Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

"Bapisah Bukannyo Bacarai" - Cerita Pendek karya Ratih

 

Bapisah Bukannyo Bacarai
(Berpisah Bukannya Bercerai)

 
(Ilustrasi, pngtree)

Mendung pagi ini diakhiri dengan rintik-rintik hujan. Gemercik rintik hujan saling bersahut-sahutan. Aku tidak berdaya menatap wajah uda. Ucapannya itu benar-benar membuatku tersentak setengah mati. Uda hendak pergi merantau? Berarti kami berpisah? Tiba-tiba air mataku jatuh bercucuran bak hujan.

"Janganlah engkau bersusah hati, Adiak. Uda pergi bukan untuk tak pulang. Uda ke rantau mau merubah nasib, mencari pekerjaan yang lebih baik lagi untuk  masa depan kita nanti. Manalah mungkin uda melamarmu tanpa pekerjaan yang tak pasti. Dengan modal apa nanti kita memulai kehidupan baru. Tolonglah mengerti, adiak! Demi kebaikan kita bersama". Uda mengelus air mata di pipiku. Aku semakin tersengut-sengut.

 "Mengapa harus pergi jauh sih, Uda? Di sini kan banyak lowongan pekerjaan. Akan mudah sekali bagi kita yang baru tamat kuliah untuk melamar kerja. Kita tak berpisah jarak Uda" jawabku dengan suara serak. Kulihat Uda tersenyum.

"Ondeh, Adiak si jantung hati. Apa yang engkau takutkan dengan kepergianku ke tanah seberang. Aku akan selalu memberi kabar padamu. Bapisah bukannyo bacarai, bapisah untuok kito batamu di palaminan. Usahlah engkau ragu dan bimbang Adiak. Relakanlah aku pergi untuk bekal hidup kita nanti. Agar aku bisa menepati janji untuk melamarmu pada ayah dan bundamu. Inilah janjiku....akan selalu setia dengan cinta kita"

Aku terdiam. Ada benarnya juga ucapan uda. Berpisah bukanlah bercerai. Berpisah untuk kembali menepati janji.

"Sudahkah engkau paham dengan maksudku ini  duhai jantung hati?" Aku hanya diam.

"Katakan padaku, Adiak! Apa yang membuat hatimu gelisah melepaskan kepergianku".

"Di rantau itu banyak godaan, Uda. Gadisnya rancak-rancak nan gaya. Aku takut nanti Uda tersangkut pada gadis rantau dan melupakan aku yang menanti di sini"

"Buanglah pikiran burukmu itu, Adiak. Percayalah, aku bukan lelaki seperti itu. Kalau aku hendak berkhianat dengan cinta kita, kenapa tidak dari dulu saja? Yakinkanlah hatimu, bahwa aku akan kembali untukmu". Setelah lama terdiam. Akhirnya aku menggelengkan kepala. Aku sudah melihat bukti kesetiaan uda selama ini padaku. Haruskah aku meragukan lagi cinta dan kesetiaannya itu ? Aduh, aku keterlaluan sekali bila sampai meragukannya .

 "Baiklah, Uda. Aku percaya sepenuhnya kepada Uda. Jagalah hati Uda Jangan sampai goyah oleh rayuan cinta. Aku rela melepaskan Uda mengadu nasib di rantau orang, doaku selalu mengiringi setiap langkah kaki Uda berjalan. Semoga Uda berhasil dalam menggapai cita-cita di negeri orang".

"Amin.... Terima kasih, Adiak. Kepercayaanmu padaku adalah gairah untuk diriku. Aku berjanji, akan segera menepati janjiku dan akan melamarmu  pada ayah dan bunda". Aku mengangguk dan kami pun melangkah pergi karena senja telah tiba. Pagi ini kami telah sampai di pelabuhan. Air mataku tak henti-hentinya berlinang karena sangat sedih dengan perpisahan ini. Bagaimanapun juga, lautan luas telah memberi jarak diantara cinta kami dan hari-hari akan terasa sepi tanpa kehadiran uda disampingku. Uda menatapku dalam-dalam. Perlahan direngkuhnya kepalaku dan direbahkan kebahunya .

"Jangan sedih Adiak. Ingatlah! bapisah bukannyo bacarai. Bapisah untuk bertemu kembali. Berjanjilah padaku kau akan selalu setia menanti aku kembali". "Baiklah, Uda. Aku akan jaga kesetiaan ini. Aku akan menanti Uda sampai kembali. Jagalah diri baik-baik di rantau orang, Uda. Jangan karena nila setetes, rusak susu sebelanga. Jagalah lidah karena lidah akan membuat kita binasa. Selalu sertakan Allah disetiap  niat dan perbuatan kita. "Setelah berkata begitu kudengar peluit kapal berbunyi panjang. Itu pertanda kapal akan segera berangkat. Hatiku semakin terpuruk melihat Uda melangkah memasuki kapal itu. Lambaian tangannya sangat menusuk hatiku. Air mataku semakin deras. Dalam hati aku tak henti-hentinya berdoa, agar perjalanannya selamat sampai tujuan. Lalu dengan langkah lesu aku pun melangkah pulang.

 

Biodata Penulis

Nama              : Ratih

NIM                : 2203027

Prodi               : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TTL                 : Kaiti, 22 Januari 2004

Alamat            : Desa Rambah Tengah Barat, Rambah, Rokan Hulu

 

 

Posting Komentar untuk ""Bapisah Bukannyo Bacarai" - Cerita Pendek karya Ratih"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke email redaksi lenggokmedia@gmail.com dengan subjek sesuai nama rubrik atau Klik link https://wa.me/+6282388859812 untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.