Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen "Senja dan Burung-burung Kertas" oleh Refniyati

Senja dan Burung-burung Kertas

(Refniyati)


Sebuah pondok sederhana  yang tiangnya dari kayu dan dindingnya setinggi lutut terbuat dari bambu, atapnya dari anyaman Rumbia yang mengering. Di sekelilingnya pula terdapat taman kecil dengan aneka warna bunga. Dilengkapi dengan bangku yang ditata membentuk lingkaran. 

Dari jarak yang cukup dekat, aku melihat seorang laki-laki tengah asyik memasang burung-burung kertas di pondok yang ukurannya sekitar dua kali tiga meter. Didalamnya terdapat buku-buku yang disusun rapi. 

Angin mengibas rambut panjang lelaki itu, tergerai tipis di hadapan matanya,  sesekali ia sematkan di telinga namun lagi-lagi angin mengusik. Mata dan jemarinya semakin  asyik mengaitkan burung warna warni di langit-langit pondok yang tingginya seukuran ia berjinjit. Burung-burung kertas melayang seolah-olah berpesta mengitari cakrawala. 

"Hei, kau, kemari!" suaranya meluncur tiba-tiba.

Aku celingukan, "saya," balasku seraya mengarahkan telunjuk di dada.

"Iya, kamu yang berdiri di sana dari tadi."

Aku tersipu, entah dari mana dia tahu, aku memang menatapnya sejak beberapa saat lalu. Kupikir dia tidak melihatku karena sibuk dengan pekerjaannya. 

"Mau membantu," ucapnya menawarkan diri.

"Oh, he, aa boleh."

Aku terbata. 

"Siapa namamu?"

"Reana." 

"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Mm iyaa, aku kesini berlibur ke rumah pamanku."

Dia terlihat manggut-manggut. Lalu kembali asyik dengan burung-burung yang telah dibuatnya, "bantu aku memasang tali," ucapnya. 

Aku mengangguk dan meraih burung origami biru muda. Aku menatapnya tak berkedip, Ia manis sekali, hidungnya yang mancung dan rambut panjangnya hitam legam. Serta ginsulnya yang membuatku terperangah melihat ia tersenyum.  Dadaku berombak seolah-olah ada yang hendak keluar, jantungku berdebar tak seperti biasanya. 

"Eh, kamu belum menyebut nama," ucapku menepis debar di dadaku. 

"Apa itu perlu?"

"Tentunya."

"Jika seseorang menanyakan nama, sudah tentu mengharapkan pertemuan selanjutnya, bukan begitu?" ucapnya.

"Ya nggak gitu juga," balasku. 

Lalu dia tersenyum, dan kembali memasang tali-tali burung yang ia pasang sejak tadi, cukup banyak.  Ia melupakan pertanyanku. 

"Semenjak aku tiada, pondok ini tak begitu terurus. Padahal ada banyak mimpi yang ingin kubangun di sini. Kau lihat anak-anak yang di lapangan itu, setiap harinya pasti mereka baca buku di sini. Di sini mereka juga bisa bermain dan belajar banyak hal,"  ucapnya bercerita.

"Kau yang mendirikannya?"

Dia mengangguk, "kau bisa membantuku?"

"Bisa aja, tapi hanya untuk beberapa hari," balasku sekenanya.

Lagi-lagi dia tersenyum, debar di dadaku semakin berpacu. Untung saja dia fokus dengan burung-burung itu jika tidak tentu ia akan melihat betapa aku salah tingkah dengan senyumannya.

"Mau ikut denganku melihat senja?" ucapnya setelah memberesi sisa kertas yang berserakan.

Aku mengangguk. 

'Ya Tuhan, sungguh lelaki ini mengajakku terhadap apa yang sangat kusukai,' batinku.

Langit petang yang menaburkan spektrum merah jingga kuning keemasan itu di nikmati oleh siapa saja yang melintas di hadapannya. Ilalang meliuk-liuk girang seolah-olah turut menyambut senja. Begitu juga aku, padahal ini bukan kali pertama untukku melihat senja. Telah berkali-kali, tapi kali pertama diajak bersama seseorang. Terlebih aku menyukainya sejak pertama melihatnya. 

"Apa aku tak boleh mengetahui namamu?" 

Dia tertawa," apa kau sebegitu ingin tahu?"

Ucapnya menggodaku. Aku mengangguk. Lagi-lagi dia membalas senyum dan kembali melupakan pertanyanku.

Kami  berjalan menyusuri setapak yang kiri kanannya dipenuhi ilalang, dihadapan kami lapangan luas membentang dan anak-anak berlarian di tengahnya. Bermain bola, dan juga banyak sepasang yang duduk-duduk mencumbui senja. 

"Indahnya," ucapku terkagum. 

Kami menikmati senja dengan seksama dan juga merapal do'a-doa baik tentunya. Meski ia tak menyebutkan nama tapi aku merasa dekat dan ingin sekali dekat dengannya. Lelaki itu, kunamai ia Senja karna sama indahnya.

Selang beberapa lama, bedug doa menggema di langit yang perlahan abu-abu lalu menghitam sama sekali. Pertukaran waktu melerai kami berdua, dan aku pun berpamitan. Paman dan bibi pasti sudah menungguku.

"Jika kau menyukainya, kau bisa kembali esok." ucapnya melambaikan tangan. 


***

Keesokan harinya, setelah selesai membantu bibi di kebun,  aku bergegas mandi dan pergi ke pondok baca tempat laki-laki berambut panjang itu, tak bisa dipungkiri betapa aku bersemangat ingin bertemu dengannya. Di kejauhan burung-burung kertas itu berkibar dilibas angin. Suasana sepi tak ada siapa-siapa di sana, buku-buku juga tak ada di raknya, "Kemana dia apa mungkin dia sedikit terlambat," batinku. 

Aku mencoba bersabar menunggunya . Selang beberapa lama ia tak juga muncul. Di langit, rona jinggga mulai memancar anak-anak berlarian di lapangan.

"Kak, izin nanya, yang jaga pondok ini kemana ya kak?" tanyaku pada seseorang yang melewati jalan sekitar. 

"Si Mbaknya pulang kampung, Dik." balasnya.

"Bukan kak, tapi cowok gondrong yang kemarin di sini."

"Ooh lelaki itu ya, memang dia yang mendirikan pondok ini, tapi dia sudah lama meninggal. Sekarang dijaga Mbak Sekar tapi kebetulan dia pulang kampung."

Aku terhenyak, lalu siapa yang kutemui kemarin. Aku menepuk pipi dan rasanya cukup sakit menandakan aku sedang tidak bermimpi. 

Tiga hari lagi liburanku telah berakhir dan aku harus kembali ke kota. Tapi rasanya aku masih ingin berlama-lama disini, menunggu seseorang yang tiada akan mungkin datang. Dibawah senja yang merekah, kurasakan desau angin kubiarkan ia menyentuh perlahan pipiku dengan mata terkatup aku duduk di tempat yang sama bersamanya kemarin. 

"Kau datang?" 

suara itu mendarat lirih di telingaku.



Ujung Batu, 26 April 2021





Posting Komentar untuk "Cerpen "Senja dan Burung-burung Kertas" oleh Refniyati"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.