Marsinah, Rantai Pendidikan, hingga Berbuka
Marsinah si Lacur Negeri, Jilid I
Karya : Amalia Isma Adeliani Harahap
Tangan mungilnya memeluk kesunyian
Dia tidak tahu untuk siapa datang
Dunia mengejang di tengah lengking berperang
Menangkap suara-suara bengis di lautan
Katanya, wanita malang buruh pabrik menggelantung dalam histori kehidupan
Dua puluh tahun silam terbaring merenggang
Sambutan badik menghunus gagah besi batangan
Tak ada yang tabah dari hayat yang ia rasakan
Siapa dia kawan?
Gincu berdarah melekat pada bajunya
Diakah Marsinah itu?
Lacur suci kesayangan Tuhan
Tangis langit berkolusi pada debu jalan
Ia diderek pacul bagai binatang
Diarak kulit mulusnya tersobek benda tajam
Lebam-lebam selangkang oleh jiwa berangasan
Terzalimi oleh tangan keji tak berperasaan
Senonoh jasadnya tergeletak dalam perjamuan
Rontok pada rambutnya akibat pukulan
Marsinah, pulanglah ke pangkuan
Riau, 9 Desember 2020
Note : Marsinah adalah pahlawan wanita seorang buruh pabrik yang mati terbunuh pada masa orde baru. Diangkat dari kisah nyata dan dipopulerkan oleh Sapardi Djoko Damono, kembali ditulis Amalia Isma Adeliani Harahap 2020.
Rantai Pendidikan
Karya : Amalia Isma Adeliani Harahap
“Inang, aku rindu peluk kasihmu!”
Menangis di pelosok sisi hitam yang tandus
Aku menepuk dada
Sejenak bersuam dalam pendidikan sederhana
/Bayi - Di kasur keriput yang jantan itu
Inang kerap menjadi satpol bagi bocah ingus
Disajikannya selingkar kasih, sebakul doa-doa
Napas putus mengiba, ia teriaki nyamuk mengganggu lelapku
/SD- ladang-ladang harta, rumah tihangnya loyo
Adik tangga bermain drama, ialah Inang berperang dengan padi, nanah meremukkan kaki
Memikul tanggungan ekonomi
--- Bagaimana mendeklarasikan cinta, Inang?
/SMP- Tentang Inang menyamar sebagai malaikat belajar ; Kau kah itu, Inang?”
Perempuan peyot seramai knalpot, di bawah lentera semprong
Menunggu bocah berhitung, 1 2 3 4 ah.. sulitnya
Sedang tubuh diganjal lelah dan bibir bantal rindu liurmu
/SMA/ Mahasiswa - Dari benang yang tertanggal di putih abu-abu dan bias almamatermu
Terkadang serupa kancil lupa pesanmu
Lalu di selembar meja, bersama sepotong tempe, gelas-gelas hampa menganga ( Inangku)
Sedang; “Aku”; menanak buaian cinta dari dia :Maafkan, Inang”
/1 Matahari jauh menepi, jemari-jemari halus tak kutemui
/2 Melewati sisa jamuannya, kubebaskan genangan mata dan jantung mementaskan luka
/3 Kuperhatikan sepotong kenangan
/4 Gerbang lalu menyibak rindu “Aku selesai bersekolah”
Riau, 25 September 2021
NB : Inang adalah panggilan untuk “Ibu” dari suku Batak Sumatera Utara
Sudahlah Berbuka
Karya : Amalia Isma Adeliani Harahap
Selamat sore Indonesia!
Sudahkah kau berbuka?
Aku melihat takjil dihiasi cerek berderet di lembar mejamu
Gelas monalisa merebak ruap teh sariwangi
Entah seberapa banyak jamuan
Mungkin rasa syukurmu menyambut Ramadan
Kawan, sudahkah kau berbuka?
Bukan, bukan melepas dahaga, buka dari menutup mata
Sudahkah kau lirik gadis berkucir di ranjang jembatan?
Merangkak dengan perut tandus dan kerongkong haus
Segalanya hanyut bahkan jantungnya berdenyut akut
Entah seberapa besar keterpaksaan puasa yang ia kerjakan
Jangan!
Jangan kau sirami kelopak yang sudah kuyup
Sebab dari kelopak layu dapat kulihat duri-duri menusuk hatinya
Jangan buat kembali ia mengenyam pahitnya lini kehidupan
Bahkan sebiji kurma saja tiada bisa dirasakan
Kini mata binar menyala
Bahkan gelas kosong bersauh teduh mendengarnya
Seumpama ia punya telinga
Entah seberapa banyak ia suguhkan
Dari bijian hingga lalapan penutup
Kawan, sudahkah berbuka?
Riau, 23 April 2021
Lihat tentang Amalia Isma Adeliani Harahap dan puisinya yang lain di link berikut https://www.lenggokmedia.com/2022/01/asetmu-sudah-kau-jual-puisi-karya.html?m=1
Posting Komentar untuk "Marsinah, Rantai Pendidikan, hingga Berbuka"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.