Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Ibu, Madrasahku: Pelajaran Hidup dan Etika dari Sosok Terhebat (Tulisan Feature)

 Ibu, Madrasahku: Pelajaran Hidup dan Etika dari Sosok Terhebat

Foto Revani bersama Ibu (Sumber: @revanimei_) 

Feature
          Oleh : Revani Meiliana

Ibu, madrasah pertamaku. Kata-kata itu bukan sekadar ungkapan bijak yang sering kita dengar, melainkan sebuah realita yang terukir dalam relung sanubariku. Bayangan sosoknya, dengan senyum lembut dan tangan yang selalu siap menenangkan, terus hadir dalam setiap langkah perjalanan hidupku.

Dari pelukan hangat dan kasih sayang tanpa batas yang ia berikan, tertanam nilai-nilai etika yang menjadi kompas dan penuntun jalanku hingga saat ini. Nilai-nilai itu bukan sekadar teori, melainkan praktik nyata yang ia tunjukkan setiap hari. Namun, kepergiannya meninggalkan luka yang terasa begitu dalam, luka yang mungkin tak akan pernah benar-benar sembuh.

Kepergiannya bukan hanya meninggalkan kesedihan, tetapi juga sebuah pelajaran hidup yang begitu berharga, pelajaran tentang arti kehidupan yang sesungguhnya, tentang penghargaan yang tulus, dan betapa pentingnya kita menghormati sosok yang telah melahirkan, membesarkan, dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada kita, sebelum semuanya terlambat.

Kisah perjalanan hidupku bersama Ibu bukanlah sekadar rangkaian peristiwa biasa yang dapat dilupakan begitu saja. Lebih dari itu, ia adalah sebuah pembelajaran yang berharga, sebuah sekolah kehidupan yang mengajarkan tentang kebaikan, kesabaran, dan nilai-nilai etika yang begitu besar.

Setiap tutur kata lembutnya dan setiap tindakan bijaknya, semuanya menjadi pelajaran berharga yang terus terukir dalam relung hati terdalamku. Pengalaman kehilangan Ibu mengajarkan betapa rapuhnya kehidupan ini, betapa singkatnya waktu yang kita miliki, dan betapa berharganya setiap momen yang telah dilalui bersama orang-orang yang kita sayangi.

Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku merasakan betapa pentingnya kita menghormati dan menyayangi Ibu, menghargai setiap pengorbanannya, dan menunjukkan rasa terima kasih yang tulus selagi ia masih berada di sisi kita, sebelum penyesalan datang menghampiri.

Bagiku, Ibuku adalah Ibu terbaik sedunia, bahkan Ibuku nyaris sempurna. Memang tak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini, namun kebaikan dan kelembutan hatinya mengalir begitu deras, membasahi setiap langkahku, menumbuhkan rasa aman dan kasih sayang yang tak tergantikan.

Sejak kecil, ia tak pernah lelah mengajariku arti kejujuran, pentingnya menghormati orang lain, dan bagaimana bersikap etis dalam kehidupan, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan yang ia berikan setiap hari. Ia bukan hanya ibuku, tetapi juga sahabat, guru, dan tempatku berkeluh kesah, tempatku berbagi suka dan duka.

Rumah kami selalu dipenuhi oleh aroma kasih sayang yang begitu hangat, suasana keluarga yang kental terasa, dengan nilai-nilai etika dan saling menghargai. Ayah, kakak, dan aku selalu merasa utuh dan bahagia dalam keluarga yang penuh cinta, terlebih ada Ibu di dalamnya.  

Namun, ketika takdir berkata lain, kepergian Ibu meninggalkan luka yang begitu besar, menciptakan rasa sedih yang menyayat hati, dan rasa kehilangan yang begitu dalam. Hati rasanya seperti tertusuk ribuan duri yang menembus jiwa dan raga.

Dunia terasa gelap, bagaikan kehilangan matahari yang menerangi hidup. Tangis mengiringi setiap langkah, kesedihan yang tak terkira membayangi hari-hari kami. Setiap sudut rumah seakan masih menyimpan jejak langkahnya, suaranya, dan senyumnya yang menenangkan.

Namun, di tengah kesedihan yang mendalam, kami menyadari bahwa hidup terus berjalan, waktu tak akan pernah berhenti berputar. Kesedihan tak boleh menjadi penghalang untuk terus melangkah maju.

Kami harus meneruskan perjuangan, menjalankan amanah Ibu untuk menjadi pribadi yang baik, teguh memegang nilai-nilai etika yang telah ia ajarkan dengan penuh kesabaran. Kami harus selalu bersikap baik terhadap sesama, bersikap jujur dan bertanggung jawab atas setiap tindakan, dan senantiasa menghormati orang lain, apapun latar belakang dan status sosialnya.

"Jadilah orang baik jika kamu ingin diperlakukan baik," pesan Ibu yang selalu terngiang dalam benakku, pesan yang begitu sederhana namun sarat akan makna.

"Jangan sesekali menyakiti perasaan orang lain. Biarkan saja orang lain menyakitimu, tapi kamu jangan." Pesan itu menjadi pedoman hidup yang selalu kupegang teguh, menjadi kompas yang membimbingku dalam setiap pengambilan keputusan.

Namun saat ini masih banyak anak yang kurang menghargai dan menghormati ibunya, bahkan berani melukai hati orang yang telah melahirkan dan membesarkan mereka. Mereka berbicara dengan nada keras, bahkan berani membuat ibunya menangis. Sikap-sikap seperti itu sungguh menyayat hati, menunjukkan betapa dangkalnya rasa syukur dan penghargaan mereka.

Mereka telah menyia-nyiakan sosok paling berharga di dunia ini, sosok yang telah berkorban segalanya untuk kebahagiaan anak-anaknya. Banyak yang belum menyadari betapa pentingnya kehadiran seorang ibu, betapa besar pengorbanan yang telah ia berikan. Hanya mereka yang pernah merasakan kehilangan yang akan mengerti betapa pedihnya kehilangan sosok yang begitu berarti dalam kehidupan.

Kepada anak-anak yang masih memiliki Ibu, bersyukurlah. Hormati dan sayangilah Ibu kalian selagi masih ada kesempatan. Jangan pernah menyakiti hatinya, jangan pernah membuatnya menangis. Jika ia menasehati, terimalah dengan lapang dada, karena itu untuk kebaikanmu. Jadilah anak yang baik, anak yang berbakti, dan anak yang selalu membanggakan orang tua. Karena, ketika Ibu telah tiada, yang tersisa hanyalah kenangan dan penyesalan.

Ibu adalah madrasah pertama dan terhebat yang tak tergantikan. Nilai-nilai etika yang ditanamkannya akan selamanya menjadi cahaya yang menerangi jalanku. Kisah ini bukan sekadar kenangan, tetapi juga sebuah pembelajaran bagi kita semua tentang pentingnya menghormati dan menyayangi orang tua, terutama Ibu.

Sadarilah betapa beruntungnya kalian. Allah SWT telah memberikan anugerah yang tak terhingga, kesempatan untuk membersamai dan membahagiakan sosok yang telah melahirkan dan membesarkan kalian dengan penuh cinta dan pengorbanan. Jangan pernah sia-siakan waktu yang masih diberikan-Nya.

Jangan biarkan penyesalan datang menghampiri ketika semuanya telah terlambat. Hormatilah Ibumu, sayangilah Ibumu, perlakukanlah ia dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Hal sekecil apapun yang kalian lakukan, sebuah pelukan, ucapan sayang, atau bantuan kecil, akan sangat berharga dan berarti di mata Ibumu.

Ingatlah, waktu bersama Ibu adalah harta yang tak ternilai harganya. Jagalah ia dengan sebaik-baiknya, isi setiap momen dengan kebahagiaan, dan ciptakan kenangan indah yang akan selalu kalian kenang sepanjang hayat..

Mari kita manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menunjukkan kasih sayang, bakti, dan penghargaan kepada orang tua kita, sebelum waktu itu tiba-tiba habis dan hanya menyisakan penyesalan.

Semoga kisah ini dapat menyentuh hati dan mengingatkan kita semua untuk selalu menghargai kasih sayang yang telah diberikan. Karena, tidak ada yang lebih berharga daripada kasih sayang dan kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai. Ingatlah, bahwa surga terletak di telapak kaki Ibu.

Foto Revani bersama keluarga (Sumber: @revanimei_) 

Teruntuk orang yang selalu kurindukan, Almh Ibuku Ine Sulistiawati. Kebaikan dan kasih sayangmu akan selalu ku kenang. Semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya. I love you, Ibu. Al-fatihah.


Nama Lengkap Penulis : Revani Meiliana Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Program Studi : Jurnalistik (Kategori Feature)
Editor : Nuratika



Posting Komentar untuk " Ibu, Madrasahku: Pelajaran Hidup dan Etika dari Sosok Terhebat (Tulisan Feature)"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke dengan subjek sesuai nama rubrik ke https://wa.me/+6282388859812 klik untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.