Oleh Reski Alfajri

 Melawan Gelap

Karya Reski Alfajri

Malam itu langit cerah sekali setelah sore tadi hujan deras hingga mataku tak bisa melihat butir-butir air jatuh dari langit yang berwarna abu- abu. Seharian aku mengikuti perkuliah dari pagi hingga sore menjemput senja yang indah. Setelah perkuliahan, hujan pun reda dan akupun bergegas untuk pulang dan menjelajahi jalan berlapis aspal. Ketika hendak pulang jalanan terlihat basah dan licin, akupun harus mengendarai sepeda motor dengan lambat begitu juga dengan kendaraan lain dan menyebabkan aku agak lama di jalanan sampai di rumah. Aku reski mahasiswa akhir kampus rokania, aku akan menceritakan tentang sifat phobiaku selama ini yang masih mengikutiku hingga dewasa begini. Ini ceritaku.

Pada malam itu suasana sunyi seperti biasa, ketika aku pulang kuliah dan melihat satu komplek perumahan tempat aku tinggal terjadi pemadaman listrik. Aku yang saat itu lelah langsung bergegas menuju rumah, sampai di sana aku mulai mengeluarkan hp dari sakuku lalu menyalakan senter kemudian berjalan menuju kamarku untuk mandi dan  mengganti pakaian kotorku ini. Dari dalam kamarku terdengar suara bundaku sedang menyiapkan makan malam, dan aku langsung bergegas ke ruang makan yang letaknya tidak jauh dari kamarku untuk makan malam.

“ki… makan dulu!” ajak bunda.

“iya bunda.” jawabku dari dalam kamar.

Saat itu ruang makan hanya diterangi oleh lilin jadi suasana makan malam itu agak sedikit membuatku tidak selera karena keadaan gelap yang memang aku takuti sejak kecil. Selesai makan aku pun ke luar untuk mencari udara segar, di luar hanya ada kendaraan yang sesekali lewat menerangi jalan komplek. Ketika itu dari belakang ayah memanggilku, “ki, ayah sama bunda mau ke warung sebentar, kamu jaga rumah dulu ya…” kata ayah dengan suara santai, Aku mengangguk dengan perasaan agak berat.

Setelah ayah dan bunda pergi aku kembali masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamar, dalam kamar aku menyalakan laptopku untuk mendengarkan musik dan memeriksa tugas-tugasku yang telah kukerjakan kemarin. Di kamar yang sunyi, hanya paparan sinar dari layar laptop yang menerangiku, terdengar suara pintu depan rumahku terbuka, aku hanya diam dan berpikir itu orangtuaku yang baru saja pulang dari warung. Saat itu aku memanggil ayahku dari dalam kamar.

“Yah.. pak RT udah lapor ke petugas PLN? mati lampunya udah satu jam ini..”, tanyaku dengan suara agak keras.

“Sudah…” ayahku menjawab dengan suara berat. Aku pun melanjutkan memeriksa tugas kuliahku. Tak berapa lama, bunda memanggilku.

“ki… ini bunda beli makanan kesukaan kamu nih…” katanya dengan suara agak nyaring. Aku sejenak menghentikan pekerjaaku dan menjawab dengan semangat.

“Oke.. sebentar lagi selesai bunda…” kataku bersemangat. Aku bergegas menyelesaikan pemeriksaan tugasku lalu aku ke luar kamar dan berjalan sambil membawa hp untuk senter menuju ruang makan. Ketika sampai di ruang makan tiba-tiba senter di hp ku mati.

“yah… pake mati…” teriakku kaget.

“baterainya habis mungkin” kata ayahku dengan suara berat.

“ayah ada di sini juga? aku kira ayah di ruang tamu…” kataku sambil meraba-raba kursi untuk duduk dekat meja makan.

“lilin yang tadi nyala di sini mana bunda?” kataku heran.

“Mati.. udah habis lilinnya…” bunda menjawab. 

“emang tadi nggak beli di warung?” tanyaku.

“Enggak… ayah lupa, nanti juga nyala lampunya?” kata ayahku menegaskan dengan suara berat dan agak serak.

Entah hanya perasaanku saja atau memang lilin itu sudah habis, tapi sejak aku makan waktu pulang kuliah tadi, lilin itu masih ada tiga buah dan masih bisa bertahan sampai dua jam. Aku tetap berpikir positif dan tidak mau mengada-ada.

“Ini makanan kesukaan kamu…” kata bundaku sambil memberikan makanan kepadaku, sambil mengambil makan yang diberikan oleh bundaku aku meraba-raba tangan bundaku yang saat itu terasa dingin dan kaku, “Bunda.. bunda abis megang es ya kok tangannya dingin banget? apa hawa AC warungnya masih nempel di tangan bunda?” tanyaku sambil bergurau, bundaku hanya diam tidak merespon.

Tak lama berselang aku mendengar suara orang mengetuk pintu depan rumahku, aku bergegas menuju pintu depan, tapi tiba-tiba bunda memanggilku dari ruang makan.

“ki, jangan dibuka itu Cuma orang iseng aja”. Kata bundaku dengan nada agak keras, aku penasaran lalu aku membuka jendela dan mengintip dari dalam. Aku kaget bukan main ketika melihat kedua orangtuaku yang baru saja pulang dari warung berada di depan pintu sambil melihat ke jendela dan berkata.

“ini ayah ki, cepat buka pintunya”. Badanku lemas seketika, aku menoleh kebelakang dan melihat ke arah ruang makan dalam keadaan rumah yang masih gelap gulita saat itu aku melihat sosok bayangan tinggi berambut panjang dengan wajah yang samar-samar mendekatiku dan aku teriak sambil membuka pintu, aku langsung ke belakang ayahku yang berdiri tepat di depan pintu rumah.

“Kenapa kamu ki?” ayahku bertanya heran bercampur kaget. “Aku lihat hantu yah.. badannya tinggi rambutnya panjang” kataku sambil memegang erat tangan ayahku. 

“Hantu? mungkin itu Cuma perasaan kamu.. kamu kan emang takut sama gelap..” Kata ayahku dengan santai.

“Bener yah.. aku bicara sama mereka tadi di ruang makan, suara mereka mirip sama ayah dan bunda” kataku menegaskan.

“Ya sudah.. sekarang kamu ikutin ayah baca ayat kursi dan surat Al-Ikhlas tiga kali” katanya lagi dengan tenang.

Beberapa detik setelah membaca ayat-ayat tersebut listrik komplek perumahan kami kembali menyala, aku dan orangtuaku bergegas masuk ke dalam rumah, lalu aku dan ayah berjalan menuju ruang makan dan melihat ada sebuah piring di meja dan sebuah lilin yang masih menyala. Padahal tadi waktu aku sedang makan tidak ada lilin yang menyala dan makanan yang aku makan juga tidak habis, tapi piring di meja itu bersih seperti habis dicuci.

“lalu makanan yang aku makan tadi apa?” tanyaku dalam hati. “Astaghfirullah aku belum sholat Isya” kataku pelan.

“Nah mending sholat Isya dulu sana dari pada mikirin yang macem-macem” tambah bundaku.

“iya bunda laksanakan!” kataku sambil tertawa kecil.

Aku memang sering seperti itu ketika listrik mati, aku kadang melihat bayangan orang dan aku halusinasi sendiri. Rasa takut ini muncul ketika aku sekolah dasar dulu, ketika itu aku sedang belajar di kamar dan kedua orangtua ku di ruang tamu. Tiba- tiba listrik mati dan juga hadir hujan deras dan angin kencang membuat aku takut. Mulai kejadian itulah aku takut dengan gelap. Aku juga tak suka dengan warna hitam, karna hitam menutup jalanku. Makanya aku tidur harus ada lampu yang menyala dan menemaniku. Gelap juga kadang selalu menghantuiku disemua tempat, karna jika malam tanpa rembulan aku tak akan keluar rumah. Jika menurut kalian itu lucu, aneh dan hal biasa, bagiku itulah phobia yang aku alami. Kalian juga punya phobia dalam hidup kalian, tapi kalian diam saja. Jika kalian berani, tulislah tentang phobiamu dan rasa takutmu, mungkin kamu akan bisa melawan rasa takut itu, contoh aku, aku berani ceritakan tentang pengalaman rahasiaku, tentang phobiaku, tentang rasa takutku yang selalu ada.


Tamat.



Posting Komentar untuk "Cerpen, "Melawan Gelap" Oleh Reski Alfajri"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.