Jangan Tertipu, Vape Juga Berbahaya
Jangan Tertipu, Vape Juga Berbahaya
Banyak
masyarakat yang menganggap bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok, karena
vape tidak menghasilkan asap dari pembakaran tembakau, melainkan uap dari
cairan yang dipanaskan. Persepsi ini membuat banyak perokok aktif beralih ke
vape dengan harapan dapat mengurangi risiko kesehatan. Namun, berbagai
penelitian menunjukkan bahwa keduanya sama-sama membawa risiko kesehatan yang
serius. Pengalaman saya melihat keluarga dan teman yang sebelumnya sakit akibat
rokok, bahkan sampai ada yang menjalani kemoterapi atau operasi sinus, kemudian
mereka beralih ke vape karena mereka merasa bahwa vape lebih aman, justru hal
ini menunjukkan bahwa persepsi tersebut keliru dan penting untuk diluruskan. Secara
ilmiah, penelitian dari Johns Hopkins Medicine (2025) menemukan bahwa
penggunaan vape tetap meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronis
(COPD) serta tekanan darah tinggi. Ini menunjukkan bahwa vape tidak benar-benar
aman bagi kesehatan pernapasan maupun sistem kardiovaskuler. Temuan ini
diperkuat oleh American Heart Association (2023), yang mengatakan bahwa vape
dapat meningkatkan detak jantung dan mengganggu fungsi pembuluh darah. Dengan
demikian, risiko penyakit jantung tetap tinggi meskipun seseorang tidak lagi
merokok tembakau. Ini membuktikan bahwa meskipun tidak mengandung tar seperti
rokok konvensional, vape tetap memiliki efek fisiologis yang membahayakan
tubuh.
Sumber: Pixabay, Free-Photos
Penelitian dalam negeri pun menyatakan hal serupa. Studi dari Universitas Wiraraja (2022) menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik berhubungan dengan gangguan fungsi paru dan meningkatkan risiko cedera paru (EVALI). Kajian literatur dari Universitas Airlangga (2024) juga menjelaskan bahwa aerosol vape bukan sekadar “uap air”, melainkan campuran nikotin, formaldehida, logam berat, dan zat flavoring yang dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) serta kerusakan jaringan paru. Kenyataan ini sangat relevan dengan kondisi orang-orang di sekitar saya yang tetap mengalami keluhan pernapasan meskipun sudah berhenti merokok dan beralih ke vape, karena saluran napas mereka sudah sensitif dan tetap terpapar bahan kimia berbahaya dari aerosol vape. Selain itu, banyak pengguna vape yang tidak menyadari bahwa cairan vape dengan berbagai rasa justru mengandung zat aditif yang belum sepenuhnya diteliti dampaknya dalam jangka panjang. Beberapa flavoring seperti diacetyl diketahui dapat menyebabkan bronchiolitis obliterans, atau yang dikenal sebagai “popcorn lung”, suatu kondisi paru-paru yang serius dan tidak dapat disembuhkan. Ironisnya, rasa-rasa manis seperti vanila, buah-buahan, atau permen yang sering digunakan dalam cairan vape justru menjadi daya tarik utama bagi remaja dan anak muda. Ini menimbulkan kekhawatiran baru karena kelompok usia tersebut menjadi lebih rentan terhadap paparan zat berbahaya sejak dini.
Di sisi lain, industri vape sering memasarkan produknya sebagai “lebih sehat” atau “alternatif aman” dari rokok. Padahal, belum ada cukup bukti ilmiah jangka panjang yang mendukung klaim tersebut. Banyak studi masih berlangsung, dan hasilnya menunjukkan bahwa risiko kesehatan dari vape tidak bisa diabaikan. Bahkan, beberapa negara mulai memperketat regulasi terhadap penjualan dan promosi vape, terutama yang menyasar anak muda. Oleh karena itu, meskipun vape sering dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman dari rokok, vape sebenarnya tetap membawa risiko yang penting.
Berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa vape tidak sepenuhnya aman, dan pengalaman
pribadi saya juga turut menggambarkan risiko tersebut dalam kehidupan nyata.
Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa berhenti merokok
bukan berarti aman jika beralih ke vape, karena keduanya tetap berbahaya dan
dapat mengganggu kesehatan jangka panjang. Terlebih lagi, efek jangka panjang
penggunaan vape belum sepenuhnya diketahui, karena produk ini relatif baru
dibandingkan rokok biasa. Edukasi yang jujur dan berbasis bukti sangat
dibutuhkan agar masyarakat tidak terjebak dalam rasa aman yang semu, dan agar
generasi muda tidak menjadi korban dari tren yang tampak modern namun menyimpan
bahaya tersembunyi.
Ditulis oleh :
Shira Mathilda
Mahasiswa Progam
Studi S1 Keperawatan, Universitas Advent Indonesia, Bandung.
Posting Komentar untuk "Jangan Tertipu, Vape Juga Berbahaya "
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.