Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Antara Palung Mariana dan Teluk Alaska

 

Antara Palung Mariana dan Teluk Alaska

Karya : Diana jil

 

Ku kira hatimu sedangkal kolam susu. Nyatanya, hatimu securam Palung mariana.

Berpikir kita akan menyatu, ternyata kita ibaratkan Teluk Alaska yang takkan pernah menjadi satu.

-Arianja Nevada-

_________

          Kisah cinta anak manusia memang sulit diterka, sulit dipahami, sulit dimengerti. Bukan karena membingungkan ibarat rumus pemrograman. Namun karena rumit yang dibuat oleh keadaan. Manusia terlalu sering menempatkan diri pada keadaan yang sulit, meletakkan hati pada keadaan rumit yang pada akhirnya memberi rasa sakit.

***

           Tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk mengejar cinta seseorang yang tak pernah menganggap mu ada. Setidaknya Itulah yang dirasakan oleh Arianja Nevada, gadis cantik keturunan Sunda-minang.

          Tiga tahun lalu, tepatnya pada tanggal 09 Juli 2018. Anja bertemu dengan Refan Alaska Dirgantara. Pria dengan tubuh atletis untuk kalangan remaja. Anja jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Refan. Namun, semua tak berjalan sesuai ekspektasinya. Semua yang Anja lakukan seolah tak berarti di mata Refan. Tak kenal lelah, bahkan Anja selalu melakukan hal konyol hanya demi mendapatkan perhatian Refan, meski semua sia-sia. Yang ia dapatkan bukan perhatian.

“Sebenarnya mau kamu apa sih?” tanya Refan kesal. Yang hanya dibalas cengiran tanpa dosa oleh Anja.

“Jawabannya simpel, Fan. Aku Cuma mau hati kamu” ucapnya polos. Refan menghembuskan nafas kasar. “Jangan pernah lakukan itu, nanti kamu sakit hati” ujar Refan kemudian pergi meninggalkan Anja.

***

          Meski Refan telah mengingatkan Anja untuk tak mengejarnya. Namun, Anja tetap bersikeras untuk meluluhkan hati Refan yang sekeras baja. Anja masih yakin dengan kalimat orang Minang yang mengatakan “Bak cando batu, hari ka hari di titiak dek aie, ka habih juo asa lai saba” nyatanya perjalanan cintanya tak seindah itu. Tiga tahun berlalu, hati Refan masih sama seperti awal pertemuan mereka. Tetap beku dan tak tersentuh. Entah itu karena masalalu? Atau memang setelan pabriknya sudah begitu? Entahlah? Anja sendiri tak tahu jawaban pastinya.

“Kamu gak cape? Terus ngejar dia ha. Nja, dia gak pernah nganggap kamu loh. Kamu itu bodoh atau kenapa sih Nja?” lihat. Bukan Anja yang lelah, tapi Arinda yang jengah dengan segala tingkah polah Anja yang tak pernah menyerah. Bertahan karena cinta, lalu apakah Anja akan pergi karena luka?

***

          Tepat pada tanggal 20 Mei 2021, merupakan hari kelulusan Anja. Jika berpikir Anja telah lupa dengan segala rasanya. Maka, jawabannya adalah salah. Sampai detik ini, perasaan Anja masih sama. Hati Anja masih berisikan Refan Alaska Dirgantara. Memang bukan sebagai kekasih. Namun, seistimewa itulah Refan di hati Anja.

          Sorak sorai terdengar riuh di halaman berisikan anak-anak berseragam putih abu-abu. Semua tampak bahagia, namun tidak dengan Anja. Gadis itu terlihat murung. “Tiga tahun, Fan. Ternyata aku masih belum bisa nyelami hati kamu. Aku pikir seiring berjalannya waktu aku dan kamu bisa jadi satu, ternyata itu gak akan pernah terjadi” gumam Anja dalam hati.

“Kukira hatimu sedangkal kolam susu. Nyatanya, hatimu securam Palung Mariana. Berpikir kita akan menyatu. Ternyata kita ibaratkan Teluk Alaska yang takkan pernah menjadi satu” Kesempatan itu kini sudah hilang, Anja akan melepaskan Refan mulai hari ini.

“Kamu kenapa Nja?” Tanya Rinda saat melihat sahabatnya tak seperti biasanya. Anja, si gadis ceria kini terlihat biasa saja. Dia hanya menatap malas ke arah Rinda. Rinda mendengus kesal. “Nja, kalo kamu kesel sama orang jangan di lampiaskan ke aku dong” kesal Rinda. “Gak pa-pa” jawaban yang sangat tak di sukai Rinda. Apa sih gak nyambung banget. Kalo di tanya ‘kenapa’ baru jawabnya ‘gak pa-pa’. Kadang suka heran sama cewek, ada masalah dikit bukannya jawab malah kasih kode dengan password ‘gak pa-pa’

         Anja menarik nafas dalam, menghembuskan perlahan. “Anja sedih, Rin” ujarnya. Rinda menatap Anja penuh selidik. Perasaannya mulai tak enak. Ini pasti ada sangkut pautnya sama Refan, pikir Rinda.

“Setelah hari ini, mungkin Anja gak bakal bisa liat Refan lagi” nah kan. Sudah Rinda dugong. Pasti ini tentang Refan lagi. Tapi tunggu, kali ini ada yang berbeda dengan ucapan Anja. Anja kenapa?

“Nja? Kamu baik-baik aja kan? Emang kamu mau kemana? Bukannya kamu sama Refan punya organisasi dan komunitas yang sama ya?” tanya Rinda heran. Pasalnya, meskipun Refan cuek, datar terkesan tak peduli. Namun, apapun organisasi yang ia ikuti, komunitas yang ia ikuti. Dia selalu merekomendasikannya kepada Anja.

“Rin, nanti kalo Anja gak ada jagain Refan ya” tuh, ucapan Anja semakin ngelantur. “Heh! Kamu kenapa sih Nja?”

“Gak pa-pa, Rin. Takutnya nanti Anja pergi” jawab Anja dengan senyum yang tak pernah Rinda lihat. Ini bukan senyum Anja. Anja tak pernah memberikan senyum seperti ini. Rinda menggelengkan kepala dengan sejuta pikiran negatifnya.

“Kamu mau pergi kemana?”

“Ya, mungkin kalo gak ke Bandung. Anja pulang ke Rahmatullah” jawab Anja disertai kekehan kecilnya.

“Apa sih Nja!? Jangan ngelantur deh kalo ngomong” sentak Rinda. Lagi-lagi Anja tersenyum. “kita gak tau kan? Kapan kita mati?” balas Anja.

Tin… Tin…

Saat mereka berbicara, terdengar suara klakson yang memekakkan telinga. Anja dengan segala kepekaannya menoleh ke sumber suara. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat Refan berjalan dengan santainya di tengah jalan. Sedangan jarak mobil itu hanya tinggal beberapa meter lagi.

Tak ada waktu lagi, Refan yang memiliki gangguan pendengaran atau memang ada masalah. Sehun dengan santainya masih berjalan layaknya sedang melakukan Boomerang dengan slow mo nya. Tapi tidak dengan Anja, Anja segera berlari. Dan….

Brak…

Anggap saja itu suara hantaman mobil yang berhasil menghempaskan tubuh Anja. Refan tersentak dengan apa yang terjadi beberapa detik yang lalu. Bangkit dari tempatnya terjatuh akibat dorongan Anja. Refan menoleh ke arah jalan yang telah dikerumuni orang-orang. Berjalan dengan gontai, entah apa penyebabnya? Namun, rasa sakit tersungkur ke aspal tak dirasa. Hanya saja ada sebagian hatinya yang terasa sakit tanpa sebab.

Berjalan membelah kerumunan orang.

Deg..

Tubuh Refan terasa lemas, bagai di sayat ribun belati. Hatinya terasa sakit. Tanpa terasa air matanya luruh. Dengan matanya sendiri dia menyaksikan gadis yang selama ini selalu mengisi hari-harinya terkapar tak berdaya di tengah kerumunan orang dengan darah yang sudah berlumuran.

“Nev.. Neva” lirih terbata-bata. Neva, panggilan yang selalu di sematkan Refan untuk Anja.

Refan segara meraih kepala Anja, meletakkannya diatas pangkuannya. “Nev, bangun” lirihnya. Anja dengan sisa tenaganya membuka matanya. Demi menatap sang lelaki pujaan hati. Tangannya terulur ingin meraih wajah Refan yang telah banjir air mata. Refan yang sadar segera meraih jemari mungil itu, membawanya ke pipinya. “Kenapa lakuin itu hmm?” tanya Refan.

“Ja-jang-an na-ngis, Fan. A-aku g-gak pa-pa” ucap Anja tersengal. “Kamu harus bertahan” ucap Refan mengecup jemari Anja. “Telpon ambulance, cepat!” teriak Refan.

“g-gak us-sah. A-ku u-dah gak ku-at, Fan. Ma-makasih u-dah a-da u-ntuk a-aku d-di de-tik ter-ak-hir hi-dup a-ku”

“Gak, gak. Kamu gak boleh tinggain aku, Nev. Kamu harus kuat” ucap Refan histeris.

“A-ku se-la-lu sa-yang sa-ma ka-mu, ci-nta sa-ma ka-mu ba-h-kan sa-mpai se-ka-rang”

“Nev, pokoknya kamu harus bertahan. Kamu mau dengar ini kan?”

“Aku sayang sama kamu, Nev. Dari dulu aku selalu cinta sama kamu. Jauh sebelum kamu kenal aku di SMA, Nev! Sekarang kamu udah tau isi hati aku kan? Jadi kamu harus bertahan oke?” akhirnya di detik terakhirnya Anja, Refan mengungkapkan isi hatinya.

Anja tersenyum “A-ku u-dah gak sa-ng-gup, Fan”

“Tapi aku cinta sama kamu, Nev. Aku sayang sama kamu” Refan semakin merengkuh Anja dalam dekapannya.

Anja lagi-lagi hanya tersenyum. Hatinya kini telah tenang. Dia bahagia, karena pada akhirnya dia mendengar sendiri ungkapan cinta dari Refan. Yang selama ini selalu ia harapkan. “Ma-kas-sih. I lo-lo-ve y-you Fan” mata itu perlahan mengatup rapat seiring bulir bening yang berjatuhan. Membawa cinta dalam hatinya untuk ikut terkubur bersama raganya. Cintanya untuk Refan bukan sebatas cinta monyet belaka, cintanya sejati. Karena dia membawanya sampai detik terakhir hidupnya.

“Gak, gak. Nev, bangunnnnn. Nevaaaaaa!!”

Sementara itu, Rinda tak mampu lagi menahan kesedihannya. Air matanya sedari tadi mengalir deras. Menyaksikan bagaimana sahabat tercintanya berkorban demi cinta. Ya, pada akhirnya perpisahan menjadi jalan terakhir kisah cinta Anja. Bukan hanya perpisahan dari kelulusan sekolah. Namun, menjadi akhir dari hembusan nafas Arianja Nevada. Mungkin bagi Anja itulah definisi cinta membutuhkan pengorbanan.

Karya Mulya, 21 April 2022

 

 

 

Posting Komentar untuk " Antara Palung Mariana dan Teluk Alaska"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.