DIMULAI DARI RING SATU: SEBUAH AWALAN MENULIS KREATIF BAGI PENULIS PEMULA
“Menulis tidak pernah berhenti pada satu titik; ia
adalah perjalanan yang
dimulai dari langkah kecil, tetapi berpotensi menorehkan jejak besar
dalam peradaban”
Berlian Novriendi, S.Hum., M.Pd.
Dosen Luar Biasa Politeknik Caltex Riau
Menulis adalah keterampilan sekaligus seni yang melekat pada perjalanan manusia. Ia bukan hanya sekadar kegiatan teknis, melainkan juga cerminan identitas dan ruang ekspresi diri. Bagi penulis pemula, menulis sering kali terasa sebagai tantangan berat. Ada rasa takut salah, takut dianggap tidak layak, atau bahkan takut untuk memulai. Padahal, hakikat menulis menurut Keraf (2007) adalah proses menyampaikan pesan melalui lambang-lambang grafis, yang pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk merekam gagasan agar tidak hilang ditelan waktu. Menulis adalah sebuah perjalanan personal, dan setiap langkah kecil yang diambil akan membawa penulis pada penemuan diri maupun pemahaman yang lebih luas tentang dunia.
Dalam konteks Indonesia, menulis memiliki sejarah yang panjang dan sarat makna. Pada awalnya, tradisi lisan mendominasi kehidupan masyarakat, sebelum kemudian berkembang menjadi tradisi tulisan dengan aksara Pallawa, Kawi, dan akhirnya huruf Latin yang dibawa pada masa kolonial. Sejarah sastra modern Indonesia ditandai dengan lahirnya Balai Pustaka pada tahun 1917, ketika karya-karya seperti Sitti Nurbaya karya Marah Rusli dan Salah Asuhan karya Abdul Muis muncul sebagai bagian dari perjuangan identitas bangsa. Pasca kemerdekaan, lahir Angkatan ’45 dengan Chairil Anwar sebagai sosok sentral yang menghadirkan bahasa baru penuh semangat kebebasan. Pramoedya Ananta Toer kemudian melanjutkan jejak ini melalui karya-karya epiknya yang tetap ditulis meski ia harus merasakan penjara dan tekanan politik. Kehadiran Nh. Dini dengan perspektif perempuan juga memperkaya lanskap sastra Indonesia, sementara penulis kontemporer seperti Andrea Hirata dan Eka Kurniawan menunjukkan bahwa karya yang lahir dari pengalaman lokal bisa mendapat pengakuan global.
Tokoh-tokoh besar tersebut membuktikan bahwa menulis selalu berhubungan dengan keberanian. Keberanian untuk jujur pada diri sendiri, untuk menyuarakan pengalaman, bahkan untuk menghadapi kritik dan risiko penolakan. Damono (2002) menegaskan bahwa menulis adalah keberanian menjadi diri sendiri dan kesediaan untuk berbeda. Tanpa keberanian, tulisan hanya akan berhenti sebagai wacana yang tak pernah sempat dituangkan.
Namun, penulis pemula kerap dihadapkan pada beragam masalah. Kebuntuan ide atau writer’s block sering menghantui, membuat pena enggan bergerak. Perfeksionisme berlebihan menjadikan tulisan tidak pernah selesai karena sibuk diperbaiki sejak awal. Kurangnya konsistensi membuat kebiasaan menulis sulit terbentuk, sementara rasa minder membuat penulis pemula enggan membagikan karyanya. Selain itu, minimnya bacaan sering mempersempit wawasan dan gaya bahasa. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa langkah sederhana bisa dilakukan: membiasakan diri memperbanyak bahan bacaan, mencatat ide kecil dalam jurnal, memisahkan proses menulis dan mengedit, menetapkan target menulis harian atau mingguan yang realistis, serta memperbanyak bacaan dari berbagai genre. Yang tak kalah penting, penulis pemula perlu membiasakan diri menerima kritik dengan lapang dada sebagai bagian dari proses belajar.
Dalam menghadapi kerumitan itu, strategi sederhana yang bisa ditempuh adalah memulai dari “ring satu”, yakni hal-hal terdekat dalam kehidupan. Pengalaman sehari-hari, percakapan keluarga, suasana rumah, atau peristiwa kecil di lingkungan sekitar bisa menjadi bahan tulisan yang kaya. Dengan menulis tentang hal- hal yang akrab, penulis pemula tidak hanya lebih mudah menuangkan ide, tetapi juga membangun kedekatan emosional dengan tulisannya. Ring satu menjadi ruang aman untuk berlatih, sebelum kemudian memperluas lingkaran ke isu-isu yang lebih kompleks. Dari hal kecil yang jujur, lahir karya yang autentik dan bernilai universal.
Menulis pada akhirnya adalah aktivitas yang menuntut keberanian, kejujuran, dan konsistensi. Sejarah dan tokoh-tokoh besar Indonesia telah menunjukkan betapa tulisan mampu membentuk kesadaran, memperjuangkan identitas, dan memberi inspirasi lintas generasi. Bagi penulis pemula, tantangan memang selalu ada, namun dapat diatasi dengan latihan, ketekunan, dan strategi sederhana. Dengan memulai dari ring satu atau lingkaran terdekat dalam kehidupan sehari-hari, setiap penulis dapat menemukan ‘jalan’ untuk menulis. Dari lingkaran terdekat inilah, cakrawala menulis akan semakin mendalam dan meluas yang berpotensi menjadi jejak besar dalam peradaban.

Posting Komentar untuk "DIMULAI DARI RING SATU: SEBUAH AWALAN MENULIS KREATIF BAGI PENULIS PEMULA"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.