Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerbung, "Ibuku Gila" Part 10

 

#IBUKU GILA

#PART 10

***

Aku berlari menyongsong mereka, ada kekhawatiran dalam hatiku melihat kondisi mereka. Eis tersenyum saat aku memegang kedua pipinya__panik.

“Bang, Eis nggak apa-apa,” katanya lembut.

“Tapi__,” aku menggantung kalimatku.

“Tadi, Mak mengamuk, tapi Kak Mey luar biasa, Bang.” Eis melirik ke arah Humaira, aku ikut menoleh. Gadis itu tersenyum aku kurang pasti antara malu atau canggung.

Kami turun, aku tetap memegang bahu Eis, sedang Humaira, aku tidak berani meski keinginan itu ada dalam hatiku. Kami duduk setelah tiba di bawah, Efan memberikan kursi pada Humaira sedang Ayah bergeser memberi tempat pada Eis. Eis menceritakan semua kejadian di atas pada kami, Humaira diam saja entah apa yang ada dalam kepala gadis manis itu, seperti biasa dia hanya menunduk sesekali mengangkat muka dan tersenyum membenarkan cerita Eis saat gadis itu meminta dukungannya.

Sejenak ruangan itu hening setelah Eis menyelesaikan ceritanya. Kami semua sibuk dengan jalan pikiran kami masing-masing. Aku melirik ke arah Humairah yang kebetulan juga sedang melihat ke arahku, ada gelombang besar dalam hatiku yang menimbulkan keindahan yang sudah lama mati dalam dadaku. Aku melihat dia menunduk cepat, semburat merah jambu di pipinya membuat aku ingin mencubitnya.

“Jadi, apa rencanamu ke depan, Satria?” Pak Aditama membuka percakapan.

Aku sedikit gelagapan karena tidak menyangka akan mendapat pertanyaan, lebih tepatnya karena aku terlalu sibuk menata hati dan pikiranku yang berputar di sekitar Humaira.

“Bagusnya gimana Mey?”

Aku memaki diriku sendiri, kenapa aku  malah bertanya pada gadis itu, dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan Mak, dia bukan menantu Mak juga bukan anaknya.

“Terserah Abang aja.”

Amboi, dia memanggil Abang? Bukan Mas lagi? Entah kenapa aku merasa sedang bicara dengan orang yang dekat denganku, itu sih kalau menyebut istri terlalu tidak tahu diuntung. Gadis ini masih asing buatku dan belum mengetahui isi hatinya.

“Apa pendapat Ayah?” Aku mengarahkan pertanyaanku pada Ayah setelah sedikit bisa menguasai diri.

“Kalau dari cerita Eis tadi, kita memang butuh dokter untuk Mak.”

“Maksud Ayah?”

  “Kita butuh ahli dalam menangani penyakit Mak kalian.” 

“Mau tidak mau kita harus membawa Mak ke dokter, atau kalau tidak, kita butuh dokter yang bisa ke rumah.” Timpal Eis yang sedari tadi diam setelah bercerita panjang lebar.

“Ayah tidak mengizinkan Mak kalian dibawa ke rumah sakit jiwa,” tegas Ayah.

“Kalau begitu kita harus mencari dokter untuk merawat Mak di rumah.” Aku berusaha menengahi karena mendengar suara Ayah yang mulai berubah. Ayah memang seperti itu, selalu sensitif ketika menyangkut penyakit Mak. 

“Maaf ni Bro kalau seandainya gua agak lancang. Gua denger dan gua liat Mbak ini bisa nanganin Nyokap, Lu, kenapa tidak beliau aja yang nanganin dulu sambil tetap ke dokter?”

Kami semua menatap Efan, kadang-kadang otak anak ini tokcer juga, kami terlalu sibuk memikirkan pengobatan Mak dan lupa bahwa barusan beliau tenang tanpa obat dan itu berkat sugesti Humaira.

“Ini usul lho, kenapa pada liatin Gua?” Efan salah tingkah.

“Usul Lu keren, Bro, tapi kita butuh persetujuan Mey.” Aku mengalihkan pandanganku pada gadis berkerudung panjang itu, dia juga menatap ke arahku.

Gadis itu masih diam seperti tadi, semburat merah di pipinya semakin kentara. Lagi-lagi kami semua seperti dikomando melihat ke arahnya. Menunggu jawaban.

“Kak, tolonglah Mak,” ucap Eis.

“Insya Allah, sebisa dan semampu Kakak, pasti Kakak bantu.”

Kami semua menarik napas lega, dan aku yang paling lega. Jalan untuk mengenalnya semakin terbuka. Cepat aku tepis isi kepalaku itu, bagaimana bisa aku memikirkan hal itu sedang adikku masih terluka. Aku menatap Eis diam-diam, benar saja, aku masih melihat luka yang begitu perih dari tatapan matanya. Mulutnya memang tersenyum tapi matanya tidak. Bukankah mata adalah jendela jiwa?

***

Bersambung




Posting Komentar untuk "Cerbung, "Ibuku Gila" Part 10"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.