Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Sejumput Kisah Lebaran Tahun Ini

 Menuai  Rindu Tak Berujung

Oleh : Rita Arianti


       Pagi ini mentari bersinar begitu lembut, selembut aroma kopiku. Pandanganku nanar dan menerawang jauh  ke latar rumah nan indah ditumbuhi bunga melati. Sementara cemara melambai-lambai ditiup angin seolah mengambarkan kepadaku bahwa beberapa hari lagi lebaran akan segera tiba. Ini moment yang sudah lama kunantikan, karena di hari lebaran itu aku ingin pulang kampung bertemu dengan keluargaku.  Semua kerinduan terpaksa harus ku pendam menjelang waktu lebaran datang. Lebaran tahun lalu, aku  tidak bisa pulang karena adanya pelarangan mudik bagi pemudik karena mewabahnya virus corona. Besar harapanku lebaran tahun ini  tidak seperti tahun kemarin, hari-hari yang dilewati terasa sunyi dan gema takbir yang merdu terasa pilu. Pagi ini ku nikmati suasana pagi ditemani secangkir kopi. Manisnya kopi dapat mengobati secercah kerinduanku pada kampung halaman, masakan ibu, dan semua yang indah tentang negeri kelahiranku.  Siapa yang mengerti arti sebuah rindu,  jika malam datang terkadang aku merasa takut  karena semakin malam larut maka semakin mencekam pulalah rasa rindu menusuk kalbu. Rindu membuatku  resah dan tidak bisa memejamkan mata, jika sudah seperti itu maka aku ingin waktu segera beranjak pagi agar rindu tidak membunuhku dalam sepi. Beratnya rindu mungkin telah mengalahkan berat beban hidup yang dirasakan di perantauan.   Hari demi hari berlalu begitu cepat, tiada terasa sudah dua kali lebaran aku melewati hari di kota ini, kota yang penuh sejuta impian, sejuta harapan, dan di sini tempat ku menggantungkan cita-cita hidup menjadi lebih baik. Jarum waktu tak bisa dihentikan, ia menelan semua goresan cerita hidup dalam menggapai harapan dan mimpi. 

       Pagi ini cuaca begitu cerah, aku sudah membeli beberapa oleh-oleh yang akan kuberikan kepada ibu, adik, dan saudaraku di kampung.   Pikiranku seketika membayangkan begitu bahagianya aku   bisa melewati lebaran tahun ini di kota kelahiranku. Aku yakin bahwa ibuku pasti sangat menantikan kehadiranku, karena sudah dua tahun aku tidak mengunjungi beliau. Tiba-tiba  teleponku berdering dan menghentikan lamunanku. Kuangkat panggilan telepon itu yang ternyata dari ibuku. “Jadi pulang kampung lebaran ini Raina?” tanya ibu kepadaku. “ Jadi bu, insyaallah dua hari sebelum lebaran aku sudah pulang!” jawabku. “Alhamdullilah, ibu sangat senang mendengarnya, nanti akan ibu buatkan rendang kesukaanmu” balas ibu lagi. “ Terimakasih ibu!” aku mengakhiri  pembicaraan dan menutup teleponnya.

       Tanpa terasa moment lebaran tinggal empat hari lagi, aku segera memesan tiket perjalanan pulang. Aku sudah tidak sabar ingin segera pulang dan menikmati suasana kampung yang asri dengan keramahtamahan masyarakatnya, suasana sawah yang sejuk menghijau, suasana dinginnya air sungai yang mengalir jernih, dan jauh dari hiruk pikuk kota tempatku mengadu nasib di Jakarta ini.  Saat ku hubungi sopir travelnya, ternyata jawabannya diluar dugaanku, “Maaf dik, mobil travel tidak bisa beroperasi karena semua jalan di perbatasan tutup selama lebaran untuk mengantisipasi penyebaran virus corona” ungkap sopir itu. Seketika itu tubuhku serasa digoncang gempa berkekuatan dahsyat. Ternyata harapanku tidak sesuai kenyataan karena aku tidak menduga jika tahun ini akan sama dengan tahun kemarin. Mesti marah pada siapa, pada virus corona, pada takdir, atau kebijakan pemerintah? Ah, sudahlah!. Aku tidak bisa berkumpul dengan keluarga, menikmati masakan ibu, dan semua cerita tentang kampung halaman hanyalah menjadi angan semata. Aku sangat prihatin dengan kondisi ini, entah sampai kapan keadaan ini akan berakhir, dua tahun sudah wabah corona melanda negeri ini, wabah telah merenggut kebahagiaan dan kerinduan kami. Aku tidak bisa pulang kampung lagi lebaran ini.  Lebaran ini menjadi lebaran keduaku di perantauan. Virus corona telah menelan kerinduanku untuk kedua kalinya. Semoga wabah ini segera berakhir dan semua kembali seperti sedia kala. 




Penulis : Rita Arianti, M.Pd

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Rokania 






Posting Komentar untuk "Sejumput Kisah Lebaran Tahun Ini"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.