Dari Amsterdam, "Hidup Diperam Alam"

Poetry is an alter ego. It does not have to tell stories about the writer but still he/she can learn an abundance of lessons and experience a plethora of moments from it. (Rakka Joyn)

Hidup Diperam Alam
Oleh: Rakka Joyn

Bukankah atap Sistina Kapel sudah memproyeksi dengan jelas, tentang sentuhan tangan Tuhan pada jari-jari kita yang masih penuh nanah?

Sehingga batin kita kelak mampu menjadi api.

Yang memasak sepotong daging yang telah berjam-jam dimandikan oleh keserakahan.

Nikmat bukan pada kepala saja, kawan.

Namun pada siung-siung bahagia yang dipendam pada tanah iman. 

_Akh, dasar kita!_

Perihal kosakata Tuhan saja kita lupa, tak pernah menyapa, apalagi ingat tentang nestapa.

Malah senang hati berlutut di depan besi-besi yang tak lagi berkarat.

Bahkan tunduk pada angka-angka yang terjalin di tali-tali tembaga.

Masih saja jiwa kita menyangkal dan tetap dangkal serta terus membual.

Dan pertanyaan tentang siapa kita sebenarnya masih menggantung abadi.

Pada debu-debu galaksi.

Yang lambat laun akan tersapu regenerasi.

_Kawan, hidupmu harusnya diperam oleh alam. Bukan lantas terbudak hologram._

Amsterdam, 31 Desember 2021

Rakka Joyn, lahir dan besar di Kabupaten Kediri, 31 Mei 1987. Bekerja sebagai tenaga medis di Belanda, tidak menyurutkan niatnya untuk menapaki dunia literasi Indonesia, khususnya puisi. Bergabung di komunitas Kepul dan Competer Indonesia, serta saat ini sedang bergiat di kelas puisi Asqa Imagination School. Puisi puisinya sudah dimuat di beberapa media yaitu,  Buletin Kapass, Tiras Times, Nolesa, Puisi Pedia, Riau Sastra dan Pahatan Sastra. 

Dapat dihubungi email: rakka.joyn@gmail.com atau instagram: rakka_joyn