Menjembatani Kesenjangan Digital: Memahami Peran Krusial Digital Representative dalam Transformasi Layanan
Transformasi digital kini menjadi
sebuah keniscayaan, terutama bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dituntut
untuk terus meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan publik. Salah satu
BUMN besar di sektor jasa keuangan, PT. Pegadaian (Persero), secara masif
mengakselerasi program strategisnya yang bertajuk "Digital Turbocharge
3S".
Program ini merupakan sebuah peta
jalan transformasi yang berfokus pada tiga pilar utama: Sistem, Service
(Pelayanan), dan Speed (Kecepatan).
Tujuan dari program ini sangat
jelas: pilar Sistem bertujuan memperbarui infrastruktur teknologi agar
lebih canggih; pilar Speed berfokus memangkas birokrasi agar proses
layanan menjadi lebih cepat. Namun, pilar yang paling menantang sekaligus
menjadi kunci keberhasilan adalah Service. Program ini menyadari bahwa
sistem tercanggih akan sia-sia jika pelayanannya tidak "sampai" atau
tidak dapat digunakan oleh nasabah.
Di sinilah strategi korporat yang
brilian bertemu dengan realitas di lapangan: kesenjangan digital (digital
divide).
Di satu sisi, perusahaan
meluncurkan aplikasi mobile yang canggih (seperti aplikasi Tring! by
Pegadaian). Di sisi lain, sebagian besar nasabah setia adalah generasi senior
yang tidak tumbuh bersama teknologi. Bagi mereka, aplikasi baru adalah sebuah
labirin yang membingungkan. Muncul "rendahnya literasi digital" serta
"rasa takut akan terjadinya penipuan online" yang menjadi
hambatan psikologis besar
Untuk memastikan pilar 'Service' dari program 'Digital Turbocharge 3S' ini berhasil dan tidak meninggalkan siapa pun, dibutuhkan sebuah peran baru: Digital Representative.
Apa Itu
Digital Representative?
Banyak yang mengira Digital Representative (DR) hanyalah sebatas customer service teknis. Namun, berdasarkan praktik di lapangan, peran ini jauh lebih mendalam. Seorang DR bukanlah penjaga mesin, melainkan "jembatan manusiawi" dalam proses digitalisasi.
Peran ini adalah implementasi
nyata dari Ilmu Komunikasi dan Public Relations. Sesuai dengan teori, peran PR
adalah sebagai "fasilitator komunikasi"
Lebih dari
Sekadar Instalasi: Edukasi dan Hubungan Manusiawi
Dalam praktiknya, pekerjaan
seorang Digital Representative terbagi menjadi tiga fase komunikasi strategis:
·
Fase pertama adalah Edukasi dan Persuasi. Seorang DR
secara proaktif mendekati nasabah yang sedang mengantre, menerapkan komunikasi
persuasif untuk mengubah mindset nasabah dari "takut" menjadi
"mau mencoba". Ini adalah implementasi Teori Difusi Inovasi, di mana
DR bertindak sebagai agen perubahan yang mempercepat adopsi teknologi baru
·
Fase kedua adalah Pendampingan (Hand-holding). Setelah
nasabah setuju, DR akan memandu mereka langkah demi langkah. Ini adalah bagian
tersulit. Banyak nasabah yang bahkan tidak memiliki email atau tidak ingat
password Play Store mereka. Seorang DR harus memiliki kesabaran ekstra untuk
memandu proses dari nol.
·
Fase ketiga, dan yang paling krusial, adalah Penanganan
Keluhan. Inilah ujian sebenarnya dari Hubungan Manusiawi (Human Relations).
Ketika nasabah datang dengan panik karena lupa password atau aplikasi error,
seorang DR tidak bisa hanya berkata "coba lagi nanti". Mereka harus
menerapkan teknik konseling, mendengarkan keluhan dengan empati, menenangkan
emosi nasabah, baru kemudian menganalisis masalah dan memberikan solusi tuntas.
Ujung Tombak
Inklusi Digital
Transformasi digital tidak akan
berhasil jika hanya melahirkan aplikasi canggih. Keberhasilan sejati terletak
pada seberapa inklusif teknologi itu bisa merangkul semua lapisan penggunanya.
Peran Digital Representative
adalah wujud nyata dari Budaya AKHLAK BUMN. Mereka menerapkan nilai Kompeten
(menguasai teknologi) dan Harmonis (menghargai perbedaan kemampuan nasabah)
REFERENSI
Abdillah, M. (2021). "BUDAYA
ORGANISASI AKHLAK DALAM PENERAPAN PUBLIC RELATION ".
Firmansyah, M. I.,
Rizqiyah, S. M., Nisa, S. F., Savitrah, R. M., Syariah, E., Ekonomi, F.,
Islam, B., Islam, U., Kiai, N., Achmad, H., & Jember, S. (2025).
Transformasi Digital Dalam Pembayaran Pensiun: Edukasi Dan Sosialisasi
Aplikasi Andal Taspen Di Kalangan Pensiunan. Jurnal Penelitian Nusantara,
1, 738–746. https://doi.org/10.59435/menulis.v1i3.182
Raditia Yudistira Sujanto.
(2022). Pengantar Public Relations Di Era 4.0 (D. Rachmawati, Ed.).
PUSTAKA BARU PRESS.
Rino Febrianno Boer Nova
Saha Fasadena, Mk., Adrian Kede, Ms., Muhammad Al-Muizul Kahfi, Mik., Leila
Mona Ganiem, Ma., Synthia Sumartini Putri SIKom, Ms., Nelson Hasibuan, M.,
& Nur Subchan, Mt. (2023). PENGANTAR
ILMU KOMUNIKASI.

Posting Komentar untuk "Menjembatani Kesenjangan Digital: Memahami Peran Krusial Digital Representative dalam Transformasi Layanan"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.