Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Potret Kesenjangan Sosial dan Marginalisasi Kaum Urban: Kajian Sosiologi Sastra dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia

Potret Kesenjangan Sosial dan Marginalisasi Kaum Urban: Kajian Sosiologi Sastra dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia

 

Novel Rumah Tanpa Jendela karya  Asma Nadia yang diangkat dari kisah anak kecil dengan sebuah mimpinya yaitu Bernama Rara yang memimpikan sebuah jendela dirumahnya. Anak tersebut memiliki kehidupan yang keterbatasan, namun tetap memiliki harapan yang besar. Melalui novel ini yang menyoroti tentang adanya kesenjangan sosial, isu kemiskinan ditengah perkotaan, dan juga perjuangan seorang anak untuk meraih mimpinya.  Oleh karena itu, esai ini akan membahas pesan-pesan moral yang terdapat didalam novel Rumah Tanpa Jendela melalui berbagai sudut pandang.

Tema yang diambil dari novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia yaitu berfokus pada persahabatan tulus antara Rara dan teman-teman sebaya nya yang melintasi batas sosial dan ekonomi, dimana kondisi ekonomi Rara yang tidak ketercukupan namun penuh semangat, dan sedangkan Andi merupakan anak yang kaya raya namun terisolasi dan menyandang disabilitas, hal tersebut tentunya menjadi permasalahan dan isu yang sering menonjol bahkan munculnya kesenjangan sosial di daerah perkotaan. Novel ini secara mendalam menjelaskan tentang arti sebuah mimpi dan kebahagiaan, yang diwujudkan dalam kesadaran bahwa kebahagiaan dan kehangatan sejati tidak ditemukan dalam kemewahan materi (seperti rumah mewah Andi yang dingin), melainkan dalam penerimaan diri, ketulusan hati, dan kasih sayang yang tulus (seperti yang ditawarkan oleh dunia Rara yang sederhana).

Novel ini mengisahkan persahabatan tulus antara Rara, gadis kecil ceria yang miskin dan tinggal di pemukiman kumuh dengan impian memiliki "rumah ber jendela", dan Andi, seorang anak laki-laki kaya raya penyandang disabilitas yang kesepian di rumah mewahnya. Meskipun terpisah oleh jurang status sosial dan ekonomi yang tajam, Rara yang membawa kehangatan dan imajinasi berhasil mengeluarkan Andi dari isolasinya, mendorongnya untuk menerima diri dan berjuang melawan keterbatasannya. Melalui kontras antara kemiskinan yang penuh kasih sayang (dunia Rara) dan kekayaan yang dingin (dunia Andi), Asma Nadia menyampaikan pesan mendalam bahwa arti sejati dari "rumah" bukanlah terletak pada kemewahan bangunannya atau jendelanya yang tertutup, melainkan pada ketulusan, penerimaan, dan kehangatan hati orang-orang di dalamnya.

Pendekatan sosiologis sangat relevan untuk menganalisis novel Rumah Tanpa Jendela karena inti dari cerita ini adalah kontras sosial yang mencolok di Jakarta. Novel ini secara eksplisit membandingkan kehidupan Rara, yang tinggal dalam kemiskinan dan keterbatasan di pemukiman kumuh, dengan kehidupan Andi, yang bergelimang harta namun terisolasi di rumah mewahnya. Perbedaan kelas sosial ini bukan sekadar latar belakang, melainkan motor penggerak utama konflik dan tema dalam novel. Dengan menggunakan pendekatan sosiologis, pembaca dapat mengkaji bagaimana isu-isu sosial nyata, seperti ketimpangan ekonomi, stereotip kelas, dan pandangan masyarakat terhadap disabilitas, diolah dan direfleksikan melalui interaksi antar tokoh. Novel ini mengajukan kritik terhadap masyarakat yang menilai seseorang berdasarkan kekayaan material, dan pendekatan ini membantu mengungkap nilai didaktis penulis tentang arti sejati kehangatan dan kebahagiaan yang melampaui batasan status sosial.

Tokoh dalam novel ini menggambarkan keharmmonisan keluarga yang miskin dan penuh perjuangan. Rara sebagai tokoh utama yang dikenal sebagai anak yang tidak mudah menyerah, karena dengan satu Impian kecilnya justru membuat Rara tidak pantang menyerah dan tetap bersemangat. Mimpinya memiliki sebuah jendela terus didukung oleh ibu dan bapaknya, karena tidak ada alasan untuk tidak bermimpi. Ibu Rara yang memiliki sifat penyayang, sabar, dan peduli terhadap Rara juga tentunya selalu memberikan kata semangat untuk Rara. Meskipun miskin ibu Rara selalu memberikan yang terbaik untuk Rara. Berbeda lagi dengan sikap bapak nya, Dimana memiliki watak keras namun juga tetap bertanggung jawab dikeluarganya, dan juga tetap mendukung impia kecil Rara.

  Kondisi rumah kumuh tanpa jendela yang menandakan kehidupan rara yang keterbatasan ditengah tengah ramainya perkotaan . Namun tidak pernah ada kata menyerah, walaupun sering dianggap aneh oleh teman, saudara bahkan orang tua dan keluarganya sendriri. Anak sekecil Rara memimpikan hanya memiliki sebuah jendela dirumahnya tidak lebih.   Rara yang tetap bermimpi memiliki jendela,  memiliki jendela merupakan impian yang sederhana tapi sangat mustahil untuk Rara. Karena jendela sendiri memiliki arti bagi Rara yaitu sebagai sumber cahaya, keindahan  dan masa depan. Dari novel tersebut menggambarkan, dari mimpi Rara yang ingin memiliki jendela justru menumbuhkan rasa empati karena menjadikan sifat Rara yang tidak menyerah pada keadaan.

Alur novel Rumah Tanpa Jendela menggunakan alur maju yang mengikuti perjalanan hidup Rara, seorang anak miskin yang memimpikan rumah dengan jendela. Cerita dimulai dari pengenalan kondisi keluarga Rara yang hidup dalam keterbatasan, kemudian berkembang pada usaha Rara mewujudkan mimpinya meski menghadapi banyak rintangan. Konflik utama muncul dari kesenjangan antara harapan Rara dan kenyataan hidupnya yang keras, ekonomi keluarga, sikap ayah yang keras, serta lingkungan sosial yang kerap meremehkan. Konflik batin Rara terlihat saat ia harus menerima keterbatasan keluarga, sedangkan konflik eksternal tampak dalam perjuangannya mendapatkan dukungan dan kepedulian dari orang-orang di sekitarnya. Puncak konflik terjadi ketika impian Rara seolah mustahil tercapai, yang kemudian menggerakkan perubahan sikap beberapa tokoh lain. Alur dan konflik dalam novel ini menegaskan tema tentang harapan, ketabahan, serta kritik sosial terhadap kemiskinan dan kurangnya empati dalam masyarakat.

   Jendala memiliki makna sendiri bagi Rara dalam novel Rumah Tanpa Jendela. Tentunya novel ini menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan melalui karakter dari peran Rara.  Dari perjuangan Rara  kita bisa menyimpulkan, bahwa apapun keadaannya kita harus tetap memperjuangkan apa yang kita inginkan.  Bahkan mimpi sekecil apa pun kita harus tetap memperjuangkan walaupun dalam keadaan yang paling sulit. 

Biodata Penulis 

Maula Azka Syifa Farakha, biasa dipanggil Maula merupakan mahasiswa salah satu Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Saya dilahirkan pada tanggal 3 September 2007 di Pekalongan. Saya seorang penulis pemula sebagai penghubung dari hobi saya yaitu menulis, dengan tulisan yang telah diciptakan ini berkeinginan agar mengubah lingkungan atau kebiasaan agar lebih baik. Saya bertempat tinggal di kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Jika ingin mengetahui lebih lanjut bisa menghubungi nomor 085771299462. Saya juga memiliki beberapa media sosial seperti Instragram: @maulazkasyifarakha Email: maulaazkasyifafarakha@gmail.com.

 

Posting Komentar untuk "Potret Kesenjangan Sosial dan Marginalisasi Kaum Urban: Kajian Sosiologi Sastra dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke dengan subjek sesuai nama rubrik ke https://wa.me/+6282388859812 klik untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.