Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

"Lelaki Tua" Sebuah Cerpen untuk Ayah

 Lelaki tua
Oleh, Restu Salihah

    1983 masa orde baru Indonesia, Tahun bersejarah gerhana matahari total dibulan Juni, 38 tahun lalu tepatnya.

   Bersamaan dengan datangnya anggota baru ditengah keluarga besar Rusdi Winarto, seorang lelaki miskin yang keluyuran kerjanya tapi bertandang dengan gagah dan pesona.

   Rahangnya tegas, hidungnya bisa dijadikan perosotan nyamuk, alisnya tebal dan matanya yang tajam. Lelaki 35 tahun yang tangannya kasar karena tusukan jarum, yang setiap hari bersalaman dengan alas sepatu, yang ototnya terbentuk bukan karena olahraga, tapi bukti susahnya mencari pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan perutnya.

  Sejak 7 tahun ditinggal ayah tercinta, dan berpisah dengan ibu kandungnya. Berjalan menyusuri jejak-jejak takdir dibawah hukum alam yang masih menyayanginya. Membawanya bertemu tuan guru yang dengan senang hati memperkerjakan ia menjadi koki cilik dipadepokannya.

    Menyediakan teh, memasak air, ngedang nasi sampai menjemur kerak ia lakukan sembari terus belajar bagaimana kehidupan berjalan. Beranjak dewasa ia rupanya, hampir ku pikir ia mati tersiksa ketidakadilan dunia. Guru yang dilayaninya hingga dewasa, tamat sudah kisahnya di lembar catatan malaikat pencabut nyawa. Kembali ia susuri jalanan panjang, hingga bertemu sang pujaan.

     Disambut hangat keluarga baru, dianak kandungkan mertuanya, dilayani bak permata, dikasih dengan sangat berharga. Kini 73 tahun usianya, tetap tak luntur kharisma seorang 'Dia'. 

  Rahang tegasnya masih jelas, hidung mancungnya masih kokoh. Dan tangan kasarnya, masih berbekas. Tak kudapati ia menangis kecuali 2 waktu, kematian mertuanya, dan rindu masakan mertuanya. Begitu ia cinta seperti ibu kandung baginya, begitu ia puja layaknya malaikat pelindungnya, begitu ia rindu hingga air mata yang lama tak jumpa mampir jua.

   Dia, Bakri. Sosok pria istimewa yang tak kutemui sekalipun teriakan nya, tak sekalipun kujumpai nada tinggi dari bibirnya. Pria yang dipaksa dewasa semenjak muda, kini tetap gagah dan pandai mendidik anaknya.


Ayah.









Posting Komentar untuk ""Lelaki Tua" Sebuah Cerpen untuk Ayah"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.