Resensi Novel "Ikhlas Penuh Luka" Oleh Mufidatul Khoiriyah
RESENSI NOVEL IKHLAS PENUH LUKA
IDENTITAS BUKU
Judul : Ikhlas Penuh Luka
Penulis : Boy Candra
Bahasa : Indonesia
Kategori : Romansa
Penerbit : Gramedia Widiasarana
Tahun Terbit: Mei 2025 (Cetakan Pertama)
: Mei 2025 ( Cetakan Kedua)
: Juli 2025 ( Cetakan Ketiga)
ISBN : 978-602-05-3141-0
Tebal Halaman : 334 Halaman
Ukuran : - Panjang =19 cm
- Lebar =13 cm
- Tebal = 1,8 cm
Jumlah Bab : 37 Bab
Harga : Rp. 99.000,00
Pembukaan
Novel Ikhlas Penuh Luka merupakan karya terbaru pada Mei 2025 dari Boy Candra, seorang penulis asal Padang yang dikenal lewat gaya tulisannya yang puitis dan sarat emosi. Boy Candra sudah menulis lebih dari tiga puluh buku, diantaranya Seperti Hujan yang Jatuh Ke Bumi, Malik dan Elsa, dan Tulus untuk Orang yang Salah, yang sebagian telah diadaptasi ke layar lebar. Dalam novel terbarunya ini, Boy Candra kembali mengeksplorasi tema tentang kehilangan, cinta, dan keikhlasan, namun dengan pendekatan yang lebih matang dan reflektif.
Sinopsis
Novel Ikhlas Penuh Luka karya Boy Candra menghadirkan kisah pertemuan dua jiwa yang sama-sama terluka, Basri dan Genia. Kehilangan, penyesalan, dan proses menemukan keikhlasan. Cerita yang berpusat kepada Basri Sanjaya, seorang fotografer gubernur yang sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa meluangkan waktu untuk orang-orang yang ia sayangi. Semua berubah ketika Ibunya meninggal dunia. Duka mendalam membuat Basri terjebak dalam rasa bersalah, menyadari bahwa semua kesibukannya hanyalah ambisi hampa.
Tidak hanya Basri yang merasa kehilangan namun Ayahnya juga merasakan semua itu, sosok pendamping hidup nya selama ini bersama sekarang sudah kembali kepada Tuhan. Jika hari ini Ayah patah hati, tentu inilah patah hati paling dalam di hidupnya. Semenjak Ibu tiada Ayah berusaha mengantikan sosok Ibu di rumah dengan memasak setiap pagi dan menyiapkan makanan. Di sela-sela waktu Ayah banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku untuk menghibur diri ketika di tinggalkan Basri bekerja.
“Ikhlas adalah soal memaafkan rasa sakit dan luka hati, serta tidak memendam atas kepahitan yang telah terjadi” (Halaman 153)
Perjalanan Basri sebagai juru foto juga membanya menyaksikan berbagai kisah kehilangan lain. Ia melihat bagaimana orang-orang tetap berjuang di tengah bencana, kehilangan, dan kesedihan. Dari sana, ia memahami bahwa setiap manusia membawa luka masing-masing, dan setiap luka punya caranya sendiri untuk sembuh. Pengalaman- pengalaman itu membentuk kesadaranya bahwa ikhlas bukan berarti melupakan, tetapi belajar berdamai dengan masa lalu.
Pertemuan tidak sengaja ketika di pemakaman dengan Genia terulang lagi di tempat yang berbeda. Genia sosok gadis yang masih mengejar Pendidikan, di tinggalkan Ibunya untuk selamanya, ayahnya selalu sibuk bekerja hingga waktu kebersamaan nya telah hilang. Genia terbiasa sendiri, dengan memendam berbagai luka yang membuat ia belajar cara mengikhlaskan dengan perlahan menerima kehidupan itu penuh lika-liku yang harus di perjuangkan dengan keikhlasan. Pada akhirnya mereka berteman dan saling berbagi cerita, tidak hanya itu perasaan saling suka juga timbul antara Basri dan Genia, diantara kesibukan Genia yang masih kuliah dan Basri bekerja mereka selalu menyempatkan untuk bertemu berkeliling kota Padang dan saling bertukar cerita, pada awalnya Basri mempunyai rasa trauma akan masa lalu yang pernah menyakiti hatinya. Tapi tidak dengan ini Basri membuka lembaran baru dengan orang baru.
“ Hati yang terluka akan didatangi waktu yang tepat untuk sembuh” (Halaman 135)
Bahwa setiap luka pasti ada obat nya, namun semua itu butuh proses lama untuk menyembuh kan luka yang pernah dihadapi.
Basri selain menjadi fotografer gubernur juga memiliki keinginan untuk merilis kan album yang sudah ia rancang, namun sempat tertunda karena beberapa hal. Pada akhirnya albumnya jadi juga dengan di temani Genia. Kesibukan Ayah menjadi seorang penulis, akhirnya ayah mengirimkan novel nya yang sudah di tulis ke penerbit. Ayah mempunyai rencana kalau novelnya rilis sekaligus launching albumnya Basri.
Puncak kisah datang ketika Basri kembali diuji dengan kehilangan Ayahnya. Ayah Basri sebelum meninggal menuliskan surat untuk Basri agar tetap melanjutkan dan memperjuangkan cita-citanya. Meski berat, pengalaman itu justru menguatkan dirinya.
Seakan berjalannya waktu Basri memutuskan untuk meninggalkan kota Padang ia berfikir bahwa merantau untuk mencari kehidupan baru dengan harapan lebih baik. Sebelum keberangkatan beberapa hari yang lalu Basri sudah berpamitan kepada Genia, namun Genia tiada kabar sampai akhirnya Basri tiba di Bandara. Tidak di sangka Genia datang ke Bandara untuk mengantarkan Basri sampai Jakarta. Novel Ikhlas Penuh Luka mengajarkan meski luka masih terasa, semoga perjalanan menyembuhkannya. Mengikhlaskan semuanya termasuk luka-luka yang masih terasa. Karena ikhlas adalah soal merawat ingatan baik dan kebahagiaan yang pernah ada di dalam ingatan-ingatan baik.
Keunggulan
Keunggulan utama novel Ikhlas Penuh Luka terletak pada saat dibaca seperti benar-benar bisa merasakan duka dan penyesalan yang dialami Basri. Bahasa yang di gunakan juga puitis, lembut, dan mudah dipahami, sehingga pembaca bisa menikmati setiap halaman tanpa terasa berat. Dan dalam novel ini banyak pesan kehidupan tentang keluarga, kehidupan,dan keikhlasan tanpa terasa menggurui. Ceritanya sederhana, tetapi punya makna yang dalam. Dan setiap tokonya digambarkan manusiawi, punya luka dan cara masing-masing untuk bertahan.
Kelemahan
Meski demikian, novel ini memiliki beberapa bagian yang terasa melambat karena dominasi narasi reflektif dan monolog batin tokoh utama. Bagi sebagian pembaca, ritme yang tenang ini mungkin terasa monoton. Selain itu, penggunaan diksi yang sangat lembut di beberapa bagian bisa membuat konflik tampak kurang menegangkan. Namun, kelemahan tersebut justru dapat dipandang sebagai ciri khas gaya Boy Candra ia lebih memilih kedalaman makna daripada kehebohan peristiwa.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, novel Ikhlas Penuh Luka adalah novel yang sangat menyentuh dan penuh makna. Boy Candra berbahasil menghadirkan kisan sederhana yang dekat dengan kehidupan nyata, namun sarat emosi dan perenungan. Melalui perjalanan arti kehilangan, cinta, dan keikhlasan dengan cara yang lembut namun mendalam. Novel ini pantas dibaca oleh kalangan remaja umur 15 tahun ke atas dan dewasa, karena isi dan pesan moralnya isa dipahami dengan lebih matang pada usia tersebut. Baik laki-laki maupun perempuan dapat menikmanati kisah ini, sebab tema yang diangkat bersifat universal, tentang keluarga, cinta, kehilangan, dan kekuatan hati agar tetap tegar dan belajar Ikhlas.
Biodata Penulis :
Nama Saya Mufidatul Khoiriyah lahir di Bojonegoro,6 Mei 2006 dan saat ini berdomisili di Pucangan Kec. Kartosura. Saat ini sedang menempuh Pendidikan S1 Tadris (Pendidikan) Bahasa Indonesia semester 3 di UIN Raden Mas Said Surakarta. Selain fokus pada akademik, saya juga mengembangkan diri dalam berbagai kegiatan di organisasi. Di waktu luang saya suka membaca buku dan mendengarkan musik.
email : khoirmufi73@gmail.com
No WhatsApp: 085608471653


Posting Komentar untuk "Resensi Novel "Ikhlas Penuh Luka" Oleh Mufidatul Khoiriyah"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.