Penerbangan pertamaku dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Masa New Normal (Bagian 3))
Penerbangan pertamaku dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Masa New Normal
(Bagian 3)
Penerbanganku dari Bandara Sultan Syarif Kasim II menuju bandara Hang Nadim di Batam berjalan mulus, ketika aku sampai di Batam, menunjukkan pukul 3 sore, Aku masih ada waktu yang cukup sebelum malam sampai di hotel.
Gambar : Di Lobby Hotel Orchid Two)
Dari bandara ada dua pilihan menuju kota Batam, yang pertama yaitu dengan menggunakan taksi yang kedua dengan menggunakan bus Damri. Jadi Aku memilih menggunakan bus Damri dengan harga tiket Rp 22.000.
Bus ini memiliki rute yang telah ditentukan, jadi tidak bisa antar sampai alamat. Aku turun mendekati hotel. Lalu Aku menggunakan go-jek online hanya Rp 10.000 sampai di hotel sudah mendekati maghrib, setelah salat magrib Aku turun ke bawah untuk makan malam dengan menu nasi padang.
Sebenarnya tujuanku bukanlah di Batam melainkan tujuan utamaku yaitu ibu kota provinsi Kepulauan Riau yakni Kota Tanjung Pinang.
Keesokan harinya setelah setelah check-out Aku pergi menuju Jalan raya untuk mengambil mobil menuju Pelabuhan Punggur mobil angkutan umum yang Aku tumpangi berwarna orange itu hanya menetapkan ongkos Rp15.000 dari Nagoya Batam menuju Pelabuhan Telaga Punggur.
(Gambar : Spanduk di Pelabuhan Telaga Punggur)
Sampai di Pelabuhan Telaga Punggur Aku sarapan terlebih dahulu, lalu masuk ke dalam gedung pelabuhan setelah menunjukkan hasil rapid tes antigen dan juga membeli tiket seharga Rp. 57.500, tidak sampai satu jam, Aku menunggu di situ akhirnya keberangkatan dari Pulau Batam menuju Tanjung Pinang hanya memakan waktu sekitar 1 jam lebih kurang 20 menit Aku telah tiba di kota Tanjung Pinang.
(Gambar : Kota Tanjung Pinang)
Di pelabuhan Tanjung Pinang, Pasha yang bertugas sebagai tour guide sudah mengawasiku dari jauh. Lelaki berkebangsaan Sudan itu mengawasi setiap penumpang yang keluar dari pelabuhan.
Aku masih celingak-celinguk mencari sosok Pasha tetapi ternyata dia menemukan Aku, lalu memanggil namaku “Miss Nita, Miss Nita” aku segera menoleh ke arahnya, beliau yang terlihat kontras dengan orang-orang Indonesia, Jangkung, sangat tinggi dibandingkan denganku dan kulit hitam legam itu langsung menyalamiku dan mengambil tas dari tanganku, Kemudian kami sama-sama keluar menuju parkir.
(Gambar : Arnita Adam dan asha di Kota Tanjung Pinang)
Tamat
Penulis : Arnita Adam
Editor : Nuratika
Posting Komentar untuk "Penerbangan pertamaku dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Masa New Normal (Bagian 3))"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.