Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen "Jarak dan Cinta" Karya Reski Alfajri

 Jarak dan Cinta

Karya Reski Alfajri


Hari itu adalah hari yang paling indah menurutku, bahkan pohon jati dan daun akasia melambai dan bersorak mengakatan selamat kepadaku. Karna hari itu akan menjadi sejarah dalam hidupku nanti. Sejuk dan adem rasanya melihat senyum dia yang begitu manis. Begitu menenangkan. Kau tahu mengapa?. Karena aku bisa mendapatkan cinta seutuhnya gadis cantik manis dan baik pujaan ku, yang sudah lama aku mengejar cintanya dari dulu, namanya adira.

***

Detik demi waktu, hari demi hari,  tahun demi tahun, aku tak merasa sudah 2 tahun kami menjalani kisah cinta kami, melewati hari hari bersama hingga kelulusan sekolah pun tiba. Adira yang saat itu masih kelas 2 SMA dan aku kelas 3 SMA. Namaku reski, siswa yang cukup aktif di sekolah, aku mengikuti 3 ekstrakurikuler diantaranya pramuka, pmr, dan marching band. Aku bukan saja mengikutinya, tapi aku diamanahkan menjadi pelatih ke tiga ekstra tersebut, melelahkan bukan?. Saat detik- detik kelulusankulah ujian cinta kami dimulai, yang sebelumnya tak pernah kami bayangkan dan fikirkan. Karena kami terlalu asyik menikmati indahnya cinta. Bagi kami masa depan urusan belakangan, yang harus kita jalani adalah saat ini. Beberapa hari kemudian setelah acara kelulusan, aku dan Adira ketemuan di taman kota.

“Selamat ya sayang, kamu sudah lulus dengan nilai yang bangus dan membanggakan.” Adira memberi selamat atas kelulusanku sambil memelukku. Aku sangat senang saat itu, tapi ada sesuatu hal yang ingin aku beri tahu padanya tapi tak tega.

“Kamu kenapa sayang? Kayaknya kamu kok tidak senang?” Tanya adira penasaran. Aku ingin memberitahukannya tapi sebenarnya ku tak ingin. 

“Sayang..? Yang..” Aku masih terdiam. Setelah kupikir pikir lagi, aku memang harus memberitahunya.

“Sayang.. Sebenarnya ada yang mau aku bicarakan sama kamu, tapi kamu jangan marah dan salah paham dulu ya.” Dengan nada berat hati ku berbicara. 

“Iya sayang, memang ada apa?.” Adira jadi bingung. 

“Mungkin untuk sementara waktu kita tak bisa bertemu…!” Sambil mengajak Adira ke tempat duduk yang berada di sebelah kami. 

“hmm… kenapa memangnya sayang? Ada yang salah dengan hubungan kita?” Tanya Adira dengan wajah kecewa.

“Tidak sayang, tidak.. Tidak ada yang salah dengan hubungan kita ini.” Mencoba untuk menenangkan Adira yang mulai marah dan salah paham.

“Begini, Aku dan keluarga ku akan pindah ke bandung. Karena ayah ku ada dinas kesana selama 4 tahun dan selama disana aku di suruh untuk kuliah disana juga.” Meneruskan pembicaraanku yang sempat terputus.

“Apa..? Jadi kamu akan pergi ke bandung dan kita tak akan pernah bertemu lagi?” Adira tidak percaya dan mulai meneteskan air mata.

“Sayang, aku pasti kembali. Kembali untuk kamu sayang, setelah aku lulus dan urusan pekerjaan ayahku selesai aku pasti kembali, dan kita akan selalu bersama lagi sayang.”Ku ulang kata kata kembali untuk lebih meyakinkan Adira. Tangis Adira membuatku semakin bingung, semakin berat untuk meninggalkannya.

“Sayang, percayalah padaku, aku takkan melupakanmu. Aku akan selalu memberi kabar kepadamu, walau raga kita jauh tapi hati kita kan selalu dekat. Aku percaya akan cinta kita, percaya akan masa depan kita bahwa kita akan selalu bersama.” Mencoba untuk meyakinkan Adira lagi. Pada akhirnya Adira pun mulai mengerti walau air matanya masih menetes. 

“Baiklah sayang, aku percaya pada mu pada cinta kita. Aku akan selalu menunggumu disini sampai kamu kembali.” Jawab Adira lirih, dan ku peluk erat dia.

Tanggal 30 maret 2017, pukul 08.00 WIB kami sekeluarga sudah berada di bandara untuk bersiap siap berangkat ke bandung. Disitu juga terdapat Adira yang mengantar keberangkatannku. Kemudian, kedua orangtuaku masuk ke dalam ruang boarding dan aku masih di luar bersama dengan Adira. 

“Sayang jaga kesehatan ya disana, jangan nakal.. Harus bener bener cari ilmu disana, kalu sudah selesai cepet kembali kesini!” Adira menasehati aku. 

“Siap sayang, pasti itu!” Jawabku sambil bercanda, tapi memang tulus dari hati ku.

“Kamu juga ya sayang, jaga kesehatan, jangan nakal, dan terus semangat. Tunggu aku kembali ya sayang. Aku pergi dulu sayang” Pintaku pada Adira.

“Iya sayang.” Balas Adira sambil melambaikan tangan manjanya. Tak lama kemuadian aku sekeluarga harus segera naik pesawat, karean pesawat sebentar lagi akan lepas landas.

Disinilah awal dari ujian kami. Adira yang memandangi pesawat yang aku naiki dari jendela kaca bandara, sedangkan aku memandangi Adira di balik jendela pesawat yang semakin lama semakin menjauh dan tak terlihat lagi. Perasaan was was dan sedih pun mulai muncul di antara kami berdua. Tapi kami yakin jarak tak akan mengalahkan kuatnya cinta kita. Sampai hari dimana kita akan bertemu kembali.

Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya aku sampai di bandung. Segera aku dan keluargaku menuju sebuah rumah dinas yang sudah disediakan oleh kantor ayah ku bekerja, begitu juga dengan tempat kuliah ku yang sebelumnya sudah dipersiapkan ayah ku yang tak jauh dari kompleks rumah dinas itu. Aku kuliah di universitas ilmu pendidikan bandung dan aku mengambil jurusan guru bahasa dan sastra Indonesia.

Sesampainya di rumah dinas, aku mulai membereskan isi dari koperku untuk ku pindahkan di lemari-lemari kamarku. Ku taruh barang barang ku satu persatu pada tempatnya, tapi ada satu barang yang spesial bagi ku, yaitu sebuah cincin dan rantai untuk dijadikan kalung terbuat dari kunigan yang kami beli berpasangan dengan Adira, masing masing cincin itu terdapat namaku dan nama dia. Mungkin tak ada nilainya cincin itu, tapi bagi kami begitu berarti.

Sementara itu, setelah mengantarkan keberangkatan ku di bandara tadi dia langsung pulang ke rumah. Tak pernah terpikirkan oleh Adira bahwa dia dan aku harus berpisah sementara waktu. Walaupun hannya 4 tahun, mungkin sangatlah lama bagi Adira dan begitu pula aku pastinya. Lagi lagi kita hanya bisa percaya akan cinta kita, jarak tak akan mengalahkan cinta kita. Sambil tersenyum menahan sedih Adira mencoba untuk bertahan.

Di tahun pertama, semua terlihat baik baik saja hingga kelulusan sekolah Adira pun tiba. Bagi Adira, kelulusan itu malah menjadi kesedihannya. Karena disaat yang berbahagia ini dia tak bisa merayakannya dengan ku. Tapi setidak suara ku bisa menenangkan sedikit kesedihan di hatinya. Hanya lewat Hp lah kami bisa berkomunikasi.

Kami berbicara panjang lebar setiap kami lagi ada kesempatan menelpon. Sayangnya, walau lewat telpon kami tidak bisa lama, karena masih ada tugas yang harus aku kerjakan disini. Untunglah Adira bisa mengertikan semua tentang itu. Setelah kelulusan itu, Adira meneruskan kuliah juga yang tak jauh dari rumahnya. Mulailah kesibukan di antara kami hingga membuat kami semakin jarang berkomunikasi. Disaat aku free tapi dia tidak, sedangkan disaat dia free aku tidak. Begitulah hingga setahun berikutnya.

Dan 2 tahun pun terlewati setelah kepergianku. Kami semakin sulit untuk berkomunikasi, yang biasanya bisa seminggu sekali menjadi 2 minggu sekali, menjadi sebulan sekali. Kami mulai sedikit melupakan masa masa dimana kita saling merindu dulu dengan alasan kesibukan kuliah.

Bukan karena ada orang ketiga yang membuat kami terlihat semakin menjauh, tapi karena kami terlau serius untuk menuntut ilmu. Hingga suatu hari aku melihat cincin yang berdebu tak pernah kupakai membuat ku mengingat seseorang, yaitu Adira. Disaat ku mulai jenuh dengan tugas tugas kuliah ku mulai membuka album foto di laptopku. Foto-foto dimana saat aku dan Adira lagi bersama. Ku senyum senyum sendiri tapi entah mengapa air mata ini menetes. Rindu itu menusuk ku dalam dalam tepat di relung hati ku yang paling dalam. Segera ku ambil Hp ku dan ku coba untuk menelpon adira. Disaat yang bersamaan Adira juga begitu rindu dengan ku, melihat cincin yang dipakai di jari manisnya, walau hanya cincin dari kuningan itu adalah barang yang sungguh berati baginya, yang selalu mengingatkan akan diriku. 

“Kringggg.. Kringggg..” Suara Hp Adira berbunyi. Segera dia mengambil Hp yang berada di tas dan dilihatnya ternyata dari belahan hatinya. 

“Halo.. Sayang?.” Adira tak sabar ingin mendengarkan suaraku. Karena hampir 3 bulan ini kami tak pernah telpon.

“Halo.. Iya sayang.. Aku sangat merindukan mu sayang. Bagaimana kabarmu disana?. Tanya ku khawatir kepada Adira. 

“Aku baik baik saja kok sayang, kamu juga kan.. Aku juga sangat merindukanmu sayang.” Tetes air mata Adira pun menetes sambil memnjawab pertanyaanku.

“Sayang sebentar lagi aku wisuda, pekerjaan ayahku sudah membaik disini. Aku akan segera kembali menemuimu sayang.” Memberi kabar gembira untuknya. Dan percakapan pun berlangsung lama hingga larut malam.

Beberapa hari kemudian, tanggal 30 oktober 2021. Tak terasa sudah 4 tahun berlalu, Kelulusanku dari Universitas ilmu pendidikan bandung juga sudah di depan mata, dan kerjaan ayahku juga sudah membaik dan bisa pindah lagi ke kotaku. Saatnya untuk kami untuk kembali ke riau, kembali bertemu dengan Belahan jiwa ku.

Malam sebelumnya aku sudah memberitahu Adira bahwa hari ini aku akan pulang ke riau, sehingga Adira pun tak sabar bertemu dengan ku dan menunggu ku di bandara. Padahal aku baru saja lepas landas dari bandara soekarno hatta. Aku mulai tak sabar dan mulai memikirkan apa yang akan aku lakukan nanti hingga ku lelah dan tertidur. Adira yang sudah dari tadi siang menunggu ku di bandara dengan was was menunggu ku dengan hati yang gembira.

Beberapa jam pun berlalu, sekitar pukul 15.00 wiib aku tiba di bandara sultan syarif kasim II. Begegas aku menuju Adira yang sudah menungguku lama, dan akhirnya aku pun bertemu dengannya serta kupeluk dia erat erat.

“Sayang.. Aku benar benar merindukanmu sayang..” Kataku dalam pelukku. Aku pulang tak mungkin tak membawa apa apa. Aku sudah menyiapkannya dari kemarin sebelum keberangkatannku kembali ke riau. Tanpa sempat  Adira menjawab, ku lepas pelukku dan berlutut di hadapannya.

“Sayang.. Maukah kau menikah dengan ku?” Dengan membuka kotak kecil berwarna merah hati berisikan cincin emas. 

“Ya.. Aku mau.!” Segera ku pasangkan cincin itu ke jari manis Adira untuk mengikat kami berdua.

Karena waktu itu Adira masih kuliah, maka kami bersepakat untuk melangsungkan pernikahan setelah Adira lulus kuliah. Waktu itu aku sudah diterima kerja jadi guru di sekolah negeri di rambah hilir, jadi aku tak khawatir dengan masalah dana pernikahan, semua sudah kuatur dengan sedemikian rupa.

Hingga satu tahun pun berlalu, Adira yang sudah lulus dari kuliahnya. Kami pun segera melangsungkan pernikahan di tanggal yang sebelumnya sudah disepakati oleh kedua belah pihak keluarga.

Kami pun akhirnya bisa bersama lagi seperti dulu, 4 tahun yang begitu lama bagi kami akhirnya terbalaskan hari ini dengan yang lebih indah lagi, dengan ikatan yang pasti. Kami percaya, jarak tak kan mengalahkan cinta kita. Itu memang benar.Jika kita saling percaya dan saling mencintai, apapun pasti akan terjadi. Sesulit apapun jalan yang akan kita tempuh pasti ada jalan yang lebih baik di kemudian hari.

Tamat


Rambah Hilir, 31 Maret 2020















Posting Komentar untuk "Cerpen "Jarak dan Cinta" Karya Reski Alfajri"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.