Pelatihan Menulis Pantun dalam Festival Pantun ASEAN 2026
Festival Pantun ASEAN 2026
Oleh : Arnita Adam
Pelatihan Menulis Pantun dalam rangka Festival Pantun ASEAN 2026 berlangsung meriah dan sukses secara daring, dengan diikuti sebanyak 2.600 peserta dari berbagai negara ASEAN. Antusiasme peserta menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap pantun sebagai warisan budaya serumpun Melayu.
Acara dimulai pada pukul 19.25 WIB, ketika ribuan peserta mulai memasuki ruang Zoom Meeting. Pada pukul 19.30 WIB, MC sekaligus moderator, Zamri H. Jamaluddin dari Brunei Darussalam, membuka kegiatan dengan penuh energi semangat dan sambutan hangat.
Sambutan pertama disampaikan oleh perwakilan SIP Publishing, Indra Gunawan, S.IP, M.A.P , yang menegaskan perlunya penguatan budaya literasi pantun di era digital. Sambutan berikutnya diberikan oleh Eduar dari Komunitas Galeri Sastra, yang mengapresiasi pelibatan generasi muda dalam pelestarian sastra.
Ketua Penyala Literasi Sumbar, Eka Teresia, S.Pd, M.M, memberikan sambutan ketiga. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi sastra lintas negara dalam menjaga eksistensi pantun. Meskipun Sumatra Barat sedang dilanda bencana alam, semangat juang untuk menyukseskan Festival Pantun ASEAN tetap menyala kuat.
Memasuki inti acara, materi pertama disampaikan oleh Maman S Mahayana (Indonesia). Beliau menjelaskan bahwa pantun asli berasal dari daerah seperti Riau, Kepulauan Riau, Malaka, dan Brunei Darussalam, yang dipercaya sebagai puisi Melayu paling unik di dunia. Ditemukan pula pantun dalam bahasa Portugis yang ditulis pada abad ke-16, bercampur dengan bahasa Melayu, dan naskahnya tersimpan di perpustakaan Lisbon. Beliau juga menjelaskan bahwa pantun menyebar luas di Nusantara. Meski muncul dari latar belakang yang berbeda-beda, bentuk dan pola pantun tetap sama, mencerminkan karakter dan perilaku masyarakat. Pembahasan kemudian diperluas pada estetika, makna, dan dinamika pantun dalam perkembangan sastra modern.
Materi kedua dibawakan oleh Djohan Bin Abdul Rahman (Singapura), mengulas hubungan pantun dengan identitas Melayu serta pengaruhnya dalam kebudayaan kontemporer. Serta membahas berbagai pantun mengulas sampiran dan isi yang menjadikan pantun tersebut lebih menarik.
Narasumber ketiga, Noreen Nattassa Ahmad Jaafar (Malaysia), tampil dengan fokus pada pentingnya tema serta pola pantun serta baris dan suanan kata yang indah sehingga generasi penerus penulis pantun dapat mengikuti aturan dan pola pantun secara umum dalam menjaga keberlanjutan warisan berupa pantun. Sesi tanya jawab berlangsung, diikuti antusias oleh peserta yang ingin memperdalam pemahaman mereka. Suasana diskusi hidup dengan interaksi yang hangat antara narasumber dan peserta.
Dengan total 2.600 peserta, dan masih bisa bertambah karena penutupan naskah masih berlangsung hingga 26 Desember 2025. Bagi yang tidak bisa mengikuti pelatihan secara live bisa ikut melalui YouTube kapan saja, kemudian boleh mengirimkan pantun ke panitia. Festival Pantun ASEAN 2026 kembali membuktikan bahwa pantun tetap menjadi pesona budaya yang mampu menyatukan negara-negara di kawasan ASEAN dalam suasana literasi yang harmonis dan penuh inspirasi.
Penulis : Arnita Adam (Novelis, Jurnalis dan Traveller)
Editor: Nur Atika




Posting Komentar untuk "Pelatihan Menulis Pantun dalam Festival Pantun ASEAN 2026"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.