Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

"Saudara Sedarah" Cerpen Karya Reni Juniarti

 SAUDARA SEDARAH

(Reni Juniarti)

Dokumentasi Pixabay.com

  Entah kenapa aku menikmati semua ini, melihat wajahnya yang menegang ketakutan, tangannya yang halus membekap mulutnya sendiri, sungguh sensasi kepuasan ini ingin ku nikmati berlama-lama.

“Surat lagi, Ri?” Tanyaku sambil memegang pundaknya dari belakang. 

Dia berbalik, ada nuansa kaget di bola matanya yang indah aku selalu betah menatapnya. Dia mengangguk dan menyodorkan surat itu padaku, dan seperti biasa aku tak pernah berniat membacanya.

Namanya Rila, sahabatku sejak masih menggunakan seragam putih merah sampai kami masuk perguruan tinggi. Dia cantik, tidak heran jika semua orang menyukai dan berusaha mencari perhatiannya. Sedang aku? Ah aku tidak seistimewa itu, aku hanya gadis biasa dari keluarga biasa, hanya saja aku dianugerahi otak encer oleh Allah. Siapa yang tidak kenal denganku, Tamara? 

Akhir-akhir ini memang di kampusku sedang ada kebiasaan aneh yang menurutku sangat tidak bermanfaat. Mengancam orang menggunakan surat kaleng, yah surat yang tidak ada nama pengarangnya. Pernah sih beberapa kali aku dapat, tapi seperti yang mereka prediksi, aku selalu menemukan orangnya. Dan aku tidak pernah berniat membalas seperti yang dilakukan oleh teman-teman yang lain. Tidak penting!

Kali ini Rila sahabatku yang mendapat surat kaleng, sudah hampir seminggu, awalnya dia cuek, tapi lama kelamaan dia mulai khawatir, dia tidak hanya dikirimi surat, tapi juga boneka yang berlumuran darah dan pisau masih menempel di leher boneka tersebut, pernah juga bangkai tikus dan ini tidak hanya dia dapat di kampus tapi juga di kirim ke rumahnya. Aku mulai kasihan padanya, sebenarnya aku sudah tahu siapa yang mengirim dia surat kaleng itu, Edo sahabat kami juga. 

Seperti pagi ini, dia kembali mendapat surat kaleng, aku harus bicara dengan Edo nanti. Menurutku ini sudah keterlaluan, sudah mulai kriminal. Bercandapun harus ada batasannya. 

***

Hal yang paling menggembirakan adalah kabar dosen yang tidak masuk, semua bersorak gembira, aku tersenyum tipis melihat teman-temanku. Akan tetapi kegembiraan itu tidak ku lihat pada Rila, biasanya dia akan langsung menarikku ke kantin, makan. Kali ini berbeda, dia keluar kelas sendiri, aku tahu dia benar-benar terganggu dengan surat ancaman itu. Aku mengikutinya, seperti dugaanku, dia menjumpai Danar. Danar adalah senior kami lain jurusan, dia kuliah di Fakultas Teknik jurusan mesin. Rambutnya agak gondrong dan yang pasti dia tampan dan cerdas. Dia sama denganku aktivis kampus. Kami pernah merajut asa bersama, hampir satu tahun, tapi kandas sejak aku membawanya ke rumah. Saat itu Ayah ngobrol dengannya berdua dan sejak itu dia selalu menghindariku. Sebagai cewek yang cerdas aku tahu kalau dia sengaja menjauhiku, mungkin Ayah yang melarang, akupun melepaskannya. Aku percaya jodoh sudah ditentukan yang di atas, toh kalau kami berjodoh dia akan kembali padaku, dan kalau tidak bukankah berpisah dari sekarang adalah yang terbaik. Logikanya, semakin banyak kenangan yang tercipta maka akan semakin sulit untuk melupakan. Meski tak ku pungkiri aku tetap terluka saat dia bersama Rila.

Aku melihat mereka bertemu di taman kecil sudut kampus. Apa yang mereka bicarakan sungguh di luar dugaanku, Rila mencurigaiku dengan alasan aku cemburu padanya. Tuhan, aku tidak sepicik itu, cinta tidak akan pernah membuatku gelap mata. Edo harus bertanggung jawab.

Aku kembali ke kelas dan menarik tangan Edo, dia harus mengaku sekarang. Aku tidak mau Rila salah paham padaku.

“Ta, kamu kenapa sih? Udah kek ngambil gaji aje lu.” Aku diam tidak menanggapi guyonannya. Langkahku semakin ku percepat. Tiba-tiba Edo menarik tangannya hingga terlepas dari genggamanku.

“Eh, Ta, napsu amat lu sama gue, kenapa sih?”

“Edo, gue tau ya kalau kamu mengirim surat kaleng nggak penting itu ke Rila, sekarang, lu harus ngaku. Dia curiga ama gue.”

“Itukan udah lama, Ta.”

“Lama pala, lu, pagi tadi lu kirim lagikan? Dan kenapa sih lu tega banget ngancam dia separah itu? Kriminal namanya tau!”

“Kamu ngomong apa sih, Ta?”

Akhirnya aku tahu bahwa bukan Edo yang melakukannya, dia hanya mengirim surat dua kali, sesudah itu dia mengaku ke Rila, jadi siapa yang mengirim ancaman itu? Aku menceritakan kecurigaan Rila padaku, Edo hanya mengangkat bahu. Tiba-tiba banyak mahasiswa berlarian melewati kami, mereka menuju taman, kami saling tatap dengan Edo dan seperti di komando kamipun ikut berlari ke taman.

Apa yang kami lihat tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, Rila terkapar berlumuran darah dan Danar memangkunya, di perut Danar tertancap sebilah pisau. Aku histeris dan berlari ke arah mereka, memindahkan Rila ke pangkuanku, sungguh aku tidak pernah tahu kalau ancaman itu serius.

***

Kata Danar, orang yang menyerang mereka menggunakan topeng, dia tidak bisa mengenalinya, polisi masih menyelidiki kasus ini. Rila tak tertolong, gadis secantik dia harus mati mengenaskan. Aku tahu Danar pasti sangat terluka, hari ini aku akan ke kostnya walau bagaimanapun kami adalah teman. 

Aku masuk setelah dipersilahkan, ada nuansa kaget di bola matanya yang tajam. “Sebentar ya, Ta, aku belikan minum, maklum ini kost laki-laki, nggak ada apa-apa,” katanya. Aku mengangguk.

Aku memperhatikan kamar kostnya, tak ada yang berubah bahkan aku kaget dia masih memajang foto kami berdua, aku mengambil foto itu dan aku melihat sesuatu terjatuh. Sebuah buku agenda, akulah yang memberikan itu dulu padanya. Dan apa yang tertulis membuatku limbung.

(Sabtu malam, 15 Januari 2019, Tamara sayang, kenapa ini terjadi pada kita? Kamu adikku lain ibu.)

(Rabu, 1 Agustus 2019, Ta, aku jadian sama Rila bukan karena cinta tapi agar tetap bisa bersamamu.)

(Kamis, 5 Maret 2020, Ta, aku benci Rila dia selalu menjelek-jelekkanmu, dan hari ini dia akan diam selamanya. Dia sudah aku buat tidur untuk selama-lamanya setelah aku buat tersiksa dengan surat kaleng itu.)

Aku merasa gelap. Pingsan.






Posting Komentar untuk ""Saudara Sedarah" Cerpen Karya Reni Juniarti"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.