Cerpen, "Salah Takdir?" Oleh Widia Fatimah
SALAH TAKDIR?
Sinar mentari mulai menembus jendela membuat sang pemilik kamar terpaksa membuka mata. Sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dia teringat akan kejadian siang kemaren yang membuatnya mau tak mau harus meninggalkan sang pangeran di alam mimpinya dan bangun untuuk menjalani hidup yang realitanya tak sesuai ekspetasinya. Ya, dia si gadis malang yang salalu merutuki dirinya akan takdir yang sedang menimpanya. Tidak bisa di pungkuri hatinya di pagi hari ini tak secerah mentari yang sedang bersinar. Mentari itu seperti menertawakan dirinya atas takdir yang sedang menimpanya. Oh tuhan, apakah engkau tidak puas melihat hambamu yang sedang menangis meratapi nasibnya? Apakah ini yang namanya keadilan? Dimana letak keadilan mu? Apakah benar engkau tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambamu? Sambil terus menangis dia tidak tau bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikan nya dari kejauhan.
"Apa???? Saya di nyatakan gagal?? Bukan kah syarat-syarat yang saya berikan sudah sesuai Buk? dan bukankah kemaren Ibuk bilang saya akan di terima karna melihat hasil ujian yang saya dapatkan?" "Maaf nak, ibuk juga bingung kenapa bisa begini, mungkin tahun depan kamu akan lulus jangan putus asa ya nak!" sambil menepuk bahu luna. "Ahh, sudahlah buk tahun kemaren ibuk juga berkata demikian," sambil menghapus air matanya luna beranjak dan segera berlari meninggalkan buk Ningsih. "Luna, Luna, dengarkan penjelasan Ibuk dulu Nak" teriak buk Ningsih. Tapi Luna terus berlari dan mengabaikan panggilan gurunya. Di dalam ruangan yang sunyi Luna menumpahkan semua keluh kesah yang selama ini ia rasakan. Tuhan apakah tidak cukup aku di asingkan di keluargaku? Aku hanya ingin memulai hidup baru dengan orang yang baru juga, namun kenapa engkau tidak mengabulkannya? Apakah dosa ku terlalu banyak hingga engkau enggan untuk mendengarkan hamba mu ini? Ya Tuhan tolong hamba mu yang lemah ini.
Enam bulan setelah kejadian itu, Luna sudah tidak lagi menangis meratapi takdir yang menimpanya. Karena sudah dua kali tidak lulus di Universitas yang di impikannya akhirnya luna memilih untuk melanjutkan sekolahnya di STKIP ROKANIA yang mana di sini Luna menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Luna adalah salah satu mahasiswa yang aktif di kampus hampir setiap organisasi yang ada di kampus di ikutinya sehingga ketika nama Luna di sebut tak jarang orang mengenalnya karna dia juga ramah terhadap seluruh mahasiswa. Bahkan para dosen pun sangat menyukainya karna ke ramah tamahannya bukan karena ke pintarannya. Karena bisa di bilang Luna bukanlah mahasiswa yang pintar dalam bidang akademik.
Di rumah, yang dulunya Luna selalu di banding-bandingkan dengan kakaknya yang baik, rajin dan tidak suka keluyuran sekarang sudah tidak. Orang tua nya sudah mulai menyadari perbedaan antara kedua putrinya. Luna yang dulu selalu di larang melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya menurut mereka kini tidak lagi, ia sudah di berikan kebebasan untuk melakukan hal-hal yang ia sukai dengan ketentuan ia harus bisa jaga diri.
Suatu hari ketika Luna sedang membuka sosial medianya tiba-tiba ada sebuah pesan masuk yang berisikan pemberitahuan bahwa kampus memperbolehkan mahasiswa nya untuk kuliah di luar prodi dengan SKS di akui sesuai semester. Sambil senyam senyum Luna berpikir ini adalah kesempatannya untuk kuliah di Universitas yang di impikannya. Degan perasaan yang amat senang Luna mencari kontak dosennya untuk menanyakan persyaratan apa saja yang harus di penuhi agar ia bisa merasakan kuliah di Universitas yang ia impikan.
Luna : Assalamualaikum Buk.
Ibuk Misra: Waalaikum salam.
Luna: Maaf sebelumnya buk, mengganggu waktunya ini Luna anak semester 3 Buk, mau nanya Buk jika ingin melakukan pertukaran mahasiswa apa saja syarat yang harus saya penuhi Buk?
Ibuk Misra: Oo, jika Ananda ingin melakukan pertukaran mahasiswa yang harus Ananda kami penuhi ada beberapa persyaratan. Jika Ananda kami berkenan silahkan datang ke kampus untuk lebih detailnya silahkan tanyakan ke prodi ya Nak!
Luna : Baik Buk. Terimakasih informasinya ya buk.
Setelah percakapan singkat di sosial media itu. keesokan harinya dengan semangat anak muda Luna segera bergegas menuju kampus untuk memenuhi persyaratan apa saja yang harus di penuhi. Setelah semua persyaratan di penuhi akhirnya Luna bisa kuliah di Universitas yang ia impikan. Ya walaupun ia sudah tidak seantusias dulu lagi karena ia telah jatuh cinta pada STKIP ROKANIA. Ia sekarang hanya ingin merasakan kuliah di Universitas yang sempat membuatnya down. Rasa penasaran sehebat apa sih kampus yang dulu sempat membuat ia mengumpat Tuhannya?
Setelah melakukan pertukaran mahasiswa selama dua semester akhirnya luna memutuskan untuk kembali ke kampus tercinta yang membuat ia sadar bahwa menuntut ilmu tidak perlu di Univeritas yang bagus, tiak perlu di Ibu Kota yang selalu ramai, namun menuntut ilmu itu hanya perlu keseriusan dan keikhlasan dalam melakukan segala sesuatu. Sekalipun kamu kuliah di Universitas terhebat di dunia atau yang mahal di dunia, dan Universitas yang mahasiswa nya terbanyak di dunia. Semua itu tidak akan bisa mengantarkanmu pada ke suksesan jika di dalam diri kamu sendiri tidak ada niat dan keseriusan dalam menuntut ilmu. Namun sebaliknya sekalipun kamu kuliah di kampus terkecil di dunia, kampus yang mahasiswanya hanya sedikit bahkan sinyal pun susah namun jika di dalam diri kamu sendiri mempunyai niat dan usaha yang kuat untuk mewujudkan cita-citamu yakinlah semua itu tidak akan pernah menjadi alasan kegagalanmu. kampus tidak akan pernah bisa menjadikanmu seseorang yang sukses namun kampus memberikan kamu teori bagaimana jalan atau langkah untuk menuju kesuksesan.
Luna yang dulu selalu over thinking terhadap takdir yang ia jalani kini sudah berubah menjadi luna yang selalu positive thinking dengan takdir yang dijalaninya. Satu hal yang Luna dapatkan dari perjalanan hidup ini bahwa ‘’Tuhan menghancurkan rencanamu agar rencanamu tak menghancurkanmu’’. Jangan pernah salahkan takdir yang sedang kamu jalani mungkin saja di luar sana banyak orang menginginkan takdir hidup seperti takdir hidupmu namun allah lebih memilih kamu untuk menjalani takdir yang demikian. Bukan kah islam mengajarkan agar kita selalu bersyukur? Lantas, mengapa kita yang mengaku sebagai seorang muslim masih sering mengeluh dengan takdir yang kita jalani? Jawabannya mari tanyakan pada diri kita sendiri lagi.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah takdir namun jika kita menjalani takdir itu dengan yakin dan percaya bahwa itulah yang terbaik untuk kita maka kita akan menjadi manusia yang paling bahagia. Sudahlah jangan pernah salahkan takdir tapi salahkan lah diri sendiri kenapa tidak bisa menerima takdiryang telah di tetapkan tuhan untukmu.
Penulis
Widia Fatimah, mahasiswa semester 2 Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Rokania.
Posting Komentar untuk "Cerpen, "Salah Takdir?" Oleh Widia Fatimah"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.