Benteng Tujuh Lapis, Bukti Sejarah Mengusir Penjajahan.
Benteng Tujuh Lapis, Bukti Sejarah Mengusir Penjajahan.
Bila di kota tempat kamu tinggal ada jalan bernama Tuanku Tambusai, tentunya nama tersebut merupakan nama seseorang yang pernah berjasa dimasa lampau, dan nama Tuanku Tambusai sangat berhubungan erat dengan Benteng Tujuh Lapis.
Dikutip dari Wikipedia Benteng Tujuh Lapis merupakan sebuah benteng pertahanan yang terletak di desa Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Benteng Tujuh Lapis ini dibangun pada tahun 1835 yang berfungsi sebagai basis pertahanan terhadap perlawanan Penjajahan Belanda. Bahan material dari benteng ini dibuat dari tanah liat yang diambil dari tepian sungai Batang Sosa di kerjakan oleh para pejuang dan masyarakat Dalu-Dalu. Ketika kita sampai di gerbang kita akan disambut dengan tulisan bahasa Arab "ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WAASYHADUANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH".
Yang menandakan bahwa yang membangun benteng Tujuh Lapis adalah orang-orang muslim.
(Gambar : Arnita Adam di gerbang Benteng Tujuh Lapis)
Pada awal mulanya benteng ini dinamakan benteng Aur Duri, karena parit dan tanggul pertahanan benteng ini diperkuat dengan Aur berduri, pada saat kedatangan Lenggok Media ke benteng tersebut. Bentuk benteng tersebut sudah tidak terlihat aslinya karena telah ditutupi oleh semak-semak dan rumput hijau. Namun yang paling menarik dari benteng ini bagi pecinta budaya dan sejarawan, tentu saja benteng ini merupakan saksi bisu para pahlawan dan masyarakat untuk mengusir penjajah dari tanah Dalu-Dalu.
(Gambar : Sketsa Benteng Tujuh Lapis) |
Sosok Tuanku Tambusai yang kita kenal adalah seorang penganut agama Islam yang taat, beliau juga merupakan sosok ulama di Kerajaan Tambusai. Beliau sangat peduli dengan dakwah agama Islam yang mesti disebarkan ke seluruh penjuru Nusantara. Beliau sangat prihatin kepada bangsa dan masyarakat Indonesia yang berada dalam cengkraman penjajah Belanda. Benteng Tujuh Lapis menjadi tempat pertahan Tuanku Tambusai dan para pejuang di Dalu-Dalu, namun ketika pasukan Belanda datang ke Dalu Dalu yang di pimpin oleh Letkol Michele, pada akhirnya benteng Tujuh Lapis jatuh ke tangan musuh dan Tuanku Tambusai membawa pasukan yang tersisa mengungsi ke Tapanuli Selatan.
(Gambar : Meriam di benteng Tujuh Lapis) |
Pembangunan benteng ini memanfaatkan kondisi lingkungan alam yang menjadikan benteng ini berada pada posisi yang strategis, untuk menghalau musuh. Pada masa itu, setiap penjuru ada pos-pos penjagaan dan benteng dari tanah liat yang tingginya lebih dari 3 meter itu sekelilingnya di tanami bambu. dahulunya di sekitar benteng juga ditanami dengan bambu serta pos-pos penjagaan ditiap-tiap penjuru benteng. Pada bagian dalam benteng terdapat markas militer pasukan yang dipimpin oleh Tuanku Tambusai.
(Gambar : Lampu penerangan di Benteng Tujuh Lapis) |
Upaya pemerintah kabupaten Rokan Hulu dalam melestarikan dan pengembangan Benteng Tujuh Lapis sejauh ini masih terbilang minim, walaupun sudah terlihat beberapa lampu penerangan yang berbentuk pohon kelapa dan dijungnya terdapat lampu, ada di benteng Tujuh Lapis ini, tetapi hal itu tentu saja belum cukup.
Wacana untuk pengembangan dan pemugaran terus diusahan namun realitasnya belum terlaksana. Kebijakan yang relevan dari pemerintah dan seluruh elemen harus bersama-sama berupaya dalam melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya untuk memperkuat kepribadian bangsa sebagaimana termaktub dalam undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Penulis : Arnita Adam
(Novelis, Jurnalis dan Traveller)
Posting Komentar untuk "Benteng Tujuh Lapis, Bukti Sejarah Mengusir Penjajahan."
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.