Santri Hari Ini Pemimpin Esok Hari: Menginspirasi Perubahan, Menjawab Keraguan
Di tengah arus globalisasi dan perubahan sosial, banyak isu negatif yang mengomentari pesantren. Pesantren kerap dianggap buruk oleh beberapa pihak. Banyak isu yang tidak benar beredar belakangan ini. Hal ini juga untuk menjawab beberapa lontaran pikiran negatif yang marak beredar.
Pesantren dianggap kurang kompeten terhadap perkembangan zaman. Masih ada sebagai masyarakat dan media yang memandang pesantren secara sempit atau bahkan merendahkan. Mereka menganggap pesantren sebagai tempat yang tertinggal, tidak modern, atau hanya cocok untuk pendidikan agama semata.
Keberadaan santri sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional kerap dipertanyakan. Santri dinilai kurang memiliki kompetensi praktis untuk bersaing di dunia modern. Pandangan ini mengabaikan kontribusi historis pesantren dalam membentuk karakter bangsa.
Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (3) menjelaskan bahwa pemerintah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Ketentuan ini menjadi landasan konstitusional bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan formal.
Sudah banyak bukti inspiratif yang menyatakan bahwa pondok mencetak santri sebagai generasi perubahan yang memimpin bangsa. KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan adalah tokoh pesantren yang diakui sebagai Pahlawan Nasional. Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wakil Presiden Ma’ruf Amin, KH Wahid Hasyim, dan KH. Zainal Mustafa juga merupakan tokoh yang tumbuh dari pesantren dan masih banyak lagi tokoh lainnya.
Negatif buruk terhadap pesantren masih muncul di ruang publik. Tayangan salah satu program televisi nasional sempat menampilkan narasi yang merendahkan pesantren. Beberapa pemikiran orang juga kerap berpendapat buruk tentang santri. Hal ini bukan hanya keliru, tetapi juga merusak citra kepemimpinan pesantren dan juga karakter santri.
Pesantren bukan simbol keterbelakangan, melainkan pusat pembentukan karakter dan kepemimpinan. Banyak pesantren yang telah mencetak tokoh-tokoh hebat dengan berlandaskan pengetahuan dan iman yang kuat. Santri tidak hanya dibekali ilmu agama, tetapi juga berbagai keterampilan, toleransi, cinta tanah air, dan moderasi.
Untuk mengoptimalkan peran santri harus dilakukan beberapa langkah strategis. Penguatan kurikulum, pengajar yang berkualitas, dan penyesuaian untuk menghadapi globalisasi harus dioptimalkan. Penting juga untuk melakukan penguatan narasi publik melalui berbagai media massa dengan mengangkat kisah inspiratif santri.
Santri hari ini bukan sekadar pelajar agama, melainkan calon pemimpin yang membawa harapan baru bagi Indonesia. Dengan dukungan sistem inklusif dan jejaring yang luas, santri dapat menjawab tantangan zaman. Dibalik sudut pandang buruk beberapa oknum tentang pesantren, tersimpan kekuatan moral yang luar biasa.
Mari bersama-sama menangkis pemikiran buruk tentang pesantren. Pesantren merupakan aset bangsa. Pesantren merupakan badan pencetak generasi yang khoirul ummah. Tempat untuk mencetak anak bangsa yang beriman, bertakwa, berilmu, dan berguna bagi bangsa dan negara.
Tentang Penulis
Ayu Salima
Mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Matematika UIN Raden Intan Lampung
"Santri sering dipandang hanya fokus pada ilmu agama, padahal dengan bimbingan yang tepat mereka bisa menjadi pelopor etika dan kemajuan di masyarakat modern."
BalasHapusJarang ada yg mau mengangkat isu pesantren dengan alternatif yg menginspirasi
BalasHapus