Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Dari Lingkitang di Sungai Hingga Pucuk Gotah di Hutan

 Peserta Kegiatan Konservasi Literasi disuguhi makanan khas Cipang Kanan


Literasi Konservasi yang ditaja oleh Seni Rumah Sunting Pekanbaru selama tiga hari dua malam, tepatnya tanggal 9 - 11 April 2021 di Desa Cipang Kanan, Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Peserta yang hadir merupakan pimpinan komunitas maupun penggiat literasi yang berasal dari Rokan Hulu, dari Pekanbaru dan juga dari Sumatera Barat. Terlebih lagi dengan hadirnya seorang backpackeran asal Palu, Sulawesi  Tengah, membuat acara ini semakin sempurna dan bermakna di Desa Cipang Kanan yang terdiri dari 3 dusun, yakni Dusun Kubang Buaya, Dusun Kersik Putih dan Dusun Perbatasan.

(Gambar : Hidangan makan malam yang dimasak ibu-ibu desa Cipang Kanan pada acara Konservasi Literasi), foto by Kacamata Gober

Ketika para peserta tiba di kediaman Bapak Kepala Desa Cipang Kanan yaitu bapak Abadi, para peserta langsung disambut dan disuguhi makan malam ala makanan khas Cipang Kanan antara lain gulai langkitang dengan singkong, bukan sembarang langkitang, karena langkitang diambil langsung oleh warga sekitar di sungai Tibawan, sungai yang menjadi sejarah bagi masyarakat Kubang Buaya.  

 

(Gambar : Gulai lingkitang dengan singkong)

Lingkitang sejenis siput tawar yang berukuran sebesar jari kelingking yang hidup dan berkembang di sungai, cangkangnya berwarna hitam memanjang, mengerucut, sebelum dimasak cangkang bagian mengerucut dipotong lalu dibuang, hal ini memudahkan untuk menghisap Lingkitang dari bagian kepala ketika dimasak.  

Isteri Kepala Desa Cipang Kanan menyampaikan kepada Lenggok Media “Dari pagi ibu-ibu dari warga Cipang Kanan sudah datang untuk membantu memasak, setelah semuanya masak, mereka berkumpul di rumah ini untuk menunggu kedatangan para peserta. Namun karena ada hambatan di perjalanan sehingga peserta tiba di kediaman Bapak Kepala Desa Cipang Kanan tidak tepat waktu bahkan hampir maghrib sehingga para ibu-ibu itu sudah pulang. Padahal mereka semuanya ingin ikut, turut  menyambut Kedatangan para peserta Literasi Konservasi ini” tutur beliau dengan ramah.



(Gambar : Gulai ikan patin salai dengan pucuk gotah)

Menu yang disajikan bukan gulai langkitang dan singkong saja, ada juga gulai ikan patin salai dan pucuk gotah.  Pucuk gotah sebelum di gulai di rebus dulu agar getahnya hilang. Kemudian barulah di gulai bersama ikan patin salai.

Peserta yang hadir sangat menikmati makanan yang dihidangkan, antara lain  Komunitas Ladang Raso Sumatera Barat (Arbi Tanjung dkk), Lenggok Media Rohul (Nuratika dkk), Gedau Production Pelalawan (Icamp Dompas dkk), Papala Padang Sawah Kampar Kiri (Kasmono dkk), Laskar Penggiat Ekowisata Riau (Gober dkk), Salmah Creative Writing (Siti Salmah), Ubaidillah Al Ansori (Redaktur Budaya Rakyat Sumbar), DR Hermawan An (dosen dan sastrawan), Union Adventure (Nanda), Jungle Ghost Riau (Dedy), Komunitas Pena Kreatif Rokan Hulu (Suyatri dkk), SMPN 04 Ujung Batu Rohul (Kepsek Lisa Armis) dan Aden,  backpacker asal Palu, Sulawesi Tengah. 

(Gambar : Aden, backpacker dari Palu, Arnita Adam dari Lenggok Media dan Siddiq dari Sumatra Barat)

Setelah makan malam, semua peserta dan juga masyarakat setempat berkumpul di pasar yang telah disiapkan panggung oleh panitia kemudian akan dilangsungkan diskusi dengan tema “Cipang, Aku Pulang”.

Dalam diskusi ini, lagi-lagi peserta disuguhi sagun-sagun yang dibalut kertas kado. Dan juga Lopek Ubi, namun cara penyajiannya menjadi unik, karena disajikan mirip potongan kelamai.

(Gambar : Arnita Adam sedang memegang sagun-sagun)

(Gambar : Lopek Ubi yang disajikan mirip penyajian kelamai)

Dalam diskusi “Cipang, Aku Pulang” Arbi Tanjung dari Komunitas Ladang Raso Sumatera Barat, menanyakan kepada kepala desa Cipang Kanan  dan  masyarakat “Apakah makanan yang dihidangkan malam ini, bahan-bahan yang disajikan ditanam dan didapat dari Cipang?” Ternyata jawaban yang diberikan sangat memuaskan, ternyata bahan makanan yang disajikan ditanam dan didapat dari tanah Cipang sendiri.


(Gambar : Gulai daun ubi yang ditumbuk dicampur udang)

Saat kunjungan dan diskusi peserta Konservasi Literasi ke dusun Kersik Putih, mereka menyajikan wajik, yang dimasak berbeda dari biasanya, karena pulut bahan utama membuat wajik tersebut ditumbuk terlebih dahulu, kemudian barulah dimasak hal ini membuat rasanya berbeda.

(Gambar : Wajik yang disajikan di rumah Siti Soleha yakni Isteri Raja di Kersik Putih)


kegiatan  tiga hari di Cipang Kanan, peserta disuguhi makanan khas ala Cipang, hal ini sangat mendukung menjadikan Cipang sebagai Desa Budaya dan Ekowisata.


Penulis Arnita Adam

Editor : Nuratika




Posting Komentar untuk "Dari Lingkitang di Sungai Hingga Pucuk Gotah di Hutan"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.