Beli Dulu, Pikir Nanti : Cermin Hedonisme Generasi Muda?
Beli Dulu, Pikir Nanti : Cermin Hedonisme Generasi Muda?
Gaya hidup “beli dulu, pikir nanti” semakin terlihat jelas dalam keseharian generasi muda di tengah perkembangan teknologi digital. Berbelanja melalui platform daring yang cepat, disertai promosi menarik dan fasilitas pembayaran seperti paylater, membuat aktivitas konsumsi terasa mudah dan tidak membutuhkan banyak pertimbangan. Dalam waktu singkat, seseorang dapat membeli berbagai barang hanya melalui ponsel, meskipun barang tersebut belum tentu merupakan kebutuhan mendesak. Situasi ini mendorong timbulnya perilaku konsumsi impulsif yang semakin dianggap biasa.
Peran Media Sosial dan Arus Budaya Kekinian
Media sosial menjadi salah satu faktor kuat yang membentuk cara generasi muda mengonsumsi barang. Konten berupa gaya hidup mewah, video haul, atau rekomendasi produk dari para influencer secara tidak langsung menciptakan dorongan untuk meniru dan mengikuti tren. Algoritma yang bekerja sesuai preferensi pengguna pun menampilkan berbagai barang yang menarik perhatian, sehingga keinginan berbelanja muncul berulang kali tanpa disadari.
Selain itu, budaya populer seperti istilah “self-reward”, “healing”, atau “biar nggak FOMO” memberi pembenaran baru bagi kebiasaan membeli barang tanpa rencana. Hal ini membuat keputusan membeli lebih digerakkan oleh emosi bukan kebutuhan sebenarnya dan akhirnya menumbuhkan pola konsumsi yang berorientasi pada kesenangan sesaat.
Hedonisme dan Pembentukan Jati Diri Digital
Perilaku konsumtif impulsif sering dikaitkan dengan hedonisme, yakni pandangan hidup yang memusatkan perhatian pada pencarian kenikmatan. Bagi banyak anak muda, membeli barang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga untuk menunjukkan identitas diri. Penampilan, gaya berpakaian, dan barang yang dimiliki sering digunakan sebagai cara mengonstruksi citra diri di dunia nyata maupun ruang digital.
Namun, hal ini juga tidak sepenuhnya dapat dipandang negatif. Generasi muda hidup pada masa ketika visual dan citra diri memiliki nilai penting dalam interaksi sosial. Karena itu, aktivitas konsumsi turut menjadi ekspresi diri dan bagian dari proses pencarian identitas.
Risiko Finansial yang Sering Terabaikan
Di balik kesenangan berbelanja, terdapat konsekuensi finansial yang jarang diperhitungkan. Penggunaan paylater tanpa pengawasan dapat menyebabkan beban tagihan yang menumpuk. Banyak anak muda terutama yang belum memiliki pendapatan tetap akhirnya kewalahan menghadapi cicilan yang terus berjalan. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menimbulkan stres, perasaan bersalah, atau bahkan kecenderungan menggunakan belanja sebagai pelarian emosional.
Dengan demikian, konsumsi impulsif bukan sekadar masalah gaya hidup, melainkan dapat berdampak pada kesehatan mental dan kondisi ekonomi seseorang dalam jangka panjang.
Belanja Sebagai Bentuk Penghargaan Diri
Meski sering dianggap boros, belanja impulsif dapat pula dimaknai positif bila digunakan sebagai bentuk penghargaan atas usaha atau pencapaian diri. Selama dilakukan secara wajar dan tidak mengganggu kebutuhan pokok maupun stabilitas keuangan, perilaku ini masih dapat diterima. Tantangannya adalah menjaga agar aktivitas belanja tetap dalam batas yang sehat dan tidak berubah menjadi kebiasaan yang merugikan.
Membangun Kesadaran Finansial di Era Digital
Fenomena “beli dulu, pikir nanti” menunjukkan pentingnya literasi finansial dalam kehidupan generasi muda. Membuat anggaran pengeluaran, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta membatasi penggunaan fasilitas kredit merupakan langkah yang dapat membantu mengendalikan konsumsi. Edukasi mengenai pengelolaan keuangan juga perlu diperkuat melalui keluarga, sekolah, hingga kampanye digital yang lebih luas.
Pada akhirnya, pola konsumsi seseorang mencerminkan cara ia menata hidup dan masa depannya. Dengan kesadaran finansial yang baik, generasi muda dapat menikmati tren dan kemudahan belanja tanpa terjebak dalam konsekuensi yang merugikan.
Referensi
Chairun Nisa Safitri dan M. Husnaini, Dampak Gaya Hidup Hedonisme Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Magister Ilmu Agama Islam Indonesia, At-Thulab Jurnal : Mahasiswa Studi Islam 7 (1), 2025
Mutia Cahyani dan Inaya Sari Melati, Generasi Z dan Doom Spending : Pengaruh Pendapatan, Meda Sosial dan Gaya Hidup di Kota Tegal, MIBA 24(1), 2025.
Informasi penulis
Nama : Lailatus Syarifah
Universitas : UIN K.H ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Posting Komentar untuk "Beli Dulu, Pikir Nanti : Cermin Hedonisme Generasi Muda?"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.