Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Traveler ke Kamboja ditengah Bencana Asap, Part 3

 Traveler ke Kamboja ditengah Bencana Asap


Part 3


****



Aku segera packaging,  ala backpacker. Tidak lebih dari 7 kilo,  ransel hijau yang dibelikan kak John. Setelah pamit sama ibu. Aku masih perlu pamit lagi sama Dekan Falkultas tempat aku menuntut ilmu. Sekitar 4 jam dengan mobil dari Kampung ku. 


Setelah mengirim pesan terlebih dahulu kepada beliau akhirnya aku datang ke kampus. 


Masalah perihal keinginan ku untuk pergi ke Kamboja dan Vietnam. 


“Bu, bisa tidak nanti akan Nita buat artikel tentang Festival lalu menjadi tugas kuliah?” Tanyaku setelah positive mendapat izin dari beliau. 


Beliau tersenyum memandang ku dari seberang meja “Bisa, Apalagi Kalau Nita buat artikelnya dalam Bahasa Inggris, nanti bisa kita seminarkan”


“Baik Bu, Nita usahakan” sambungku. 

Nita segera pamit dan menyalami beliau. 


Sambil makan siang di Rumah makan Pak Nurdin, aku mencari tiket.  Sekali lagi gaes tiket yang aku cari mesti tiket murah. Berbagi aplikasi untuk ticket online aku periksa akhirnya aku tetapkan untuk membeli ticket Air Asia. Pekanbaru-Kuala Lumpur-Kamboja


Dalam lerjalanan menuju kamboja aku chatting owener Warung Bali yang ada di Phnom Penh.


“Selamat malam mas, Saya Arnita Adam dari Riau Indonesia, saya penulis buku travel,  berencana hendak datang ke Phnom Penh. Buku travel saya yang telah terbit antara lain, My Journey to 3 Countries, Kemudian Umroh Inspiratif dan Backpacker Ke Vietnam Penuh Hikmah dengan Jilbab.  Seterusnya travel saya Ke Kamboja berniat membuat buku dengan judul Pesona Kamboja di Mata Dunia, karena itu Nita ingin  mampir di Warung Bali Milik mas di Phnom Penh”


Ternyata Respon beliau sangat baik sodara-sodara. Yuk kita cek. Apa jawaban beliau. 


“Selamat malam juga, terima kasih atas perkenalannya,  Saya Firdaus pemilik Warung Bali restaurant.   Silahkan mampir dan yang pastinya akan ada special harga, ditunggu kedatangannya”


Phnom Penh I’m Coming!


Aku memijakkan kakiku di Bandara international Phnom Penh sekitar pukul 8 pagi.  Setelah melalui imigrasi aku ke luar dari Bandara menuju Halte dekat Bandara. 


Gambar : formulir pengisian saat melewati imigrasi Kamboja. 


(Gambar : Kota Phnom Penh diambil saat pesawat hendak mendarat)


Sistem transportasi di Kamboja belum sebaik di negara ASEAN pada umumya, seperti Singapura, Malaysia dan Indonesia.  Namun meski tak secanggih Singapura dan Malaysia, negara ini menggunakan dua mata uang yakni Riel dan Dollar Amerika. 

 

Termasuk juga bandaranya, tidak secanggih bandara Internasional Soekarno-Hatta.  Saat tiba diimigrasi aku segera menukar uang Rupiah dengan mata uang Kamboja Riel. 


Setelah keluar dari bandara, aku ingin keliling kota Phnom Penh Terlebih dahulu sebelum check in ke Hotel. 


Saat mendekati pintu gerbang keluar bandara aku disambut oleh supir Tuk-Tuk dan supir Taxi menawarkan jasa mereka.  Aku hanya melambaikan tangan tanpa berucap sepatah kata pun,  melihat sikap ku tak acuh. Karena memang niatku mau Ke central city menggunakan bus way. akhirnya mereka bubar.  Oh iya, kendaraan yang paling di minati di Phnom Penh yaitu Tuk-tuk (sejenis bajai).  


Hasil dari baca baca di blog, ada berbagai cara dari Phnom Penh Airport menju ke Central city :

Menggunakan taxi bandara 

Menggunakan tuk-tuk bandara 

Berjalan keluar bandara sedikit, dan menawar tuk-tuk baisanya mereka akan kasih harga dibawah harga tuk tuk bandara

Dan menggunakan bus way  


Aku berjalan dengan menenteng tas hijau menuju halte. Memang aku tidak membawa banyak barang bila sedang backpackeran

Tas hijau itupun tak lebih dari 7 kilo gram.  Standar gratis bagasi untuk penerbangan ekonomi. Disana aku menanti bus way nomor 3 menuju central city.  


Namun ternyata saudara-saudara.  Halte persis di depan bandara Phnom Penh itu sama sekali tidak ada bus way yang berhenti.  Melainkan beberapa penumpang yang ada didekatku, mereka menanti keluarga mereka datang untuk menjemput. Atau mereka menyetop Tuk Tuk.  Penampilan ku diantara mereka tentu saja mudah diketahui kalau aku pendantang karena aku mengenakan hijab.  Dan mereka tidak. 

Menyadari bus tidak pernah berhenti di depan halte.  Aku mulai tanggap sekeliling, lalu aku menemukan orang-orang naik bus way di seberang jalan.  Oh iya jika hendak Ke central city naiklah bus way no 3. Jangan salah naik bus way ya. Aku berpikir mau Ke Warung Bali dulu baru ke hotel.  


(Gambar : Warung Bali di Phnom Penh)


Aku segera menyeberang jalan.  Setiap bus yang lewat aku memperhatikan nomor 3.  Tak berselang beberapa menit aku melihat bus itu berhenti di lampu merah.  Segera saja kudekati, dan aku mengetok pintunya.  Sang supir melihat ku dari kaca spion lalu membuka pintu otomatis bus way.  Dan aku segera naik.  Aku duduk dibelakang disamping Anak muda seumuran SMA.   Setelah duduk disamping pemuda itu.  Aku tersenyum dan menyapa “Hi” dia balas tersenyum dan menjawab Hi juga.  “Berapakah ongkos bus way menuju central city” ucapku dalam Bahasa Inggris.  Namun ternyata  disini Bahasa Inggris tidak populer bagi masyarakat local.  Lalu dia memintaku mengatakan ya sekali lagi, setelah dia mengaktifkan google terjemah kedalam Bahasa Kamboja.  Setelah itu dia menjawab dalam Bahasa Google terjemah.  “Untuk hari ini gratis karena ada perayaan hari istimewa oleh pemerintah” dia tersenyum sambil memperlihatkan terjemahan tersebut Ke arahku. 

Wow beruntungnya aku.  Di kamboja aja Allah masih mengirimkan transportasi gratis buat ku.  Masha Allah.  Akhirnya dia membagi hotspot internet.  Sehingga aku bisa membuka pesan whatsaap di iPhone ku.  


Dan pesan pertama yang aku baca dari Nik

“Akak, dah dimana?  Hari ni, baiknya akak dah sampai Vietnam.  Karena besok pagi Festival akan diadakan” 

“Akak masih di Kamboja Nik” balasku

Langsung saja Nik Nelpon dan menjelaskan dengan meyakinkan ku untuk Ke Vietnam secepatnya.  Lalu aku menjawab “Baik Nik”


Dalam bus aku mulai menghitung berapa lama aku aku dalam Perjalanan hingga sampai Ke Phang Rang.  Setelah mendapat hasil, aku segera memutuskan untuk langsung ke Vietnam dan Skip perencanaan di kamboja, termasuk ke Warung Bali. Dan menginap di hotel yang sudah aku bayar lewat Traveloka.  


“Aku kembali bertanya pada pemuda disampaingku “Bro, aku harus batalkan Ke central city dan menginap di Kamboja.  Karena aku harus ke Vietnam Sekarang juga, jadi aku mau langsung Ke Mekong Express terminal” ucapku

“Jika Kakak mau Ke sana Kakak harus ganti bus nomor 5” balasnya.  Kemudian dia menyuruh bus itu berhenti.  Lalu dia mengajakku turun persis di bus stop sepertiga jalan.  Namun saudara-saudari jangan kaget bila aku menunjukkan tempat pemberhentian bus mereka.


(Gambar : tempat pemberhentian bus di Kamboja)


Aku dan Anak muda itu turun lalu dia bilang tempat menunggu bus no.5 menuju Mekong expresses terminal berada disitu.  Lama menunggu namun bus no.5 tak kunjung muncul.  Seorang supir tuk tuk mendekati kami lalu dia menanyakan Anak muda itu.  Supir tuk-tuk itu kelihatan kumuh.   


Anak muda itu menjelaskan aku mau pergi Ke Mekong express berapa ongkos bila pake tuk-tuk.  Lalu supir itu menjawab 60.000 Riel.  


Aku pikir jika Aku pakai bus itu gratis itu lebih baik.  Jadi aku bilang tidak usah dulu.  Lama menunggu akhirnya Anak muda itu pamit padaku sambil menitipkan aku kepada ibu-ibu yang sedang menunggu bus nomor.5 juga.  


Sebelum Anak muda itu pergi aku memberikan nya gantungan kunci.  Namun dia tidak mau menerima, dengan alasan bahwa dia membantuku dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.  Aku mengerti maksudnya.  Jadi aku mengucapkan Terima kasih saja.  Lalu Anak muda itu menyetop bus no. 3 dan melanjutkan perjalanannya sambil melambaikan tangannya padaku.  (Ya Allah, bahkan aku lupa menanyakan namanya).



Penulis : Arnita Adam

Editor : Nur Atika




Posting Komentar untuk "Traveler ke Kamboja ditengah Bencana Asap, Part 3"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.